Oleh : Al Azzad
Hiruk pikuk dan dinamika bangsa tidak lepas dari adanya budaya saling serang menyerang tanpa nalar sehat dan nalar intelektual. Melainkan lebih mengedepankan hasrat untuk menjatuhkan sehingga tidak berupaya memberikan solusi konstruktif melainkan justru problematika destruktif yang terus dinarasikan sebagai bahan diskusi yang semakin tidak substantif. Ini menjadi catatan sejarah buruk di era kontemporer dan milineal bila hal yang tidak esensial terus digemborkan sebagai isu yang tak bermanfaat, sebab akan menambah waktu panjang untuk maju dan berkembang ke arah yang lebih baik demi masa depan Indonesia. Sehingga tidak sadar bahwa rakyat khususnya rakayat kecil dan rakyat jelata menjadi penonton seperti anak kecil yang akhirnya akan meniru dan mencontoh serta bertindak jauh tak terkira secara berlebihan ketimbang yang telah memberikan teladan buruk dari para aktor dan pelaku yang hasratnya mencari kegaduhan bangsa yang tersisipi keuntungan.
Banyak yang menginginkan kekuasaan secara legitimasi dengan mencari dukungan serta materi bahkan narasi dalam kalimat memperjuangkan rakyat kecil dan rakyat jelata. Setelah sukses mendapat dukungan rakyat kecil untuk mencapai kursi-kursi kekuasaan maka mulailah jauh dari apa yang telah diteriakkan. Kursi yang begitu empuk dan nyaman dapat memberikan kebahagiaan itu justru tak ada pengaruhnya dan dampaknya terhadap rakyat kecil dan jelata. Sehingga menyejahterakan kepentingan pribadi, kelompok dan golongan sendiri. Ini semaca. Budaya buruk yang tiap konteks terus terjadi seolah tidak ingin bertransformasi ke arah budaya yang lebih baik lagi atau yang sesuai leluhur dengan contoh teladan yang lainnya.
Berbagai macam perjuangan dengan menggunakan ideologi mengarah pada kesejahteraan rakyat ketika masa-masa perjuangan, ketika setelahnya tinggal cerita dan kenangan bila ada hanya sebatas jalinan persaudaraan atas nama silaturrahmi bila ingin kembali mendapatkan dukungan rakyat kecil dan rakyat jelata. Rasa keadilan sosial yang masih belum bisa diwujudkan, ditambah lagi dengan kehidupan rakyat Indonesia yang kebanyakan didominasi warga miskin, tidak sejahtera, tidak mampu dan tidak mendapatkan tempat tinggal. Entah ini mental rakyat Indonesia yang miskin sehingga tidak merata kesejahteraan karena masih adanya kesenjangan ataukah memang sebuah konspirasi atau kejahatan sistematis negara yang secara sengaja atau tidak sengaja masih mengakar sehingga sulit keluar dari kemiskinan. Setidaknya kesejahteraan rakyat Indonesia merata, berkeadilan dan mengurangi kemiskinan dari masa ke masa.
Mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia adalah kewajiban dan keharusan bagi siapapun baik pemerintah maupun swasta bahkan individu-individu yang berkecukupan dan peduli untuk mengangakat martabat rakyat Indonesia agar sama-sama menjadi rakyat sejahtera berkecukupan. Hal ini tentu menjadi persoalan serius dan sangat penting untuk memutus rantai kemiskinan dan menghapus mental ketergantungan bantuan serta menghancurkan segala sistem yang berdampak kesenjangan yang sangat jauh. Sebab bila tidak begitu maka negara kita hanya sebayai pelayan, pembantu, dan penonton do negeri sendiri sehingga tidak bisa mendapatkan akses kebutuhan hidup dan kebutuhan sebagai warga negara dalam berbagai aspeknya. Tentu ini tak bisa dibiarkan begitu saja, langkah konkrit, solusi praktis, sistem progresif dan keseriusan pengawasan menjadi cara yang dapat dilakukan agar segera diimplementasikan. Supaya dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan, merata dan berkeadilan.
Mulai tinggalkan budaya hanya mengambil kepentingan rekayata dengan dalih atas nama rakyat bila memang nantinya tak bisa mewujudkan dan mengimplementasikan. Indonesia butuh pembangunan kesejahteraan khususnya sosial, pendidikan dan kesehatan adapun yang lainnya infrastruktur, politok dan sebagainya menyusul ketika ketiga fokus telah merata. Jangan pula edukasi rakyat menjadi mental terjajah secara terus menerus dengan memperlihatkan perdebatan dan sentimen antar elit, pejabat, politisi, budayawan, pengamat dan sebagainya. Hal itu terkadang bukan mencerdaskan melainkan menjerumuskan ke hal yang tidak berkemajuan. Namun harapan agar Indonesia tetap sejahtera di atas semua golongan dan kalangan serta elemen bahkan setiap rakyat akan selalu ada dan harus diwujudkan secara bersama. Bila kesejahteraan terwujud dam merata maka tidak ada lagi yang meras miskin, susah dan apapun alasannya akan tetapi bahagia, sejahtera dan berkecukupan tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar