Oleh : Al Azzad
Kontestasi demokrasi dalam setiap pemilihan Pemimpin selalu memberikan fenomena unik lagi menarik dari masa ke masa. Khususnya di era milenial, dimana anak muda populasinya semakin tinggi dan popularitas terhadap kehidupan kebangsaannya semakin inovatif serta kreatif. Demokrasi kali ini banyak menyentuh kalangan anak muda agar dapat berpartisipasi politik secara aktif dan bijaksana. Sehingga memiliki tanggung jawab secara demokratis terhadap kebangsaannya sendiri. Terlepas dari pergaulan anak muda yang bebas dan menyimpang serta serba instan sehingga tidak dapat menghargai proses sekaligus menghargai yang namanya sejarah serta perjuangan. Namun mereka punya impian di masa depan yang sangat visioner bagi yang memiliki rasa peduli untuk memberikan prestasi dan kontribusi. Karena anak muda jualah yang kelak menjadi Pemimpin masa depan.
Generasi milenial memang sangat identik kepada kaula muda atau anak muda. Meskipun orang dewasa juga dapat dikatakan sebagai manusia milineal masa kini yang dikarenakan budaya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin terbuka lebar. Sehingga setiap orang dapat berekspresi menyampaikan maupun mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, pemikirannya, pandangannya dan pilihannya. Akan tetapi anak muda dan demokrasi bisa menjadi jarak yang jauh bila Pemimpin negerinya sangat buruk atau tidak memberikan keteladanan. Justru anak bisa jauh bermasalah jika figur dan tokohnya pun bermasalah. Jadi sangat bahaya untuk membangun karakter anak muda yang berwawasan cerdas intelektual secara nalar. Sosok anak muda dalam dunia politik cukup baik, mampu memainkan perannya sebagai politisi muda yang membawa nama besar partainya sekaligus membawa aspirasi masyarakat untuk diperjuangkannya. Kini anak muda tidak lagi dapat didoktrin, diintervensi secara politik praktis meraih kekuasaan dengan cara-cara yang tidak etis dan egalitier. Karena anak muda sudah memiliki pendirian sendiri karena mampu membaca setiap informati melalui sosial medianya.
Demokrasi dan anak muda tidak dapat dipisahkan, sebab anak muda juga bagian dari generasi bangsa yang memiliki hak sekaligus kesempatan dalam memimpin bangsa. Hanya saja mereka yang sudah siap secara usia, mental, pengalaman, intelektual, sosial, spritual, manajerial, dan finansial. Hal tersebut bukan tanpa maksud, disadar atau tidak sistem demokrasi itu mahal yang membutuhkan banyak logistik dan biaya Politik. Karena tidak ada makan gratis dalam demokrasi dan demokrasi isinya adalah manusia bukan robot yang hanya dijalankan oleh program. Wilayah yang sangat luas dan besar menjadikan demokrasi itu membutuhkan besar alat, modal, instrumen, kekuatan, dukungan serta pemasukan. Disebabkan karena adanya mesin politik, lokomotif politik dan mekanisme politik yang membutuhkan kompensasi secara wajar. Anak. Muda yang sukses dengan karirnya atau perjalanan politiknya bahkan pendidikan intelektualnya merupakan modal dasar utama, selama memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap partai politik pilihannya. Selain itu, korelasi demokrasi dan anak muda milenial ialah terletak pada partisipasi politiknya untuk peduli dan secara sadar memilih mengikuti mekanisme demokrasi melalui pesta dan festival demokrasi lima tahunan di setiap pemilihan. Karena anak Muda Indonesia memiliki hak yang sama sebagai warga negara untuk memilih Pemimpin masa depannya yang akan menahkodai bangsa dan negaranya.
Anak muda tidak lagi dapat dipandang sebelah mata oleh para politisi maupun orang dewasa. Anak muda milenial saat ini bisa lebih cepat sukses dan kaya raya dengan adanya kemajuan sumber daya informasi dan sumber daya jaringan. Mereka bisa tumbuh suskes sesuai dengan background masing-masing. Demokrasi dan anak muda milenial dalam konteks kontemporer ialah bagian dari budaya konektif kebangsaan membangun kejayaan. Selain itu temasuk bagian dari nilai integrasi antar generasi yang berkolaborasi serta menjadi kombinasi yang fresh, segar bugar lagi mengesankan. Sehingga anak muda akan menjalar kepada sesama generasinya bahkan generasi yang berada di bawahnya dan menyambung pada kalangan perempuan serta orang tua. Tentu anak muda yang dimaksud adalah anak muda milenial yang demokratis menjunjung tinggi nilai kebersamaan yang meneggakkan keadilan serta kesejahteraan serta berpegang teguh pada hukum tidak bertindak secara preventif, subversif, provokatif, persekutif, dan otoritatif. Tentu hal itu dilandasi modal nalar intelektual demokrasi yang dibangun melalui edukasi politik yang dipelajari secara mendalam. Itulah kenapa anak muda selalu menjadi komponen penting dalam demokrasi era milenial masa kini.
Perlu disadari bahwa relasi antara sistm demokrasi dan anak Muda milenial menjadi sebuah trend politik yang harus diperhatikan dengan baik. Bila salah momentum, salah mengemas, salah dalam menkampanyekan gagasan atau salah dalam metode persuasi justru akan ditinggalkan oleh kaula muda. Anak Muda sangat identik dan otentik, atinya identik dengan keterbukaan pemikiran tanpa basa basi atau hanya cuma sandiwara dan otentik sesuai dengan ciri khas dan karakter yang milenial yakni kebutuhan sosial media serta kebutuhan keteladanan sosok yang suskes. Kreativitas anak muda dalam kontribusi demokrasi pun snagat beragam dan menarik. Tidak pernah kehabisan ide dan inovasi, selalu mampu menciptakan suasana demokrasi sesuai dengan gaya dan perilakunya. Karena anak Muda milenial itu tipologinya sangat luas sesuai dengan kemampuan, keahlian dan prestasinya. Yang jelas demokrasi dan anak muda menjadi sinergitas politik yang sangat menjanjikan masa depan, karena suara-suara anak Muda akan tersampikan secara lebih ril dalam bingkai politik kekuasaan agar mendapatkan agenda kebijakan yang memberikan regulasi dan jaminan bagi mereka. Karena berkat anak muda jualah demokrasi menjadi berwarna terlepas sebagaian kecil dari mereka hanya menjadi korban politik sebagai buzzer atau relawan politik tanpa etika. Karena memang sebagain dari mereka hanya menjadi bulan-bulanan politik yang diperalat sebagai mesin Politik yang membawa suasana kegaduhan, kebencian dan adu domba tanpa nalar intelektual sebab telah diracuni oleh nalar finansial dari para mafia politik, bandar politik dan oknum politik praktis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar