Sabtu, 26 Mei 2018

Melihat Kontestasi Dakwah Kontemporer


Oleh : Al Azzad 

Bila melihat kondisi belakangan ini, ada banyak hal menarik yang dapat dirasakan kaum muslimin Indonesia. Dari isu lokal, isu nasional dan isu internasional adalah bagian pembahasan yang sangat hangat dan akutual di semua kalangan maupun elemen. Dalam hal ini kepada seluruh aktivis dakwah yang memiliki latar belakangnya masing-masing baik itu organisasi, perkumpulan, majlis, keluarag, lembaga ataupun kelompok lainnya. Semua memberikan pandangan sesuai dengan pernyataan sikapnya melalui hasil kajian serta diskusinya. 

Menariknya ialah semakin banyak istilah yang muncul dari kalangan Islam melalui konteksnya. Hal ini merupakan bagian studi pemikiran Islam yang membaca segala konteks yang ada. Maka sering didengar terhadap berbagai macam istilah, termin, julukan maupun sebutan-sebutan. Mulai dari Islam Radikalis, Islam Ekstrimis, Islam Nasionalis, Islam Tradisionalis, Islam Sosialis dan Islam Dinamis.

Tak hanya sebatas itu, dunia barat yang menyerang Islam pun banyak memberikan sebuah konsep melalui ide pemikirannya. Islamophobia yakni sebuah kondisi kejiwaan yang rentan karena ketakutan terhadap dunia Islam yang kejam, sadis, sangar, ngeri, dan brutal terhadap manusia bagian dari serangan secara sistematis. Tidak hanya itu, maraknya paham yang laris dalam dunia intelektual maupun akademisi pun banyak sumbang sihnya dan produksinya terhadap paham Radikalisme, Terorisme dan Ekstrimisme. Yang tentunya mengarah pada dunia Islam yang semakin sulit dipahami secara konteksnya, hingga akhirnya terpecah belah, sentimen, dan rawan konflik apalagi lemahnya cara berpikir dan dialog serta diskusi secara pemikiran. 

Maka lahirlah fenomena yang bisa disaksikan oleh seluruh kalangan, elemen dan aspek dengan melihat kontestasi dakwah kontemporer tersebut. Seperti adanya tren atau sebuah kondisi yang sedang hangat dan sedang laris, laku atau viral bahwa kontestasi atau panggung mauoun eksistensi dalam dunia dakwah yang diperlihatkan dari berbagai latar belakangnya masing-masing. Baik dari posisi paling kiri ke tengan dan sampai posisi paling kanan selalu mengambil peran untuk memperjuangkan eksistensinya melalui kontesrasi dakwah secra kontemporer yang mempengaruhi ummat, jamaah, audiens dan madh'unya. 

Inilah keberagaman dan keberagamaan serta variasi yang penuh warna warni dalam dunia dakwah di Indonesia. Dakwaha kontemporer yang dimaksud ialah merupakan sebuah tugas suci dan mulai yang konteksnya merupakan era kekinian, abad ini dan dewasa ini dalam melakukan dakwah sesuai metode yang efektif dalam era kontemporer. Hal tersebut sangat erat keterkaitannya dengan media baik itu media massa, media cetak dan media sosial sebagai bentuk sarana dakwah ataupun media dakwah. Namun hal ini, tentu dalam implementasinya selalu ada dampak yang urgensinya dapat mempengaruhi ciri khas masyarakat Indonesia. Seakan ada konsepsi yang terbangun yakni competition & collaboration atau kompetisi maupun kolabirasi.

Melihat kontestasi dakwah kontemporer dibaca dengan dua sistem tersebut, yakni dakwah secara kompetitif dan kolaboratif. Ada yang merasa berjuang untuk saling berkompetisi baik sendiri maupun berjamaah secara kolektif. Ada pula yang berusaha untuk berkolaborasi dan bekerja membentuk kekuatan agar dapat bersaing secara kuat. Bahkan bisa pula ditambahi dengan unsur afiliasi terhadap kegiatan lainnya yang memiliki kesamaan visi dan misi dalam tujuan dakwahnya. Ada yang baru dimulai dengan tahapan dan prosesnya sehingga baru lahir karena konteksnya, ada yang telah hadir berusia sangat muda dengan geloranya, ada yang telah memasuki fase kematangan dengan kebesarannya, dan adapula yang masuk dalam fase keterpurukan atau kehilangan eksistensinya. 

Semuanya memberikan pengaruh, nilai, kontribusi, karya, budaya,  hasil, dinamika, peradaban, sejarah, konteks, pendidikan, pengalaman dan lain sebagainya. Tentu semua pun berada pada garis perjuangannya masing-masing, berada pada visi misi maupun tujuannya, berada pada agendanya, berada pada programnya dan tentu berapa pada wilyahnya masing-masing pula. Hindari yang namanya kerusakan, kehancuran, separatisme, tumpah darah, adu domba, konflik berkepanjangan, dan berbagai hal buruk maupun negatif lainnya. Karena jalan dakwah dalam Islam sangat jelas dicontohkan yang berlandaskan pada Allah dan Rasulnya serta proses dan metode lainnya baik ijtihad para ulama, qiyas, urf maslahah dan sebagainya. Agar hak dan kewajiba bagi warna negara dan bagi seoarang muslim maupun aktivis dakwah dapat memahami secara tekstual dan kontekstual serta lebih mendalam tentunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...