Sabtu, 16 Juni 2018

Antara Qada Dan Qadar


Oleh : Al Azzad 

Ketetapan Allah yang termasuk dalam konteks qada dan qadar adalah berkaitan dengan ketetapan baik dan ketetapan buruk pada kehidupan manusia. Allah sebagai sang Khaliq atau Maha Pencipta manusia telah menggariskan segala urusan dan perjalanan hidup manusia. Takdir Allah merupakan syari’at Islam yang wajib diimani sebagai bentuk rukun iman yang ke enam dalam Islam. Makna qada ialah bukan semata terhadap takdir atau nasib yang selalu menjadi pandangan dasar manusia akan melihat kehendak Allah, melainkan hal tersebut adalah sebuah keadaaan terhadap ketetapan baik atau takdir baik yang dialami oleh manusia. Qada itu selalu datang dengan sebuah kebaikan dan keberkahan hidup yang selalu berada pada garis kebenaran dan garis positif yakni kabar gembira. Pada dasarnya manusia itu selalu mendapatkan qada dari Allah berupa kenikmatan, kemudahan dan keberkahan. Mesi banyak yang berpandangan bahwa semua itu adalah bentuk dari takdir atau nasib manusia, ada yang bernasib baik dan ada yang bernasib buruk.

Secara hakikat, qada dapat ditemukan dan dirasakan oleh kita semua dari hal kecil sampai pada hal yang besar yang menyangkut dalam kehidupan kita. Hanya saja ada yang menyadari dan adapula yang tidak menyadari, ada yang mensyukuri adapula yang mengingkari, dan ada juga yang menikmati namun adapula yang tidak rela hingga tak mampu untuk menikmatinya. Manusia itu secara konsep dasar manusia, lebih mementingkan akan kebutuhan hidup dan keinginan hidupnya. Sehingga lebih suka melihat secara realistis terhdap sesuatu yang bisa dirasakan secara nyata dengan sikap materialistik. Qada yang sudah kita dapatkan yang mulanya jarak begitu dekat dan bahkan begitu melekat pada hidup kita, kini justru menjadi jauh dan menjauh dalam hidup kita dan pada akhirnya menganggap bahwa kita selalu mendapatkan qadar atau nasib buruknya. Maka qada itu akan selalu ada dirasakan oleh kita yang teruji akan kualitas keimanan, ketakwaan, keikhlasan, kesabaran dan keistiqomahaan kita.

Dibalik qada yang kita dapatkan, aka nada pula qadarnya yang merupakan ketetapan buruk atau takdir buruk yang kita rasakan dan dapatkan. Hal tersebut ialah karena lalainya kita sebagai manusia yang justru lebih didominasi oleh sifat manusia kebinatangan ketimbang dengan sifat yang didominasi manusia itu sendiri sebagai manusia yang berakal dan cerdas. Kita selalu merasa bhawa hidup ini terlalu banyak fenomena qadar terhadap aktifas kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita menjadi hamba yang kurang bersyukur, kurang bertafakkur, dan kurang teratur dalam menjalani hidup sesuai dengan syari’at Islam.

Itulah kenapa qada dan qadar itu selalu kaitannya dengan pengaruh kuasa manusia dan Allah. Qada bisa menjadi kuasa manusia ketika telah memilih jalan hidupnya dan hasil akhirnya ialah Allah yang akan memutuskannya sebagai Hakim Tertinggi. Begitupula dengan qadar manusia memiliki kuasa dalam memilih aturan hidup hingga ia akan memutuskan kehidupannya ke arah yang maksiat, mudhorot, dan kelalaian lainnya. Setiap qada dan qadar selalu ada pahala dan dosa, selalu ada surga dan neraka, selalu ada berkah dan musibah, dan selalu ada nikmat dan maksiat, serta selalu ada manfaat dan mudarat. Jangan sampai salah mengartikan qada dan qadar dalam menjalani hidup ini, sebab kuasa terhadap pilihan berhak sebagai rencana hidup kita dan Allah akan memutuskannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...