Selasa, 05 Juni 2018

Bukan Hanya Sekedar Hijrah


Oleh : Al Azzad 

Fenomena hijrah memang sudah menjadi isu kontemporer yang menjadi sebuah gerakan di seluruh kalangan baik remaja, pemuda dan dewasa yang baragama Islam tentunya. Makna hijrah yang menjadi sebuah konsep kehidupan tidak terlepas dari siroh nabawiyyah dan juga syariat Islam. Di zaman yang modern ini dengan maraknay dunia teknologi dan informasi yang telah memasuki tahap globalisasi serta tahapan dunia menganut kebebasan. Artinya adalah semua manusia dapat melakukan apa saja namun masih dalam batasan norma agama maupun norma hukum yang berlaku. Jika melihat situasi saat ini sangat mengharukan dan sangat tragis juga, sebab masih banyak diantara kita yang masih belum memahami arti kata hijrah itu sendiri baik secara hakikat maupun secara ma’rifat atau secara tekstual maupun secara kontekstual.

Bukan sekedar hijrah ini merupakan bentuk refleksi serta kejadian secara riil dan nyata. Banyak diantara umat muslim yang mengatakan dirinya sudah hijrah dan tidak lagi melakukan kesalahan, kemaksiatan, kezoliman, kemungkaran dan kemudorotan. Namun, faktanya masih saja dilakukan berkali-kali dan bahkan berulang kali karena suatu hal. Bervariasi alasan dari masalah ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagaianya. Sehingga antara idealitas seorang muslim selalu terbentur dengan realitas yang ada dengan memahami bahwa realitas itu sellau bertolak belakang dan bertimbal balik pada Islam.

Ada beberapa tahapan serta proses untuk kita memulai hijrah yang sesungguhnya dan bukan lagi menurut paradigma umum yang dibangun oleh media, orang awwam atau bahkan para penyebar isu yang tak paham arti Islam yangs sesungguhnya. Hijrah yang dimaksud adalah memantapkan diri untuk menjadi insan yang istiqomah dalam menjalankan syariat Islam serta mengimplementasikannya dalam  kehidupan sehari-hari dengan berpedoman pada Al Qur’an dan Al Hadits dalam menginterpretasikannya. Tahapan pertama ialah MUJAHADAH  yakni bersungguh-sungguh dalam menjalankan misi hijrah untuk teguh dan yakin bahwa akan meninggalkan segala perbuatan tercela yang selama ini sudah dilakukan. Sehingga tidak mengulagi kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya atau bahkwa sampai berulang-ulang kali. Proses mujahadah adalah proses awal dan yang palinh mendasar untuk kita bisa benar-benar hijrah menuju pada tingkatan dan proses selanjutnya. Tahapan kedua ialah MUHASABAH yakni menyadari dan mengakumulasikan segala kesalahan dan perbuatan dosa kita untuk bertaubat dengan taubatan nasuha serta berusaha untuk melakukan ritual ibadah untuk membersihakan diri dari segala yang mengandung dosa. Sehingga muhasabah adalah proses kedua untuk mencapai hijrah yang sesungguhnya. Semakin kuat muhasabah kita maka semakin kuat pula untuk kita bisa menyadari dan menghitung segala dosa kita agar kelak kita berusaha untuk keluar dari zona dan wilayah dosa yang selama ini kita jalani dan nikmati sebagai bagaian hidup untuk berfoya-foya. Tahapan ketiga ialah MUHASANAH  yakni berkelakuan baik dan senantiasa mengerjakan kebaikan untuk meningkatkan kualitas iman, ihsan, dan islam kita. Dengan muhasanah maka kita sudah memulai hidup yang baru dengan pekerjaan, tindakan, perbuatan, pola pikir, gaya bicara, pergaulan kea rah yang lebih baik karena sudah mulai memperbaiki diri dengan perbuatan yang baik. Hal tersebut dikarenakan telah menyadari bahwa pernah pula untuk melakukan kesalahan-kesalahan yang begitu besar. Maka dengan melakuakn kebaikan dan menebarkan kebaikan maka sudah memulai proses hijrah yang sesungguhnya. Tahapan keempat ialah MUROQOBAH yakni mendekatkan diri kepada Allah untuk mengahdapi dan menghindari sesuatu yang datangnya dari mana saja dan pintu mana saja, apalagi yang datangnya dari segala pintu dosa yang dulu pernah kita lakukan. Dekat proses muroqobah maka kita akan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah sebagai Sang Maha Pelindung dari segala marabahaya, segala kenimatan dunia, segala permasalahan, dan segala perbuatan yang jauh dari syariat. Tahapan kelima ialah MUSTAQOMAH  yakni meneguhkan hati dan pendirian kita sebagai tekad yang kuat dan prinsip yang dipegang tanpa lagi goyah dan terpengaruh oleh apapun apalagi yang datangnya sama dengan dosa yang pernah kita perbuat. Maka teguhkanlah hati, teguhkanlah akal, teguhkanlah iman, dan teguhkanlah hidup yang dijalani tanpa lagi berkeluh kesah, bermaksiat, dan berkhianat. Dan tahapan keenam yang terakhir ialah MUTHMAINNAH yakni mendapatkan ketenangan, kedamaian, kenikmatan, keharmonisan, dan ketentraman hati yang begitu dalam sehingga hari-hari yang kita jalani serasa ibadah tanpa beban, serasa masalah tanpa kesulitan, serasa musibah tanpa hambatan. Sebab jiwa dan hati kita sudah dalam proses yang paling dahsyat yakni muthmainnah dalam kehidupan sehari-hari kita.

Maka kita berangkat bukan sekedar hijrah lagi, melainkan kita hijrah karena benar-benar dalam proses hijrah jiddan yakni melewati dan menjalani setiap tahapan sebagai proses untuk terus membenahi diri. Sebab hijrah juga merupakan jalan dakwah bersama dan kebersamaan akan membangun kekuatan hijrah yang lebih kuat menuju hakikat dan ma’rifat. Hijrah ini adalah sejarah untuk memulai lembaran putih baru yang akan dituliskan dengan segala kebenaran dan kesolihan, bukan lagi hijrah yang akan dituliskan sebagai bentuk memori dan momentum gelap gulita dan penuh suram dalam catatan hitam menuju jalan dunia yang sesunggunya yakni akhirat tanpa meninggalkan dunia dan tidak terlena di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...