Selasa, 19 Juni 2018

Polemik Terhadap Sistem Pendidikan


Oleh : Al Azzad 

Sistem pendidikan di negeri yang dicintai ini masih terlalu banyak kelemahan yang dapat dirasakan. Khususnya pendidikan pada tingkat akademisi yang melahirkan mahasiswa-mahasiswa sesuai dengan bidangnya masing-masing. Polemik terhadap sistem pendidikan pun selalu terjadi, keterkaitan antara yang pro dan kontra sangat telihat jelas dari para intelektual itu sendiri yang terlahir dari dunia akademisi. Ketika sistem itu berjalan baik dari perancanaan yang termasuk didalamnya ialah proyek pendidikan untuk menempatkan sumber daya manusia sebagai penerus dalam sistem kerja yang selalu menjadi bagian terpenting.

Kurikulum pun menjadi landasan utamanya yang diesuaikan dengan kebuthan pasar dalam menguasai suatu bidang yang disbut juga dengan profrsionalitas atau spesialisasi atau keahlian. Kretaifitas pun dimunculkan sebagai bentuk seni di dalam pendidikan agar lebih mendalam dan memiliki makna yang luas. Selain itu, inovasi dalam pendidikan pun semakin berkembang yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kelas didalamnya. Tidak ada yang salah, namun hanya saja pendidikan dijadikan ajang  untuk mendapatkan kekusaan dan tempat yang bisa menjadi pengaruh bagi yang lain.

Pengorganisasian yang dirancang pun disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang ditempuh, semakin lama dedikasi dan semakin tinggi gelar yang didapatkan akan menjadikannya sebagai sumber daya manusia yang memiliki posisi atau tempat yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini pun dijadikan tempat untuk ajang kompetisi bagi yang lain untuk terus rela berjuang menempuh pendidikan demi mendapatkannya, walau pada hakikatnya ialah untuk berbagi ilmu, berbagi wawasan, berbagi pengetahuan, dan berbagi pengalaman. Ketika organisasi menjadi bagian terpenting dalam menjalankan sistem agar terus maju dan berkembang demi memunculkan sesuatu yang sangat inovatif dan menambah khazanah yang luas. Maka diperlukan pula sistem penggeraknya dengan mengatur caranya sebagai bentuk metodologi yang digunakan dari teori yang diapatkan secara empiris. 

Pengendalian pun harus dilakukan agar tidak adanya celah didalam pendidikn yang didapatkan secara instan tanpa proses yang panjang dan didapatkan secara ilegal melalui mekanisme yang dipermudah demi kepentingan hingga melewati prosedur yang cepat demi mendapatkan keuntungan. Hal itu menjadi polemik juga tehadap yang kontra dalam sistem pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan ialah untuk membangun karakter yang baik dengan nilai etika dan estetika. Banyak harapan yang mendalam dan tertuang dari pendidikan, semua itu untuk masa depan yang cerah, dan mewujudkan semua impian-impian sebagai bentuk cita-cita yang selalu dimimpikan.
Pendidikan akademis tidaklah memberikan perubahan yang seharusnya namun justru memberikan perubahan yang tidak semestinya lagi, kondisi itu sudah berubah dilihat dari segi kualitas dan kuantitasnya. 

Banyak para ahli memberikan suaranya  dari karyanya yang tertulis didalam sebuah buku, menemukan gagasan baru sebagai ilmu yang menjawab dari semua persoalan-persoalan yang terjadi, tapi itu hanyalah sebuah teori yang dijadikan konsep dasar untuk memberikan jalan altenatif karena semua tergantung pada sumber daya manusianya. Apa yang telah diperoleh dari dunia pendidikan saat ini hanyalah sebatas nilai yang didapatkan untuk menuliskan hasil laporan sebagai bentuk formalitas, pembelajaran yang seharusnya menjadi prioritas utama itu hilang dan tertutup hanya karena kepentingan sesat, yaitu kepentingan untuk meyelesaikan tugas atau misi sebagai bentuk laporan yang dijanjikan karena tugas yang telah diberikan.

 Mahasiswa justru tidak menemukan jati dirinya yang sesungguhnya setelah keluar dari julukan siswa, namun apa bedanya jika gelar siswa itu justru yang paling abadi melekat dalam dirinya sehingga tidak menjadi mahassiwa, dan gelar mahasiswa itu hanyalah simbol untuk mendapatkan suatu gelar kehormatan yang pada dasarnya hanyalah untuk kepentingan yang mendapatkan kekuasaan dan kepentingan pribadi.

Seharusnya yang diterapkan adalah pendidikan mandiri yang sesuai dengan jalurnya untuk menumbuhkan karekater dari proses belajar yang semstinya datang dari  motivasi dalam dirinya bukan karena beban pendidikan yang ditanggungnya atau hanya sebatas perintah demi mendapatkan nilai yang seutuhnya. Tujuan utama pendidikan ialah terletak pada “character of building” atau pembangunan karakter yang diproses untuk memunculkan kualitas pendidikannya dari interpretasi intelektualnya.

Terkadang mereka yang berpendidikan bukan lahir dari proses dunia pendidikan yang ditempuh, justru mereka lahir dari dunia yang nyata bersatu pada lingkungan alam semesta sehingga mereka berproses belajar dan mengajar dalam dunia pendidikan yang sesungguhnya dari bentuk “Natural of Education” atau pendidikan yang alami dengan nilai-nilai yang lebih mendalam dan empiris.

Pengaruh sistem dalam dunia pendidikan juga memberikan efek tehadap hegemoni intelektual, namun tidak memberikan efek pada hegemoni sosial, hegemoni politik, hegemoni spritual, dan hegemoni hegemoni ekonomi. Pendidikan bukalah jalan satu-satunya, namun pendidikan adalah pilihan dasar utama untuk menetukan langkah berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...