Rabu, 06 Juni 2018

Sebuah Metode Untuk Hijrah


Oleh: Al Azzad 

Kesadaran manusia modern untuk kembali hijrah sudah semakin kuat dan semakin progres terhadap kesadaran religi untuk meningkatkan semangat spritualitasnya. Tentu saja hijrahnya bukan sekadar hijrah biasa yang hanya menjadi trendy bagaikan trend fashion yang selalu berubah-ubah dan terus silih berganti. Karena hijrah itu adalah bentuk komitmen dan konsistensi terhadap apaun yang menerima konsekuensinya dan juga dalam menerapkan hijrah. Saat sudah memantapkan diri dan sudah memantaskan diri untuk hijrah, maka akan terjadi perjalanan yang sebenarnya layakanya seorang pejuang dan pengembara yang sedang melalui rintangannya. Sebab tidak sampai hijrahnya menjadi hijrah yang salah langkah yang dilakukan salah niat bagaikan tersesat di hutan tanpa tahu apapun.

Beberapa hal yang harus dipelajari dan diamalkan untuk bisa hijrah sesuai tuntunan Islam yang baik dan benar. Metode untuk hijrah ini lebih terlihat kekinian dan disesuaikan dengan kontekstual saat ini. Yang pertama adalah Refleksi kita bisa melakukan sesuatu dengan melakukan pemulihan, penyegaran, dan pemurnian atau penjernihan pikiran untuk melakukan hijrah. Merefleksi segala sesuatu yang ada pada diri kita baik di masa lalu, di masa kini, dan sebagainya di masa yang akan datang terhdap semua perencanaan, impian dan harapan itu. Sebab dengan refleksi inilah kita tidak akan salah langkah untuk hijrah dan tidak pada bentuknya sampai ada rasa penyesalan nantinya. Maka refleksikan dulu pikiran dan perbuatan kita agar hati menjadi ikhlas juga tulus dalam menjalani hijrah ini. Yang kedua Implementasi yang sudah pasti mengimplementasikan makna hijrah sesuai dengan syariat dan sesuai dengan kebebasan kita sebagai muslim yang bersumber dari Al-Qur'an, Hadits, Ijma dan Qiyas. Dengan demikian kita akan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah banyak belajar dan mengetahui sumber-sumber sebagai ilmu dan pengetahuan untuk berhijrah. Ini adalah bentuk konsekuensi dari hijrah yaitu mau enggak mau, suka tidak suka, sanggup tidak sanggup juga sudah mantap untuk hijrah maka harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari walau tidak sesuai dengan hasrat dan keinginan kita yang selama ini cendrung untuk maksiat dan suka berfoya- foya. Maka implementasi adalah wujud kita untuk melalui hijrah ini yang merupakan bentuk menyatukan hati karena Allah dan pada Allah kita berhijrah. Yang diabaikan adalah Evaluasi jika kita mengambil pelajaran yang sudah terjadi baik dari sisi kebaikan lain dan dari sisi keburukan lain. Setiap apapun yang telah kita lakukan harus diulang termasuk dengan tarbiyah hijrah yang sedang kita jalani, maka teruslah untuk melakukan evaluasi terhadap diri sendiri perbanyak untuk menilai diri sendiri untuk salah dan segera diperbaiki untuk banyak orang lain untuk menggunjingnya. Terima dengan rasa cinta kasih sebagai bentuk metode dan untuk kita bisa hijrah serta agar senantiasa hijrah ini berkah dan penuh anugerah tidak lagi karena musibah. Yang keempat adalah Interpretasi dalam memahami informasi dan menguraikan masalah-masalah yang dilakukan dengan bersumber pada dalil aqli dan naqli tentu. Jangan sampai karena hijrah ini tapi selalu menginterpretasinya karena seseorang hal diluar kaidah dan akidah. Interpretasi ini adalah cara berpikir dalam memahmi perjalanan hijrah, agar tidak salah memahami mana yang benar dan mana yang salah serta dimulai dari mana dengan siapa yang untuk bersama. Yang dipertanyakan adalah sikap yang teguh pendirian dan istiqomah dalam menjalaninya dan sudah benar-benar kuat dalam melaksanakanyya hingga tidak lagi Ada rasa keterpaksaan atau rasa ketidaksukaan terhadapnya. Jika sudah ada dalam bentuk konsistensi ini maka sudah dipastikan akan kominten dan bertanggung jawab terhadap masalah di dalam masyarakat.

Metode untuk hijrah kali ini dapat dilakukan dan diselesaikan dengan bentuk yang sederhana agar kita bisa melaluinya dengan ilmu yang sudah kita pelajari. Namun harus terus melakukan refleksi dan mencari referensi dalam spritualitas untuk mengolah rasa kecintaan terhadap Islam. Sebab, hal ini agar kita tidak dengan mudahnya mengatakan hijrah hanya dengan bentuk Hidayah. Karena dalam hijrah itu masih ada ukurannya dan prosesnya yang bisa kita lakukan bukan semata karena hidayah. Hidayah itu selalu ada untuk kita yang menjemputnya dan menyadarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...