Senin, 30 April 2018

Negara Mandiri Tidak Ketergantungan


Oleh : Al Azzad 

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang sangat memiliki kecintaan dan kepedulian secara otentik serta nasionalis-fundamentalis tentu menginginkan negeri ini sejahtera lagi makmur. Hal itu dengan cara negara harus berdikari dan mandiri tidak memiliki ketergantungan kepada asing yang terus membuat negeri ini seolah kehilangan jati diri dan kemandiriannya. Sangat disayangkan bila hasil cipta karya dan apapun itu yang dihasilkan dari tanah sendiri, anak bangsa sendiri dan kekayaan sendiri bila tidak kembali dimanfaatkan serta dipergunakan oleh bangsa itu sendiri. Tentu menjadi menyedihkan bila semua hasilnya, uangnya dan kekayaannya justru malah keluar dari negerinya sendiri namun negerinya sendiri masih sangat membutuhkan sekaligus menjadi kebutuhan pokok lagi mendasar. Tentu ada cara berpikir yang salah, keberanian yang menghilang, lingkar mafia yang terputuskan, konspirasi yang tak terbendung, penjajahan yang dibebaskan serta jadi diri yang tergadaikan. 

Sudah sering kali negara ini dinilai sebagai negeri yang kaya lagi makmur serta subur penuh sumber daya alam bahkan mungkin sumber daya manusia yang juga tidak kalah pentingnya sebab semakin maju. Namun semua itu hanyalah bagaikan lebel semata yang di bungkus dengan kemasan yang sangat indah akan tetapi menjual atau ternyata isinya kosong sebab telah dieksplitasi oleh asing. Berbagai macam asumsi dan spekulasi tentang hal ini dikarenakan negara ini masih lemah sumber daya manusia yang berkualitas serta kompeten, masih tidak mampu mengelola dengan baik, keterbatasan modal mesin, belum tersedianya alat canggih hasil buatan sendiri atau bahkan belum sanggup membelinya dan lain sebagianya. Yang sharusnya semua itu dapat diselesaikan dengan baik dengan solusi progresif, apalagi sistem pendidikan negeri ini secara perlahan tumbuh untuk menghasilkan manusia-manusia berkualitas. Tapi apa daya negera ini seperti tak sanggup menjalaninya akhirnya lebih senang menyerahkannya kepada tetanggnya dekatnya atau tetangga jauhnya yang pasti semua memiliki kepentingan terselubung bila tak mampu dan memiliki langkah strategis untuk membendung bahkan menyerangnya. Ataukau ini adalah implikasi dari sejarah penjajahan yang tidak bisa distorsi sehIngga menyebabkan adanya garis maupun aliran darah panjang bermentalkan budak yang dijajah secara konteks modernitas yang dihiasi oleh perkembangan fasilitas yang seolah menjadi bagian negara maju. Lagi-lagi hanya efek dan dampak fatamorgana yang bisa dirasakan untuk menikmati keindahan negeri sendiri untuk dinikmati. 

Negara mandiri tidak ketergantungan haruslah terus ditegakkan dan digalakkan sehingga menjadi ambisi, cita, tujuan, pencapaian, target, dan harapan agar negara ini besar, bermartabat dan menjunjung tinggi nilai harkat bangsa yang berkemandirian. Memaksimalkan internalisasi dari berbagai aspeknya, seban bangsa ini dapat dimanfaatkan demi kemajuan serta eksplotasi internal yang efektif dan efisien serta bentuk dinamisasi segala apa yang ada atas negeri sendiri. Sangat penting sekali negara ini melakukan internalisasi sebagai penguat bangsa, menjaga kekokohan negara, dan menjadikan negeri yang memiliki super power disegani kawan ataupun lawan baik yang dekat maupun yang jauh. Jangan karena dalih akulturasi dan toleransi antar bangsa menjadi larut serta lemah, sehingga tak berdaya bagiakan kapal bocor pecah lambung kapal mengakibatkan tenggelam dan harapan hanyalah sekoci sebagai penyalamatnya. Tentu antisipasi dan kepedulian sangat penting dari jajaran elit bangsa maupun semua komponen dan kalangan untuk sama-sama bahu membahu membangu. Negara ini semakin mandiri.

Tidak ada ruginya bila negara ini mampu bekerja secara mandiri dengan banyaknya tekanan dan ancaman. Tetaplah bekerja sama, akan tetapi batasi, perkecil dan bukan jadi prioritas yang mesti dijalankan sehingga melainkan kewajiban yang semestinya. Karena pada akhirnya pun dihasilkan sendiri, dinikmati sendiri dan dikembangkan sendiri. Proses perputaran uang maupun aktivitas transaksi lainnya semakin membesar secara internal, setelah barulah memperbesar transaksional secara besar-besaran di pasar eksternal level internasional. Dengan begitu proses percepatan pembangunan adalah pembangunan melalui hasil upaya kantong bangsa sendiri, hasil karya cipta bangunan peradaban bangsa sendiri, dan dinikmati digunakan dimanfaatkan serta dihasilkan oleh bangsa itu sendiri. Dengan begitu kesejahteraan secara merata dapat terbagi dan dialokasikan adanya sumber penggeraknya. 

Harapan besar tentu akan selalu ada pada negeri yang tercinta ini, bahwa kelak besar atas tangan-tangan dan kaki-kaki perjuangan anak bangsa nya sendiri. Melalui perjuangan dan pengorbanan hasil internalisasi dari darah juang, semangat juang serta daya juang yang besar dan kuat serta tangguh untuk membangun sekaligus menata Indonesia secara bersama dengan kekuatan bersama. Kemandirian harus ditanamkan sejak dini untuk membangkitkan gelora dan hasrat agar terus berdaya dalam melakukan segala aktivitas yang produktif demi progresivitas. Itulah yang diharapkan kelak untuk negara yang mandiri tidak selalu mengandalkan ketergantungan agar dapat menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia dihari-hari kedepannya secara futuristik. Langkah dan strategi selalu direncanakan dengan sebaiknya demi mencapai misi tujuan kesejahteraan yang sesungguhnya.

Kontribusi Besar Perempuan Indonesia


Oleh : Al Azzad 

Indonesia sangat bangga memiliki para perempuan-perempuan hebat dan tangguh yang senantiasa menjadi bagian dari membangun kebangsaan dari masa ke masa. Perempuan Indonesia tak kalah pentingnya untuk dilihat sebagai penggerak kemajuan bangsa ini dengan melahirkan, mendidik, mengajarkan anak-anak bangsa menjadi cerdas, beragama, maju serta mandiri. Para pahlawan dari kalangan perempuan menjadi teladan yang memperjuangkan hak dan melawan para penjajah terhadap perilaku semena-mena kepada kaum perempuan. Karena perempuan Indonesia adalah ibu pertiwi bangsa ini yang membawa kejayaan. Semangat dan darah juang para pahlawan perempuan mengalir deras dan menjadikan tempat di hati perempuan Indonesia saat ini. 

Melihat keadaan saat ini perempuan Indonesia sudah sangat banyak berada di sektor-sektor formal dan bahkan muncul di ruang publik sebagai bentuk kesamaan hak atas setiap ekspresi ide dan gagasan. Tidak lagi hanya di sektor informal apalagi hanya sebatas tenaga serabutan, melainkan sumbangsihnya terhadap bangsa pun semakin besar. Terlihat banyak dari prestasi-prestasi perempuan Indonesia yang semakin hadir menghiasi catatan keberhasilan bangsa. Para tokoh, pahlawan, pejabat, politisi, guru, polisi, pengusaha, dokter dan porfesi-profesi lainnya itu terlahir dari kaum hawa yang berjasa. Tidak akan mungkin bisa sukses tanpa adanya dukungan kaum hawa khususnya dari Ibu yang telah melahirkan, mendidik, mendukung, mengajarkan serta membesarkannya bahkan mengantarkannya ke gerbang Kesuksesan.

Kontribusi besar perempuan Indonesia tentu sangat banyak, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan yang disebabkan sektor maupun kondisi itu yang sangat banyak melibatkan perempuan secara keseluruhan dari teratas sampai terbawah. Gerakan-gerakan perempuan terhadap kebebasan dalam menyuarakan pendapat, ekspresi dan aspirasi pun tidak pernah dilarang. Bahkan sudah banyak posisi adminsitratif diisi oleh para perempuan. Bangsa Indonesia patut berysukur dan bangga dengan para perempuan Indonesia, meski jumlahnya belum terlalu besar secara signifikan akan tetapi akan terus tumbuh berkembang secara pesat. Posisi-posisi strategis pun banyak diisi oleh perempuan sehingga hal ini menandakan bahwa perempuan Indonesia sangat menjaga amanah dan kepercayaan untuk menepis stigma dan steorotip di kalangan masyarakat bahwa perempuan jua lah yang memprovokasi untuk terjadinya korupsi serta penilaian lainnnya. Namun semua itu dapat dibantahkan dengan kehadiran perempuan hebat yang terus bermunculan dengan adanya prestasi, kecerdasan, kontribusi serta sumbangsih lainnya. 

Sehingga citra perempuan Indonesia tidak lagi hanya sebatas citra buruk dan negstif dengan segala aktivitas nya layaknya profesional dengan kegiatan rumpi, gosip, saling cek cok, perang antar kaum perempuan dan hal-hal yang tidak bermanfaat serta tidak ada kontribusi nya dengan Indonesia semakin ditinggikan. Terbukti dari banyaknya jumlah perempuan yang berpendidikan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Banyak kontribusi dari perempuan Indonesia yang sangat nyata karyanyanya, dan tidak dipungkuri bahwa perempuan Indonesia sangat mandiri dan maju. Meski ibu pertiwi sedang bersusah hati dan air matanya berlinang, semua terbayarkan dan terbalaskan oleh jasa yang bisa dikenang yang bermanfaat dari para perempuan Indonesia ini. Akn terus bermunculan sosok wanita yang hadir memberikan kemjauan pada bangsa ini untuk terus berkembang tentunya. 

Sudah banyak pula para perempuan-perempuan Indonesia yang mengharumkan nama bangsa baik dikancah nasional dan internasional di segala aspek maupun sektor. Tak perlu diragukan lagi kontribusi besar perempuan Indonesia baii dulu maupun kini bahkan kelak, karena semua dilakukan atas dasar cinta dan rasa peduli serta prihatin untuk bangsa yang sangat besar ini. Doanya, air matanya, semangatnya, darahnya, juangnya, gerakannya, gagasannya, cita-citanya, kepeduliannya, keprihatinannya, dukungannya, prestasinya, impiannya, hidupnya dan matinya senantiasa dipersembahkan hanya untuk bangsanya demi keridhoan atas Tuhan Yang Maha Esa dengan segala nikmat Nya dan anuherah Nya bagi bangsa ini serta bagi seluruh alam semesta.

Minggu, 29 April 2018

Memperkokoh Persatuan Bukan Perpecahan


Oleh : Al Azzad 

Indonesia merupakan negara yang berlandaskan Pancasila dan Bhineka Tunggal ika, selalu merawat kebersamaan dalam memperkokoh persatuan bangsa. Negri yang subur lagi mamkmur serta memiliki keberagaman yang sangat kaya budaya, kaya sosial dan kaya alam maupun kayak intelektual. Patut disyukuri bahwa para tokoh pendahulu kita membangun dasar, falsafah, landasan serta filosofi yang sangat hebat yang mungkin generasi saat ini tak lagi bisa memikirkannya secara tajam dan visioner. Indonesia hari ini tentu berbeda dengan Indonesia dulu kala, melainkan jangan sampai Indonesia menjadi hilang dalam sejarah serta kehilangan jati diri bangsanya apalagi pilarnya sebagai kekuatan dasar bangsa Indonesia. 

Realitas masyarakat Indonesia agak sedikit terganggu dengan adanya fenomena kelompok yang terpecah belah menjadi dua bagian yang saling berbenturan. Fenomena ini tentu menjadi sangat berbahaya sebab terjadi sampai akar rumput dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Bila hal itu terjadi di kalangan elit mungkin hal yang wajar sebagai bentuk kontestasi sekaligus realitas politik yang berkompetesi secara sehat, cerdas, intelektual dan penuh nalar. Akan tetapi bila pengaruhnya sampai pada masyarakat lebih luas, maka dipastikan sistem filterisasi dalam menanggulangi perpecahan semakin suliy karena gelombang saling serang dan bener sendiri akan membesar serta saling menjatuhkan yang berakhir pada kekerasan. Tentu hal ini tak ingin terjadi karena akan mempengaruhi masa depan Indonesia sebagai negara berdaulat. 

Memperkokoh persatuan bukan perpecahan yang semestinya harus dilakukan oleh para politisi, elit, tokoh, pejabat, ilmuan, pengamat, intelektual dan agensi sosial lainnya untuk menjaga stabilitas sosial dan stabilitas keamanan negara Indonesia. Jangan sampai pengaruh dari luar yang asing mempengaruhi setiap individu untuk memproduksi materi dan narasi perpecahan demi keuntungan sesaat yang sangat destruktif dan deharmonisasi ini. Sebab persatuan inj dibangun aras dasar semangat, darah, keringat, waktu, perjuangan dan pengorbanan yang besar memerlukan waktu yang cukup panjang. Sedangkan perpecahan ini hanya sesaat dan cukup waktu yang sangat singkat melakukannya. 

Untuk menghindari segala kemungkinan baik konflik, sentimen, dan kekerasan mestinya harus selalu memproduksi kebersamaan dalam persatuan, menjaga kerukunan, merawat kebangsaan, memelihara hubungan, saling berinteraksi antar anak bangsa dan mewujudkan cita Indonesia secara bersama dengan nilai gotong royong. Dengan begitu kita menjadi bangsa yang besar bermartabat dan memliki peran besar secara nasional dan internasional. Dimulai daro hal terkecil dan terdekat untuk bisa membangun gagasan yang besar, sebab dengan begitu akan terwujud persatuan dari akar rumput dari bawah sampai ke atas. Bila bangsa ini terus bersatu dan bangkit dari keterpurukan, maka dapat dipastikan Indonesia akan maju dan berkembang dengan penuh kemandirian membangun peradaban sesuai dengan nilai luhur serta budaya khas Indonesia. 

Tantangan besar generasu selanjutnya untuk memperkokoh persatuan Indonesia agar terus semakin tegak dan kuat, sehingga tidak goyah apalagi pecah hanya karena kepentingan amoral, rayuan untuk menghancurkan bangsa sendiri, dan aktivitas yang keji demi keuntungan. Sebab persatuan termasuk peninggalan yang harus dilestarikan sekaligus cita, harapan, nilai, pandangan, landasan dan sumber kemajuan bangsa untuk menyongsong masa depan yang cemerlang dengan segala tantangan, dinamika maupun hambatannya. Dengan begitu kita semua menyadari dengan hati yang tulus suci terbuka selebarnya nilai empati dan simpati terhadap bangsa yang besar ini. Kita jadikan rumah bersama untuk membangun sesuai nilai luhur dan budaya bangsa kita, agar semua dapat kita lestarikan sebagai bentuk representasi untuk senantiasa memperkokoh persatuan dan menjauhkan serat meninggalkan bahkan menenggelamkan perpecahan diantara seluruh komponen dan lapisan masyarakat Indonesia.

Generasi Milenial Yang Progresif




Oleh : Al Azzad

Sempat membuat publik kaget dengan banyaknya bermunculan generasi milenial yang hadir di ruang publik dan sangat viral dengan menggunakan media sosial yang sangat praktis serta dinamis. Namun diantara generasi muda milenial ini justru kebanyakan minim ide, gagasan, ideologi, wacana, pemikiran dan sebagainya. Justru yang terjadi adalah sarana dan media publikasi sebagai bentuk personal branding dengan bentuk viralisasi agar mendapatkan popularitas sehingga dapat memberikan pengikut, pendukung, dan pencinta. Semua tentunya ada di berbagai aspek kehidupan yang lebih umum masuk dalam dunia hiburan entertaintment digital atau sosmedtainment. Selebihnya lagi yang lebih populer dalam dunia politik pada generasi muda milenial. 

Kehadiran generasi muda milenial ini memiliki macam karakter, ada yang memilih dengan meneladani para tokoh nasional baik para pendahulu maupun yang masih pada saat ini sehingga segala pemikiran diadopsi atau  digunakan sebagai bentuk rujukan. Ada juga yang justru menampilkan  diri sendiri dengan segala kemampuan yang dimiliki dari pengalaman yanh telah ada, kemampuan sosial media, gelar akademis dan jaringan para aktor sehingga berusaha tampil dengan karakter anti mainstream. Ada yang agresif untuk mengomentari dan bersuara serta mengkritsi para seniornya dengan tipologi masing-masing. Adapula yang suportif mendukung seniornya dengan memberikan pembelaan serta dukungan kuat secara moril untuk membentenginya. Ada yang memposisikan diri sebagai pengamat yang hadir di generasi muda milenial untuk melihat realitas agar mampu megkritisi pihak yang selalu bersebrangan. Dan yang terakhir ialah yang apatis terhadap segala isu, dinamika, problematika, persoalan apapun termasuk masalah politik dan kebangsaan. 

Lantas masih kah ditemukan para generasi muda milenial yang progesif, artinya menyadari akan dirinya serta bangsanya demi cita yang berkemajuan dan memajukan negerinya dengan semangat muda. Generasi yang peduli akan kemajuan bangsa tanpa harus mencamploki konsep di luar, melainkan dikontekstualisasikan sesuai dengan sosial, budaya, antropologi, demografi dan etnografi masyarakat Indonesia. Sebab sudah terlalu banyak generasi muda milenial yang justru lebih bangga mencanangkan konsep-konsep kebaratan baik eropa, amerika, australia, tdan timur tengah sesuai dengan pengalaman dan pendidikan masing-masing. Padahal Indonesia punya potensi tersendiri yang sangat berbeda dan berkarakter serat memiliki ciri khas yang mesti dikontruksi dengan baik. Inilah yang semestinya dicari dan diinginkan dalam membangun Indonesia yang berkemajuan dan mendunia bahkan berusaha menginternasionalisasikan Indonesia lebih luas secara kosmopolitan. 

Generasi muda milenial yang diharapkan tentunya yang berkarakter, beradab, berbudaya, bergama dan berkemajuan. Sehingga kehadiran bahkan eksistensinya menjadi generasi yang memiliki integritas, religius, progresif, intelektualis, dan agamis. Sehingga tidak hanya disibukkan untuk sukses mem-branding atau mengenalkan diri dengan cara viral yang sangat instan dan sangat tidak esensi sekali. Akan tetapi hadir dan muncul karena memang tanggung jawab yang tinggi dan kepedulian yang otentik atas bangsanya sendiri sehingga tidak apatis, cuek, dan pesimis atau takut serta malu dengan bangsa sendiri. Padahal generasi muda milenial dapat maju serta bergerak dengan sigap, cepat, nekad berani namun kadang jauh dari etika dan moralitas serta budi pekerti baik di era milenial pula. 

Generasi muda yang progresif memang semakin cerdas, berprestasi, kreatif, inovatif, dan berkemampuan tinggi di era digitalisasi ini. Akan tetapi juga semakin jauh dari genrerasi yang berkarakter sehingga tidak lagi memiliki harkat, martabat, marwah maupun harga diri yang juga representasi dari bangsa Indonesia selaku anak bangsa yang mencerminkan potret keadaan generasi mudanya saat ini. Maka sangat penting untuk terus memberikan dukungan sekaligus pengawasan bahkan petuah lagi nasehat serta contoh teladan mesti ditampakkan agar dapat diteladani. Di tangan generasi muda milenial inilah nantinya Indonesia apakah masih ditangan mereka atau justru sudah berpindah tangan kepada yang lain, semua tergantung bagaimana saat ini menyiapkan investasi sumber daya manusia potensial untuk ke depan yang akan membawa angin segar bangsa Indonesia. Progresivitas generasi muda milenial tidak bisa disepelekan sebab bisa memberikan dampak positif pada bangsa dan juga dapat memberikan dampak negatif pula, karena kemaslahatan masyarakat jauh lebih baik daripada kemudhorotan dan itu semua sangat dekat dengan geberasi muda yang memang fasenya berkarya, berkarir dan berekreasi. Masa depan Indonesia yang cemerlang selalu ada dan tentunya jatuh ditangan generasi muda milenial yang mencintai Indonesia dengan sepenuh hati dan jiwa raganya.

Sabtu, 28 April 2018

Wajah Baru Bangsa Indonesia



Oleh : Al Azzad

Indonesia telah mengalami pergantian rezim dari masa ke masa dari orde lama, orde baru dan reformasi. Setiap rezim memiliki efektivitas nya masing-masing, tentu berdampak positif dan negatif. Hanya saja diantara masa itu mana regulasi yang menguntungkan rakyat yang artinya postitif dan mana yang merugikan rakyat yang artinya negatif. Kebijakannya seolah sama tapi berbeda atau berbeda tapi sebenarnya sama dan polanya tentunya ada yang berkelanjutan, hanya meneruskan, hanya mengkonversi, membuat program kebijakan baru atau bahkan mengadopsi yang lama atau yang berada di luar yang tentunya negara lain sebagai bentuk perbandingan. Semuanya memang dalam framing Demokrasi versi Indonesia yang sedikit berbeda dan memiliki falsafah serta landasan yang dibangun atas nilai perjuangan maupun Revolusi. 

Melihat dinamika dan perkembangan Indonesia dari masa ke masa tentu bergantung pada manusianya yang terlahir sebagai geberasi pemimpin masa depan. Kualitas manusia akan mempengaruhi ideologi negara, sebab manusia itulah yang akan menjalani dan mengimplementasi ataukah justru melawan dan memperbaharui dengan merevisi lalu direalisasikan dengan ideologi individualistik atau organisatoristik. Apapun itu tentu akan memberikan output yang berbeda pula serta implikasi yang sangat berdampak secara tajam maupun ekstrim bila tak mampu memfilter arus counternya yang akhirnya terus berjalan tanpa kendali. Sebab Indonesia mestilah dijakankan sesuai amanat undang-undang dasar 1945 dan berlandaskan pancasila yang telah disusun oleh para pendahulu yang prosesnya cukup panjanh untuk merumuskan itu semua meski redaksi bila dibaca begitu sangat singkat tapi maknanya begitu sangat mendalam dan sangat membawa manusia menjadi lebih visioner dan revokusioner. 

Kondisi akhir-akhir ini sangat mengagetkan sekaligus memberikan kesedihan sendiri untuk Indonesia sebagai pikar NKRI. Indonesia mulai dibangun sangat cepat seolah berlari mendekati garis finish yang mulai berada di dekat mata sehingga tak lagi menghiraukan depan atau belakangnya karena fokus tujuannya. Yang hal itu dalam ranah makro sangat tidak balancing pada akhirnya melupakan diantara lainnya dua, tiga empat dan seterusnya. Negara dengan segala komponennya dan instrumennya harus dibangun dengan hubungan dialogis serta interaktif dengan rakyatnya. Yang kemudian hubungan itu adalah pendekatan ssbagai bentuk representasi kebersamaan dan budaya gotong royong bahu membahu memajukan bangsa Indonesia tanpa menyimpan rasa dendam ataupun saling mengkhianati hanya karena kepentingan sesaat dan bersifat temporal semata. Tentunya semua itu untuk menjalankan visi yang sangat substansi bukan justru hanya sebatas retorika dan abstrak yang selalu dikemas dengan bentuk lelucon, guyonan maupun tingkas sepele seolah-olah sedang bermain dan memainkan alat yang hanya untuk menghibur diri lalu berusaha memamerkan ke yang lain agar menghibur yang lain karena padahal untuk membuat lainnya menjadi ingin serta justru bisa berebutan atau lainnya. 

Wajah baru bangsa indonesia saat ini semakin tidak otentik yang artinya mengakui secara implisit atau eksplisit bahwa Indonesia adalah kebanggan dan kecintaan yang tidak hanya sebatas omongan dan simbol-simbol melainkan kesadaran hati yang tinggi yang sangat mendalam diwujudkan melalui kepedulian, empati, budaya gotong royong, ramah, dan lain sebagainya. Fenomena bangsa Indonesia saat ini lebih bangga dengan sesuatu yang imperialis secara tidak langsung seperti bangga dengan branding produk tertentu baik itu berupa food, fashion, film, fantasy, bahkan pemikiran, buku, ketokohan, dan yang lainnya yang semua itu adalah bagian dari luar Indonesia, kemudian dipaksakan ke negeri sendiri agar mendapatkan lebel sebagai negara yang sama majunya dan berkembangnya seperti apa-apa yang telah digambarkan sesuai kiblat, arah, rujukan, dan referensi nya masing-masing. Memang tidak salah akan tetapi bila itu selalu menjadi ukuran yang sangat over, ektrim, bahkan radikal akan membawa dampak buruk bagi bangsa Indonesia secara otentik dan kemurnian Indonesia itu sendiri. Sebab Indonesia negara berbeda yang memiliki ciri khas tersendiri yang sangat beragam, Pluralitas, multikultural, dan heterogen. 

Bila pun negeri ini mengalami perubahan tentu harapannya ialah menjadi lebih baik tanpa menghilangkan nilai historis kebangsaan yang telah dibangun para pendahulu, majunya sesuai dengan konteksnya keindonesiaan yang tidak dipaksakan apalagi dibenturkan, keanekaragaman nya terjaga bahkan terlindungi bukan terjualkan apalagi tergadaikan, generasinya peduli akan nasib bangsanya sendiri, tidak ketergantungan sebagai watak utamanya melainkan mandiri atau berdikari terus diupayakan meski penuh tantangan, dan harapan lainnya yang melambangkan ciri khas bangsa Indonesia tanpa harus mencamploki warna asing meski indah tapi tak sesuai bangsa sendiri itu lebih baik dijauhkan. Wajah baru bangsa Indonesia era milenial inilah yang mulai hari ini dan ke depan akan mengisi, menjalankan, mengembangkan atau justru menghancurkan maupun mengalihkan serta memindahtangankan bangsa Indonesia, yang segala kemungkinan dapat terjadi. Maka perlu langkah solutif dan progresif untuk mengawalnya serta menyiapkannya bahkan mengelolanya saat ini sebelum kelak menyesal di kemudian hari. Apalagi dinamika dan tangantangan global secara internasional bisa saja semakin mengerikan yang akhirnya melebihi sitausi-situasi tensi perang dunia pertama dan kedua yang berefek pada negara Indonesia. Bila pun bangsa Indonesia akan mengalami banyak perubahan karakter, watak, pola pikir dan sebagainya tentu berharap bertransformasi  ke arah yang lebih baik dan terintegrsikan dengan sisi sejarah keindonesiaan dan kecirikhaskan indonesia yang megalir dan mendarah daging dalam tubuhnya, sehingga Indonesia serta bangsa Indonesia menjadi penentu, perumus, penata dan pengembang dunia di masa yang akan datang yang sudah saatnya mendunia untuk merawat bumi sebagai bentuk upaya dan tanggung jawab manusia terhadap alam semesta ini.

Urgensi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa


Oleh : Al Azzad

Prediksi Indonesia ke depan sebagai negara yang akan mengalami bonus demografi merupakan diskursus yang masih kontekstual untuk diperbincangkan. Apalagi melihat negara Indonesia saat ini semakin bertransformasi menuju ke arah negara yang konsen terhadap pembangunan infrastruktur, sehingga mempengaruhi perubahan sosial-budaya dan perubahan iklim politik berdemokrasi. Masa depan dan cita-cita Indonesia yang masih tertulis secara legal formal ialah poin tentang mencerdaskan kehidupan bangsa, karena memang manusia sebagai SDM adalah hal penting untuk menjalankan segala aktivitas baik pemerintah maupun swasta. Tentu ini menjadi tugas bersama bagaimana agar pembangunan manusia dari sektor pendidikan dapat meningkat dan merata di seluruh Indonesia termasuk yang pelosok dan pinggiran sekalipun. 

Realitas sosial dewasa ini seolah tidak sejalan dengan cita dan harapan tersebut, seolah sangat jauh serta tidak terjangkau yang kemungkinan masih sangat jauh untuk menjangkaunya membutuhkan waktu yang cukup panjang dan lama. Betapa banyak anak, remaja dan pemuda yang tidak dapat mengenyam pendidikan dari tingkat PAUD sampai pada Perguruan Tinggi. Belum lagi bila pun yang telah masuk dalam dunia pendidikan baik jenjang SMA/MA/SMK dan Perguruan Tinggi yang lulus masih banyak yang tidak terserap lapangan pekerjaan. Namun jikalau pun sebagian sudah terserap apakah langkah selanjutnya mereka mendapatkan jaminan hidup, keselamatan kerja, jenjang karir, profesi tetap dan lain sebagainya. 

Urgensi mencerdaskan kehidupan bangsa memang tidaklah mudah dan menjadi PR bagi kita semua. Kualitas manusia sebagai sumber daya harus diperhitungkan secara intensif dan berkelanjutan. Melahirkan generasi-generasi emas di era milenial tentunya harus lebih besar dan bahkan lebih banyak lagi. Sehingga kehadiran geberasi cerdas ini memang hadir karena terpenuhi haknya dalam dunia pendidikan. Semua agar menghilangkan dan menghapus narasi, cerita, kabar tentang anak Indonesia yang tidak sekolah, putus sekolah, tidak mendapatkan hak pendidikan, kesulitan akses pendidikan, mahalnya biaya pendidikan, tidak terjnagkaunya fasilitas sekaligus instrumen pendidikan dan masa depan pendidikan untuk mendapatkan karir atau pekerjaan layak sebagai bentuk kelanjutan hasilnya. Jangan sampai anak-anak Indonesia yang lahir dalam kategori miskin, fakir, dhuafa, kalangan bawah, tuna ilmu, tuna pendidikan, tuna baca, gepeng, jalanan, dan sebagainya menjadi korban ketidakadilan dan ketidaksejahteraan atas negeri Indonesia yang katanya kaya sumber daya alam dan akan megalami bonus demografi di kemudian hari itu yang semua hanyalah Fatamorgana Pendidikan bagi abak bangsa yang tidak dijamin dan diperhatikan nasibnya. 

Cobalah mengambil data, fakta dan kajian dalam hal ini pada masyarakat bawah, kalangan bawah, masyarakat terpinggirkan, masyarakat lemah dan rakyat kecil yang justru ingin mendapatkan hak pendidikan seperti halnya masih mengantri sembako dan belas kasih. Hitungan angka dan matematis memang tidak serelevan hitungan fakta lapangan secara realistis dan realitas, sebab ada banyak kompleksitas problematika yang mereka hadapi dan rasakan akibat dari dampak sistematis yang menjadikan mereka masih terlantarkan. Ini masih belum bicara apresiasi terhadap prestasi anak bangsa yabg sukses dalam dunia pendidikan baik yang melalui jalur bea siswa bantuan pemerintah dan swasta atau memang masyarakat kalangan menengah ke atas yang tidak dihargai, tidak diberikan penghormatan, sertifikasi atau apapun bentuk apresiasinya. Ternyata dunia pendidikan hanya barang dagangan alias produk manusia yang memberikan profit dan keuntungan bagi pemiliknya. 

Komersialisasi pendidikan terus terjadi dan seolah menjadi tren dan konsep pendidikan kontemporer dalam mewujudkan manusia berkualitas. Tidak habis pikir sebagai kalangan rela mengeluarkan biaya semahal dan sebesar apapun demi anaknya agar masuk sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga yang memiliki cap serta stempel favorit agar anaknya menjadi kalangan generasi manusia cerdas berkelas dan berkualitas mengalahkan kelompok kecil di tengah maupun dibawahnya. Hal tersebut agar lebih leluasa mendapatkan ruang di ranah publik, ranah potensial, ranah keuntungan dan ranah lainnya dengan mudahnya. Sehingga dengan mahalnya biaya pendidikan yang mereka keluarkan akhirnya sebanding dengan nantinya output yang mereka inginkan pula untuk berada pada kelas-kelas elit menegah ke atas dengan segala kebanggaanya baik namanya, sekolahnya, perguruan tingginya, alumninya, akreditasinya,  prestasinya dan sebagaiinya. Komersialisasi pendidikan justru menjadi wabah dan penyakit dalam aspek pendidikan yang bukan masuk ideologi kesejahteraan yang harus diterapkan. Membuktikan bahwa Indonesia akan terus mengarah pada fenomena ini ke depan apalagi banyaknya sekolah dan perguruan tinggi level internasional masuk membuka cabang nantinya yang semuanya dalam dalih untuk mewujudkan kompetisi dan kontestasi manusia.

Liberalisasi pendidikan pun menjadi persoalan yang sangat penting dalam aspek pendidikan itu sendiri. Jenis-jenis pendidikan yang bervariatif dan beragam menghasilakan anak didik atau didikan yang beragam pula. Kebebasan pendidikan yang diwacankan ternayata bukanlah kebebasan pendidikan bagi rakyat kecil dan rakyat jelata yang mendapatkan hak dan akses mudah pendidikan dengan gratis. Tidak lah cukup dengan adanya program bea siswa prestasi dan tidak mampu karena itu pun masih terbatas dan kecil serta seleksi yang ketat sehingga tidak menyerap banyak bahkan hanya sedikit saja. Liberalisasi pendidikan hanyalah bentuk kompetisi profit dengan adanya fasilitas lengkap dan mewah yang semua ukurannya adalah keuntungan bisnis dan ekonomi. Semua ini sangat jauh dari cita dan harapan uud 1945 yang redaksinya menyebutkan mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Lantas apa solusi yang bisa diberikan untuk menjawab problematika tersebut yang masih dalam satu aspek yakni pendidikan. Sebab urgensi mencerdaskan kehidupan bangsa haruslah dilihat secara gambang baik mikro, meso dan makro dalam dunia pendidikan. Aktualisasi amanah undang-undang terhadap mencerdaskan kehidupan bangsa harus menjadi prioritas dalam mewujudkan genrerasi emas di mienial ke depan. Dan hak pendidikan merata dari hulu sampai hilir, jangan sampai ada anak tidak mendapatkan haknya untuk sekolah. Betapa majunya Indonesia bila anak negeri, anak bangsa dan generasi anak, remaja dan pemuda nya semuanya berpendidikan maka tentulah Kesejahteraan akan didapatkan. Mencari ilmu tidak hanya di sekolah dan perguruan tinggi saja itu memang benar, tapi akan jauh lebih benar lagi bila sekolah dan perguruan tinggi memberikan ilmu serta akses untuk menjadi manusia cerdas dengan kemudahan mendapatkannya bahkan gratis itu jauh lebih benar sekali sehingga khsusnya rakyat kecil rakyat jelas kelangan bawah mengenyam pendidikan. Katakan tidak pada kesenjangan akses dan hak pendidikan bagi anak Indonesia yang tidak dan belum mendapatkannya.

Jumat, 27 April 2018

Merajut Kebersamaan Dalam Perbedaan



Oleh : Al Azzad 

Negeri yang besar tentunya memiliki perbedaan yang sangat beragam pula. Sehingga negeri itu sangat penuh rahmat Tuhan Yang Maha Esa dalam penciptaan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan sangat menjunjung tinggi kebhinekaan maupun pluralitas terhadap siapapun. Kebhinekaan adalah kerangka dasar bangsa Indonesia menjaga kebersamaan dalam setiap partikular maupun perbedaan-perbedaan yang cukup banyak jumlahnya. Semua menjadi populasi Kebangsaan yang mesti dirawat secara bersama-bersama tanpa ada kendala apapun yang bersifat diskriminatif. Perbedaan ini bukanlah menjadi penghalang atau alat saling bermusuhan dengan bentuk counter yang terus menerus untuk saling antar satu dengan yang lainnya. 

Berbeda pendapat adalah bagian dari iklim intelektual yang mesti dilestarikan dengan cara yang ilmiah melalui jalan-jalan keilmuwan baik dari dialog, diskusi, seminar dan perbincangan kebangsaan. Berbeda pilihan adalah bagian dari iklim keberagaman ysng memiliki dasar kepentingan yang kuat secara legal dan tidak bertentangan secara hukum sehingga berbeda pilihan bukan berarti bermusuhan melainkan berkompetesi dan menjalankan kontestasi secara terbuka dan Demokratis selama masih dalam ketentuan yang diatur tidak melanggar maupun mengabaikan. Itulah kenapa dinamika kebangsaan akan selalu ada tinggal sejauh mana merespons dinamika tersebut, apakah selalu mengarah kepada perpecahan ataukah kepada persatuan. 

Sitausi-situasi sentimensi ataupun kondisi konflik serta keadaan yang memanas bukankah jalan yang efektif untuk membangun bangsa agar lebih progresif dan solutif melainkan justru lebih dekat pada destruktif dan kontradiktif. Narasi-narasi yang seharusnya dibangun adalah narasi kebangsaan yang berisi tentang kemajuan, pemerataan, kesejahteraan, keadilan, kedaulatan, kemanusiaan, permusyawaratan, dan perkembangan yang dikontekskan dengan iklim kebangsaan. Sehingga gagasan yang maju lebih mendominasi menjadi konsumsi publik yang bersifat kemajuan bangsa sehingga membangun kecerdasan, kesejahteraan dan keadilan. 

Merajut kebersamaan dalam perbedaan adalah sebuah ide bersifat harapan yang diinginkan dalam kurun waktu secara terus menerurs tanpa adanya henti. Sebab dengan begitu lebih mengedepankan kebersamaan yang membangun kesejahteraan dalam kebahagiaan di atas semua golongan dan semua kepentingan. Mau tidak mau kecerdasan untuk memahami budaya, sosial, antropologi, dan kearifan loka indonesia sangatlah penting untuk menjalankan keberagaman yang membahagiakan. Dengan begitu semua akan menjadi lebih baik ke depannya dan tentunya harapan semua kalangan. Karena secara bersama menjaga dan merawat bangsa Indonesia agar terus berjaya tanpa harus menjadi lemah bahkan melemah dikancah dunia tentunya. Martabat bangsa harus besar dan eksis sehingga dapat disegani oleh siapapun. 

Sangat mahal untuk dapat membangun kebersamaan dengan merajutnya penuh cinta kasih sayang. Akan tetapi sangat mudah menghancurkan itu semua dalam hitungan waktu yang sangat singkat. Meski dalam prosesnya kehancuran jauh lebih mahal biaya dan harganya akibat setiap kerusakan dimulai selalu ada pembiayaannya untuk melawannya secara sistematis. Karena bangsa yang besar ini diisi dengan banyaknya perbedaan sebagai keberagaman, sehingga bukan untuk dimusnahkan atau genosida atau apapun bentuknya melainkan dirajut secara bersama dalam ranah kebangsaan. Mulai tinggalkan narasi destrktif dan narasi hoax hanya untuk saling menyerang dan menjatuhkan yang berefek pada kegaduhan bangsa secara nasional dan menjadi bulan-bulanan peristiwa yang amat sangat tidak produktif. Karena bangsa ini milik semuanya maka mari kita rajut bersama dalam perbedaan yang membuat kita sebagai rahmat yang diberkahi dan diridhoi oleh Yang Maha Kuasa.

Kamis, 26 April 2018

Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat Indonesia


Oleh : Al Azzad

Hiruk pikuk dan dinamika bangsa tidak lepas dari adanya budaya saling serang menyerang tanpa nalar sehat dan nalar intelektual. Melainkan lebih mengedepankan hasrat untuk menjatuhkan sehingga tidak berupaya memberikan solusi konstruktif melainkan justru problematika destruktif yang terus dinarasikan sebagai bahan diskusi yang semakin tidak substantif. Ini menjadi catatan sejarah buruk di era kontemporer dan milineal bila hal yang tidak esensial terus digemborkan sebagai isu yang tak bermanfaat, sebab akan menambah waktu panjang untuk maju dan berkembang ke arah yang lebih baik demi masa depan Indonesia. Sehingga tidak sadar bahwa rakyat khususnya rakayat kecil dan rakyat jelata menjadi penonton seperti anak kecil yang akhirnya akan meniru dan mencontoh serta bertindak jauh tak terkira secara berlebihan ketimbang yang telah memberikan teladan buruk dari para aktor dan pelaku yang hasratnya mencari kegaduhan bangsa yang tersisipi keuntungan.

Banyak yang menginginkan kekuasaan secara legitimasi dengan mencari dukungan serta materi bahkan narasi dalam kalimat memperjuangkan rakyat kecil dan rakyat jelata. Setelah sukses mendapat dukungan rakyat kecil untuk mencapai kursi-kursi kekuasaan maka mulailah jauh dari apa yang telah diteriakkan. Kursi yang begitu empuk dan nyaman dapat memberikan kebahagiaan itu justru tak ada pengaruhnya dan dampaknya terhadap rakyat kecil dan jelata. Sehingga menyejahterakan kepentingan pribadi, kelompok dan golongan sendiri. Ini semaca.  Budaya buruk yang tiap konteks terus terjadi seolah tidak ingin bertransformasi ke arah budaya yang lebih baik lagi atau yang sesuai leluhur dengan contoh teladan yang lainnya.

Berbagai macam perjuangan dengan menggunakan ideologi mengarah pada kesejahteraan rakyat ketika masa-masa perjuangan, ketika setelahnya tinggal cerita dan kenangan bila ada hanya sebatas jalinan persaudaraan atas nama silaturrahmi bila ingin kembali mendapatkan dukungan rakyat kecil dan rakyat jelata. Rasa keadilan sosial yang masih belum bisa diwujudkan, ditambah lagi dengan kehidupan rakyat Indonesia yang kebanyakan didominasi warga miskin, tidak sejahtera, tidak mampu dan tidak mendapatkan tempat tinggal. Entah ini mental rakyat Indonesia yang miskin sehingga tidak merata kesejahteraan karena masih adanya kesenjangan ataukah memang sebuah konspirasi atau kejahatan sistematis negara yang secara sengaja atau tidak sengaja masih mengakar sehingga sulit keluar dari kemiskinan. Setidaknya kesejahteraan rakyat Indonesia merata, berkeadilan dan mengurangi kemiskinan dari masa ke masa.

Mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia adalah kewajiban dan keharusan bagi siapapun baik pemerintah maupun swasta bahkan individu-individu yang berkecukupan dan peduli untuk mengangakat martabat rakyat Indonesia agar sama-sama menjadi rakyat sejahtera berkecukupan. Hal ini tentu menjadi persoalan serius dan sangat penting untuk memutus rantai kemiskinan dan menghapus mental ketergantungan bantuan serta menghancurkan segala sistem yang berdampak kesenjangan yang sangat jauh. Sebab bila tidak begitu maka negara kita hanya sebayai pelayan, pembantu, dan penonton do negeri sendiri sehingga tidak bisa mendapatkan akses kebutuhan hidup dan kebutuhan sebagai warga negara dalam berbagai aspeknya. Tentu ini tak bisa dibiarkan begitu saja, langkah konkrit, solusi praktis, sistem progresif dan keseriusan pengawasan menjadi cara yang dapat dilakukan agar segera diimplementasikan. Supaya dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan, merata dan berkeadilan.

Mulai tinggalkan budaya hanya mengambil kepentingan rekayata dengan dalih atas nama rakyat bila memang nantinya tak bisa mewujudkan dan mengimplementasikan. Indonesia butuh pembangunan kesejahteraan khususnya sosial, pendidikan dan kesehatan adapun yang lainnya infrastruktur, politok dan sebagainya menyusul ketika ketiga fokus telah merata. Jangan pula edukasi rakyat menjadi mental terjajah secara terus menerus dengan memperlihatkan perdebatan dan sentimen antar elit, pejabat, politisi, budayawan, pengamat dan sebagainya. Hal itu terkadang bukan mencerdaskan melainkan menjerumuskan ke hal yang tidak berkemajuan. Namun harapan agar Indonesia tetap sejahtera di atas semua golongan dan kalangan serta elemen bahkan setiap rakyat akan selalu ada dan harus diwujudkan secara bersama. Bila kesejahteraan terwujud dam merata maka tidak ada lagi yang meras miskin, susah dan apapun alasannya akan tetapi bahagia, sejahtera dan berkecukupan tentunya.

Mahasiswa Yang Dirindukan Bangsa




Oleh : Al Azzad

Akhir-akhir ini pola kehidupan mahasiswa milineal atau kontemporer di era reformasi mengalami transformasi. Sehingga daya dobrak dan daya kriris semakin tumpul justru yang semakin membesar daya bully dan daya intimidasi layaknya menjatuhkan seorang lawan tanpa terhormat meski sesama mahasiswa antar satu dengan yang lainnya. Itulah kenapa anak bangsa kesulitan dalam menyamakan sebuah ide dan gagasan besar dalam memajukan bangsa ini lebih bermartabat, beribawa, berkemajuan dan berkemandirian. Padahal ujung tombak dan jantungnya adalah para pemuda dan tentunya para mahasiswa yang mendalami proses intelektual dan proses aktual gerakan perubahan.

Perlu diketahui bahwa mahasiswa bukanlah aktor politik bila melakukan sebuah kritikan dan pendobrakan ide, melainkan posisinya adalah sebagai kaum intelektual muda yang memberikan respon serta pengawasan terhadap hal yang tidak sesuai cita-cita bangsa. Sebab posisinya adalah pertengahan yang dapat menyatukan antara penguasa dan rakyat atau masyarakat. Justru proses politik dan politisasi itu selalu datangnya dari para aktor politisi dan seluruh jajarannya dan elemennya sampai level terbawah. Ada framing yang dibangun dengan gaya counter of back artunya serangan yang membalikkan suatu keadaan yang pada dasarnya keadaan itu sudah benar dan bersih serta netral dan menjadi sebuah kesalahan besar dengan framing global yang diciptakan. Sehingga kesannya adalah selalu membidik dan mematikan sebuah kebenaran, progresivitas, dan solusi.

Bangsa ini merindukan mahasiswa yang banyak mengisi karya dengan segala kemampuannya. Baik itu karya lisan, tulisan, program nyata, pemberdayaan, demonstrasi, revolusi, dan lain sebagainya dalam kerangkan menghidupkan peran mahasiswa yang sesungguhnya sebagai kaum cendikia, kaum intelektual, dan kaum perubahan yang sangat segar ide serta gagasannya. Bukan hanya selalu disandingkan dengan formasi politik mahasiswa yang seolah akan menjadi penguasa atau pemimpin instan negeri dan bangsa ini. Tentu mahasiswa masih memiliki proses panjang untuk menempuhnya baik dari segi pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan tentunya.

Mahasiswa yang dirindukan bangsa adalah mahasiswa yang meneruskan amanat undang-undang 1945 dan pancasila yang sesuai dengan historis kebangsaan para founding father yang sangat kental nilai filosofis, orisinalitas dan kemurniannya. Sebab bila dilihat dengan kontekstual kekiniannya ternyata mengalami perubahan makna secara esensi tergantunh siapa yang membumbui dan menambahkan cita rasa landasan dasar bangsa itu. Banyak cita-cita yang secara teks, sumber, pedoman dan hukum jelas untuk diwujudkan dari tangan-tangan mahasiswa sebagai geberasi pemimpin masa depan baik persoalan khsusu maupun secara umum. Dari mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan perdamaian dunia, keadilan sosial dan lain sebagainya.

Realitas mahasiswa yang semakin apatis terhadap isu kebangsaan dan sangat pragmatis dengan kehidupan sosial serta sangat hedonis dengan kebutuhan hidup di era modernisasi dan globalisasi. Ini menjadi catatan hitam sejarah mahasiswa dari masa ke masa dan akan menciptakan kemerosotan ataupun distorsi dinamika mahasiswa yang penuh daya kritis, daya dobrak, daya juang, daya perubahan, dan daya gagasan yang kuat. Akan tetapi selagi masih ada mahasiswa yang di dalamm dadanya dan jiwanya semangat bangsa dalam merubah dengan semangat berlandaskan nilai filosofis, maka bangsa ini akan maju tanpa kehilangan hakikat kebangsaan dan historis kebangsaannya. Sebab punya tanggung jawab moral sebagai mahasiswa kekinian di era milenial tanpa harus sama dengan sejarah dinamika mahasiswa pendahulu nya dan tanpa kehilangan nilai-nilai perjuangan, nilai-nilai idealisme, nilai-nilai ideologi dan nilai perubahan serta progresnya. Maka dengan begitu mahasiswa dari masa ke masa adalah mahasiswa yang membangun bangsa ini dengan kemajuan serta menajdi mahasiswa yang dirindukan bangsa itu sendiri sesuai amanat yang sudah ditetapkan secara filosofis tentunya.

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...