Oleh : Al Azzad
Manusia yang semakin individualis akhir ini ialah tak hanya secara realitas sosial melainkan secara realitas media sosial. Terkesan seperti peduli dan berpikir untuk bersama namun ternyata hanya angan belaka untuk kebutuhan viral serta eksistensi pencitraan melalui sosial media. Melihat kehidupan bangsa yang hanya setengah dan begitu sempit, sehingga kesimpulan setiap cerita yang diberikan ialah antara keberpihakan atau perlawanan.
Yang lucunya adalah banyak yang berkoar di sosial media sehingga melampaui sekitarnya baik itu melampaui guru, dosen, doktor, profesor, kiyai, ustadz, ulama, syekh, habib, ilmuwan dan lain sebagainya. Namun dari segi kehidupan nyata pun banyak pula tipu daya dan gaya yang bertolak belakang dengan keaslian serta kebenaran hidup yang sesungguhnya yang apa adanya dalam kesehariannya. Sehingga sulit membedakan mana manusia mana robot mana binatang dan mana alam. Sebab tak adalagi nilai dan ukuran kebaikan yang bisa dilihat dari manusia.
Kehidupan bangsa ini semakin hari semakin rumit dan ruwet saja. Entah terlalu pintar akhirnya kebablasan, ataukah karena sepele sehingga dibiarkan atau karena terlalu khawatir sehingga terlewatkan. Dari hulu sampai hilir maupun sabang sampai merauke tak akan pernah ada habisnya problem yang ada. Bangsa yang besar adalag ketika problem datang dapat diatasi dan diberi solusi sehingga selesai dan terpecahkan dan kembali menghadapi dan menyelesaikan problem baru yang lain yang terus kunjung datang. Jadi bukan ditumpuk, tertumpuk dan menumpuk bahkan dibiarkan bertumpuk-tumpuk tanpa proses dan solusi. Sebab solusi kehidupan berbangsa adalah ciri negara hebat, progres dan mandiri.
Banyak generasi remaja dan muda serta masyarakat apatis dengan persoalan dan problematika bangsa. Hanya saja mereka terlalu sibuk mementingkan dirinya baik secara sempit dan tidak secara luas. Akhirnya acuh tak acuh, sinis, dan tidak pernah ingin memikirkan urusan yang baginya tidak Penting yang padahal itu berpengaruh pada kehidupan yang sesungguhnya. Sudahlah apatis yang begitu besar, nyolot, dan sadis tapi terkadang paling besar pula komentar, nyinyiran, gosipan, hoax, penilaian buruk, negatif thinking, perasangka praduga jahat, dan sebagainya. Padahal semua itu adalah bagian dinamika bangsa yang seandainya bisa peduli, mau berjuang, serta ikut serta menyuarakan maupun mengkampanyekan maka dinamika kehidupan bangsa terlewati dengan mudahnya penuh kemajuan.
Lagi-lagi apatisme terhadap dinamika bangsa ialah bagian fenomena kontemporer yang jauh dari nilai kebangsaan yang sejatinya. Tidak mempedulikan sesuatu yang urusanya maslahat dan manfaat justru malah diabaikan serta dijauhkan. Maka wajar saja bila yang terjadi adalah wabah atas paham apatisme tadi, sehingga bangga dengan sesuatu yang diluar yang tidak baik, asing serta tak sesuai budaya maka merajalelah generasi lemah, manja, kemulai, dan tak bermental baja hanya bermental muka tembok tanpa malu sedikit meski bersalah, banyak lemahnya dan tak bertanggung jawab secara makro. Tentu ini peran semuanya untuk kembali merefleksikan diri nilai juang dan nilai korban dengan sebaik-baiknya.
Meskipun dinamika terhadap bangsa begitu besar dan banyam semua terlewati dengan solusi kehidupan yang baik sesuai aturannya. Maka perlunya paham terhadap optimisme dan sifat yang sangat protektif sangatlah penting sebagai semangat yakin untuk tetap dan terus maju tanpa mundur. Karena sebagai anak bangsa maka sudah seharusnya bahwa untuk tidak memiliki apatisme terhadap dinamika bangsa. Sehingga carut marut, kemalut dan semerautnya sebuah program dan agenda dapat dihadapi dengan keyakinan yang tinggi dan besar tentunya.
Kini sudah saatnya meninggalkan sesuatu yang seolah peduli ternyata kebohongan, meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya bila terus hanya dimomentari, digosipi, dan dipelitirkan atau disalahgunakan. Sehingga sangat peduli terhadap isu bangsa, diskursus bangsa, pembangunan bangsa, agenda bangsa, fenomena bangsa, serta persoalan, probelmatika dan rancangan bangsa. Agar dapat mengetahui alur secara cerdas, logika, intelektual, hati nurani, nalar sehat dan hati yang jernih. Karena itulah hakikat dan makna dari dinamika kehidupan bangsa dari masa ke masa tentunya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar