Selasa, 29 Mei 2018

Pembangunan Kesejahteraan Ataukah Kesenjangan


Oleh : Al Azzad 

Pembangunan adalah salah satu bagian aspek kehidupan yang sangat penting peran serta tujuannya. Pembangunan juga memiliki tipologi dan jenis dalam mengimplementasikannya sesuai dengan agendanya. Bidang inilah yang sangat banyak pengaruh serta keterlibatannya terhadap semua aspek yang ada baik sosial, hukum, politik, budaya dan sebagainya. Karena pembangunan sejatinya ialah sebuah peradaban manusia yang akan menentukan kemajuan bangsa itu sendiri. 

Namun dalam hal ini, pembangunan infrastruktur lah yang paling banyak menghasilkan polemik, konflik, sentimen, resistensi, konfrontasi, dan boikit serta aksi lainnya. Sebab, bila salah satu atau seterusnya dirugikan, tidak dilibatkan, diselewengkan atau apapun itu akan mengundang berbagai macam reaksi yang ada. Tentunya ini ada hubungannya dengan negara sebagai pemerintahan dan korporasi sebagai swasta. Yang saling bersinergi dan berkesinambungan dikarenakan pembangunan bersifat berkelanjutan. 

Memang pembangunan sangat luas baik itu pembangunan karakter, pembangunan pariwisata, pembangunan infrastruktur, pembangunan industri kreatif, pembangunan masyarakat sipil dan lain sebagainya. Tentunya semua itu belandaskan pada asas keadilan, kesejahteraan dan kebersamaan. Setiap pembangunan itu akan selalu dimulai dari segi politik dan hukum kemudian berlanjut pada level kebijakan. Saat menjadi kebijakan itulah mulai diatur segalanya melalui beberapa tahapan yakni agendanya, rumusannya, implementasinya, pengawasannya, laporannya, evaluasinya, rekomendasinya dan kembali kepada agendanya yang terbaru disesuaikan dengan konteks serta kebutuhan.

Lantas apakah benar pembangunan itu merupakan bentuk untuk mencari serta mencapai kesejahteraan ataukah justru kesenjangan yang ada. Tentu hal ini sangat dikaji dan didiskusikan begitu panjang lebar dengan berbagai perspektif, studi, aspek, keterlibatan dan lain sebagainya. Dari segi akademis dan teoritis sudah banyak yang membahas serta menjelaskannya sesuai dengan studi kasusnya masing-masing. Namun perlu adanya upaya untuk mengawal dan meneliti pembangunan ini sebenarnya untuk siapa, bagaimana prosesnya, apa tujuannya, dan lantas tindak lanjutnya seperti apa. Apakah pembangunan secara diskursus adalah wujud kesejahteraan apakah secara impelementasi keadilam dan apakah secara realitas justru menghadirkan kesenjangan. 

Pembangunan kesejahteraan ataukah kesenjangan seolah bagaikan dua mata pisau atau bahkan dua mata koin yang semuanya memiliki makna filosofis yang berbeda meski sedikit identik kesamaannya. Terkadang pembangunan memang benar adanya adalah mewujudkan kesejahteraan akan tetapi pada pihak yang berkepentingan, pihak yang menang, pihak yang terlibat,  dan pihak-pihak tertentu saja. Karena memang kadang pembangunan mewujudkan kesenjangan pun benar adanya secara realitas masyarakat terpinggirkan, tidak mendapat hasil keuntungan, tidak berpengaruh pada aspek ekonomi, pendidikan, kesehatannya, semakin tergusur, terjajah, dan terampas haknya bahkan tidak terfasilitasi atau terakomodir lagi.

Fenomena pembangunan seolah hanya bagaikan festival dalam menjajakan segala apa yang ada yang hanya sebatas hiburan tanpa isi dan makna yang secara nyata solusinya, nyata urgensinya dan nyata hasilnya bagi seluruh komponen dan partikular yang ada serta terlibat tentunya. Tentu semuanya berharap dan menginginkan bahwa pembangunan itu adalah kesejahteraan di atas semua golongan, semua kepentingan, semua elemen, semua unsur masyarakat dan semua sektor yang ada dengan memaksimalkan hasil serta tujuan kesejahteraan dan meminimalisir bahkan meniadakan kesenjangan. 

Tentu semuanya itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan dan mengedipkan mata saja. Ada jalurnya, prosesnya, prosedurnya, tahapannya, dan unsur lainnya yang semuanya dilakukan secara inklusif, intensif, integratif, interkonektif, dan interaktif. Kesejahteraan adalah segalanya dan harus diatas segalanya yang jangan sampai hanya sebatas simbol, retorika, maupun tampilan saja namun tetaplah sebuah isi dan nilai yang diperjuangkan secara bersama maupun gotong royong. Karena semuanya menginginkan pembangunan berbasis kesejahteraan, berlandaskan hukum yang berkeadilan, dan bernilai atas dasar kemanusiaan. Sehingga menolak secara fundamental terhadap pembangunan yang menghasilkan kesenjangan, mewujudkan kemiskinan,  dan menciptakan keterpurukan atas dasar ketimpangan hukum yang tak berkeadilan. Seyogoyanya semua ini adalah milik bersama dan dirasakan untuk kepentingan bersama, kebermanfaaatan bersama serta kemaslahatan secara bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...