Kamis, 17 Mei 2018

Perjuangan Melawan Neo Kolonialisme


Oleh : Al Azzad 

Akhir-akhir kita sering melihat dan mendengar segala informasi maupun pemberitaan baik media massa maupun media cetak bahkan media sosial tentang keadaan dan kondisi Indonesia. Di sisi lain ada yang diuntungkan secara sepihak dan di sisi lain ada yang dirugikan secara totalitas, sehingga dirasa merugikan negara maupun masyarakat. Zaman yang semakin maju dan berkembang terhadap sains maupun teknologi, membuat negara-negara besar, kuat dan kaya melakukan ekspansi ke negara-negara kecil, berkembang dan lemah. Hal ini membuat situasi baru dalam bentuk penjajahan wajah baru dan gaya baru dengan memakai banyak metode dan agenda tentunya. 

Isu pembangunan yang sifatnya infrastruktur dan bangunan adalah produk paling laris dan paling cepat di konsumsi oleh negara berkembang, apalagi masyarakatnya sangat mudah didoktrinisasi dengan budaya impor dengan dalih modernis dan dinamis. Neo kolonialisme sedang memasuki fase dan masa baru yang bergerak secara soft dan smooth, yang meciptakan rasa dengan feeling serta pola pikir atau mindset. Dan hal ini pula yang belum dimiliki oleh negara berkembang yang notabene sangat lemah ekonomi dan politik untuk menangkal, melawan dan membendung neo kolonialisme ini. Segala bentuk studi, konsepsi, diskursus, agenda dan isu belum ada yang tercipta dan diproduksi untuk mereduksi neo kolonialisme ini. Justru malah diberi dukungan kuat, legitimasi dan jalan secara konseptual oleh para pelaku yang terlibat di dalamnya. 

Dunia akademisi yang dalam hal ini adalah harapan untuk memproduksi sebuah pemikiran kritis untuk melakukan perjuangan dan perlawanan neo kolonialisme seperti belum menemukan taringnya dan resistensinya. Akibat kehidupan yang sangat pragmatis, apatis dan hedonis menjadikan dunia akademisi semakin lemah, justru menjadi ladang agen misi kolonialisme yang mempengaruhi masyarakat awan dan masyarakat lemah tak berdaya dengan segala trend serta gaya hidupnya. Tentu ini merupakan sebuah fakta realita yang harus diputus perkembangannya dan jalannya. Agar Indonesia negara tercinta yang subur makmur ini memiliki konsepsi sendiri secara mandiri dsn berdikari untuk merumuskan negara maju sesuai dengan nilai budaya, ideologi dan sejarahnya.

Perjuangan melawan neo kolonialisme era kontemporer sungguhlah berat. Sebab yang berperan sebagai aktor adalah anak bangsa sendiri yang menjadi agen dan penyambung lidah bangsa asing yang ingin berekspansi ke negara ini untuk mendapatkan hasil ekonomi, sosial dan politik tentunya. Tak habis pikir lagi bahwa, minimnya sinergitas elemen anak bangsa yang semakin terpecah dan terjadi benturan yang saling menghancurkan antar satu dengan yang lainnya sehingga berkoalisi serta bersinergi dengan bangsa asing agar lebih mudah menghadapi pesaing sesama anak bangsa. Tentu ini sudah jauh dari cita-cita leluhur para tokoh bangsa yang semangat memperjuangkan tanah air dengan segala kemampuannya. Ini semacam ada pergeseran pemikiran dan pergeseran sikap dalam mengurusi sebuah negara. 

Ketika neo kolonialisme ini masuk dengan segala variasinya melalui investasi, wisata mancanegara, pertukaran sumber daya manusia, impor tenaga ahli, adopsi ideologi asing sebagai bentuk pergerakan kekinian, impor tenaga buruh, program pertukaran pelajar, program kunjungan para pejabat terhadap negara asing, gencarnya pengakuan asing sebagai eksistensi individu maupun kelompok, jalur lintas bebas antar negara, dan berbagai macam cara lainnya. Maka hal ini perlu dilawan pula dengan semangat neo resistensisme sebagai bentuk perjuangan dan pengorbanan melawan kekuatan asing yang semakin deras masuk tanpa lagi terbendung oleh negara dengan segala elemen maupun institusinya. Hal ini semacam perjuangan pribumi atau penduduk yang lahir dan terlahir di Indonesia agar lebih banyak berhak mengelola, menikmati, memanfaatkan, mengembangkan dan memajukan segala apa yang ada di bumi maupun tanah air Indonesia ini. 

Sudahlah, tinggalkannlah isu-isu yang diproduksi oleh sekelompok oportunis yang mencari keuntungan di setiap kelemahan masyarakat. Isu mulai terorisme, radikalisme, ekstrimisme, pluralisme dan sebagainya yang tidak sejalan dengan nilai ideologi pancasila sebagai dasar utama. Ada hal yang lebih besar untuk dilakukan perlawanan besar dsn berat yakni perlawanan melawan ne kolonialisme kontemporer. Ini bukan lagi sekedar virus, racun atau penyakit bahkan ini lebih dari itu semua yang bahanya ancamannya dapat membilas dan membasmi masa depan indonesia ke depan dalam mempertahankan eksistensi negara yang berdikari. Jangan gadaikan negara yang besar dan kaya sumber daya alam ini hanya dengan agenda kekuasaan yang sangat sempit dan singkat hanya untuk memperoleh kekayaan kelompok tertentu sebagai jaringan bisnis ketika tak lagi berkuasa atau habis masa kekuasaan akibat pergantian masa. 

Mari terus menghidupkan semangat perjuangan melawan neo kolonialisme dari isu dan agenda apapun. Tidak ada kata toleransi dan negosiasi apapun terhadap ancaman besar dan nyata yang satu ini. Jika memang pertempuran angkat senjata akan dimulai dengan pertumpahan darah sesama anak bangsa dan pertumpahan darah perang dunia jilid 3 tentunya. Menumbuhkan jiwa patriotisme dan nasionalisme yang otentik dan sebenar-benarnya bukan hanya sebatas simbolisasi, retorika dan atribut semata. Jauh dan lebih dari itu harus ditumbuhkan sebagai semangat baru melawan penjajahan dengan gaya baru, wajah baru, dan model baru. Hanya membutuhkan semangat seluruh elemen khsusnya para pemuda yang masih memiliki kepedulian yang besar akan masa depan Indonesia seusai perjuangan para tokoh bangsa pendahulu. Agar kelak masih bisa dipegang dan dinikmati oleh cucu, cicit dsn generasi Indonesia di masa-masa yang akan datang tentunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...