Kamis, 10 Mei 2018

Sosmed Bisnis Politik Menguntungkan



Oleh : Al Azzad 

Akhir-akhir ini partisipasi masyarakat dalam politik semakin menurun. Namun disisi lain tidak bagi pemiknat sosmed yang menganggap ini adalah lahan basah yang menguntungkan sebagai bentuk profesi dalam melakukan politisasi di dunia maya untuk memancing sentimen masyarakat. Kehadiran kelompok ini sebenarnya sangat meresahkan etika sosial masyarakat di dunia maya atau tepatnya world cyber. Tugas dan fungsinya hari demi hari hanya memproduksi berbagai variasi produk untuk diviralkan di sosial media. 

Sosmed menjadi lahan basah bagi para pecinta dunia cyber, yang hari-harinya dihabiskan untuk penggunaan sosial media sebagai profesi yang menguntungkan. Disisi lain sosmed adalah profesi utamanya dan disisi lain pula sebagai sampingan dari profesi utamanya. Materi politik lah yang paling laris dan mudah viral serta booming cepat dengan jutaan komentar, jutaan balasan, jutaan share dan serangkaiannya. Kepuasan bagi para pelaku bisnis sosmed ini menjadi sebuah penyakit di masyarakat sosial media tentunya. Langkah tegas dan strategis harus dilakukan. 

Yang lebih menyedihkan adalah kompetisi dan pertarungan antara kelompok pro dan kontra terhadap pilihannya masing-masing. Baik itu bagian oposisi ataupun bagian rezim semuanya ada dan bahkan terlibat, yang secara eksplisit tidak struktural dan tidak ada hubunganya langsung. Namun secara implisit sangat sistematis melalui dukungan massa, kekuatan dana, bahkan sampai agenda terselebung menjadi pokok utamanya. Akan tetapi fenomen ini ternyata tidak hanya berlaku bagi kedua belah pihak yang saling bersebrangab tersebut. Melainkan pihak ketiga yang menjadi adu domba, hasut sana hasut sini, counter melalui sosial media dari dua arah baik yang ke pro arau kontra. Sehingga bisnis ini semakin laris dan pemesan serta pendana semakin gencar memberikan insentifnya kepada pelaku-pelaku sosmed yang dalam hal ini admin sosmed profesional. 

Sosmed yang merupakan bisnis politik paling menguntungkan maksudnya ialah produksi isu paling hangat, faktual dan viral mengalahkan isu pemerintah atau isu institusi bahkan isu akademisi dalam menggaungkan sebuah polemik dan diskursus yang mengundang rasa penasaran secara publik. Sehingga isu melalui sosmed ini yang sulit dikendalikan untuk mencapai stabilitas sosial kesejahteraan dan keharmonisan. Sebab counternya dapat mempengaruhi secara makro mulai dari anak-anak hingga sampai orang tua dewasa, dari level pendidikan terendah atau yang tidak berpendidikan sampai pada level pendidikan tertinggi. Sehingga filterisasi sosiail media tidak efektif baik secara personal maupun kolektif bahkan pada sebuah sistem sekalipun. 

Lantas bagaimana sikap untuk menyikapi fenomena sosial media ini yang juga merupakan keniscayaan. Ada banyak metode yang bisa dilakukan untuk meminimalisir bahkan melakukan tekanan atau pleasurre terhadap semua spesies dan komoditas serta masyarakat sosial media yang terlibat di dalamnya. Bisa diawali dengan secara massif mengcounter datangnya produk sosmed politik baik dari artikel, meme, berita online dan isu lainnya dengan filterisasi tadi. Segala sesuatunya tak perlu heboh untuk melakukan viralisasi sebab itulah yang menguntungkan para pebisnis sosial media yang berhasil memancing sentimen dan menenggelamkan isu yang sebenarnya lebih faktual dan strategis. Respons atau tanggapan yang berlebihan perlu dihindari termasuk komentar baik itu kepada admin atau langsung para pelaku agen penerusnya yang berusaha menghangatkan berita atau istilah yang sering didengar adalah goreng isu atau berita. Tinggalkan podium dan panggung serta event sosial media tersebut yang berisi politik hoax, karena dengan sendirinya produsen sosmed akan lelah dan kehabisan akal serta kehikangan proyeknya. Namun langkah ini sangat evolutif, jadi harus bersabar dan memakan waktu yang cukup lama. Pilihan akhir adalah diam atau tidak sama sekali melihat sosial media dengan jeda waktu minimal selama 2 jam, sehingga tidak mengikuti serta mengetahui alur dari setiap pembahasannya. 

Pencegahan dan pengawasan terhadap aktivitas sosial media itu memang sangat minim. Sebab sosial media menjadi kebutuhan manusia abad ini yang merupakan perkembangan zaman dan teknologi. Manfaat bisa banyak dirasakan dan bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih positif, prestatif dan produktif. Kecerdasan dan kebijaksanaan dalam menggunakannya sangat penting agat tidak terjebak dan terjeremban bahkan terpengaruh dengan kehidupan sosial media yang tidak teratur dalam penerapan nilai serta norma. Kalo pun sosial media dijadikan sebagai lahan bisnis dan profesi, maka gunakan dengan aturan, gunakan dengan bijak, gunakan dengan makna dsn arti profesionalitas dan produktivitas secara esensial dan otentik. Sehingga tidak mengamalkan nilai keburukan seperti para pelaku bisnis politik yang hanya profit oriented tanpa memikirkan sebab akibat dan dampak terhadap efektivitas sosial masyarakat secara nyata maupun maya. Karena bagaimana pun keadaannya, stabilitas sosial baik dunia maya atau nyata tetaplah dijaga untuk merawat persatuan dan menjunjung tinggi nilai kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...