Oleh : Al Azzad
Mudahnya menerima dan mengakses informasi membuat banyak orang yang mendadak agamis menyaingi para tokoh agama dan pemuka agama. Memang benar konsep dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan beriman dan berpedoman pada Al Qur'an dan Al Hadits. Agama tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam menyampaikannya. Butuh ilmu hikmah dan kebijaksanaan yang sangat mendalam untuk dimiliki.
Bukan karena sudah mampu menghafal dan menafsirkan ayat dan mendapatkan gelar akademik karena proses belajar lantas menjadi pemuka agama yang ulung lagi dihormati. Tingkah sang pemula agama memang selalu bertolak belakang dan kontradiksi antara ucapan dengan perbuatan bahkan pada kebiasaan maupun cara berpikir nya. Memengaruhi kelemahan orang untuk menguntungkan diri sendiri dan menjatuhkan orang lain pun untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Realitas para pemula agama ini sangat agresif dan konfrontatif terhadap apa pun yang ada di depan atau di belakangnya. Hubbud dunya mengalir di darahnya untuk menjadi pemula agama yang orientasi materi untuk mendapatkan sebuah penghormatan dan pengakuan di masyarakat nya. Kehadiran para pemula agama ini selalu mencari panggung dan podium kehormatan.
Pola tingkah para pemula agama ini suka dengan situasi sentimen dalam beragama. Mereka sangat jauh dari budaya dialog, tabayun, konfirmasi langsung, silaturrahmi tukar pikiran dan bermufakat dalam urusan keumatan. Sensasi dakwah yang dilakukan selalu disaat umat lemah tak berdaya atau bahkan umat sedang terpecah belah serta umat yang tidak memiliki kemajuan dan keberdayaan hidup.
Antara akidah dan akhlak serta adab maupun ahsan tidak pernah sinkron. Sebuah kebesaran hati bila sang pemula agama ini mampu menahan diri lebih bijak dan jernih. Demi kebersamaan secara kolektif agar terwujudnya kedamaian dan keharmonisan yang membawa suasana damai dalam kehidupan. Menjadikan insan yang taat mencapai kemuliaan dengan penuh keridhoan ilahi robiyy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar