Oleh : Al Azzad
Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia dan khususnya diyakini oleh umat muslim sebagai kitab suci yang mengatur segala tatanan kehidupan serta menjadi pedoman bagi manusia pada umumnya untuk mengambil hikmah di dalamnya. Segala sumber ilmu pengetahuan dan kemajuan yang diciptakan manusia di dunia ini, tercantum di dalam Al-Qur’an yang sebagain besar kita temukan dan sebagaian lagi yang masih belum ditemukan dalam menginterpretasikannya. Al-Qur’an merupakan kalamullah yakni perkataan Allah yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad Saw. Mempelajari Al-Qur’an secara kompleks dan kompeherensif akan membuka segala intelektualitas dan rasionalitas kita dalam memahami isu serta problematika kontemporer.
Al-Qur’an bagaikan google dan gps manusia saat ini, jika ingin mencari sesuatu ilmu pengetahuan. Hanya saja Al-Qur’an selalu mengarahkan kepada kebajikan dan secara detail dalam menjelaskan antara maslahat dan mudhorot. Bila google sebagai browsing yang bisa menjelajahi informasi apa saja yang diinginkan manusia dan tidak memperdulikan mana informasi baik atau buruk dan positif dan negative, maka manusia bisa menjadi hancur lagi celaka. Secara harfiah bisa menjadi sama, akan teapi secar terminologis akan jauh berbeda sebab berkaitan dengan substansinya. Tidak rugi dalam membaca Al-Qur’an karena bisa dirasakan secara langsung atau tidak langsung maupun secara realita atau maya. Sudah sangat banya mufassirin yang menafsirkan, menjelaskan, menginterpretasikan konteks ayat dengan situasi dan kondisi masyarakat. Dari makna tekstual sampai pada kontekstual dapat digambarkan secara jelas dan mendalam.
Al-Qur’an adalah pembeda, kitab, keterangan yang jelas, pengobat, penyembuh, petunjuk, dan pembenar yang menjadi pedoman manusia. Jika diantara kita masih ragu dan meragukan Al-Qur’an, maka sudah dipastikan hati, akal, dan perbuatannya mati serta beku akan Islam. Al-Qur’an bukan hanya sekedar teks yang menjadi senjata bagi kaum yang suka sesat dan menyesatkan, bahkan juga menjadi curian referensi bagi kaum intelektualis dalam memainkan rasio dengan bentuk studi empiris yang ingin diklaim sebgai bentuk ilmiah. Terlalu banyak manusia yang merasa dirinya telah melampaui ilmu dalam Al-Qur’an, padahal dan andaikan saja tidak ada Al-Qur’an di dunia sebagai kita revisi terakhir dalam kita sebelumnya maupun kitab yangs sempurna. Sudah dipastikan bahwa amat hancurlah dan kacaulah dunia saat ini, sangat gelap akan cahaya kedamaian, keadilan, ketentraman, kesejahteraan, keharmonisa dan keruukunan. Sebab manusia itu cendrung ingin berkuasa dan menguasai, ingin perang dan memerangi, ingin merusak dan menghancurkan, semua karena terbawa nafsu yang terlalu besar ditempuh dengan cara-cara nalar yang terkadang dianggap sebagai pengetahuan berasal dari kepala ataupun akal manusia semata. Al-Qur’an tidak terlepas dari hal apapun, bukan masa/zaman/periode yang diikuti oleh Al-Qur’an melainkan semua itulah yang terus berjalan sesuai dengan aturan Al-Qur’an. Kita kapan saja akan mati, namun Al-Qur’an sampai kita matipun akan terus hidup bagi manusia lainnya bahkan dulu sampai sekarang Al-Qur’an masih tetap hidup dan redaksi atau kontennya atau matannya masih sama. Manusia bisa berubah dan merubah makna tafsirannya akan tetapi tidak akan ada mansuia sehebat, sepintar, secerdas, sekuat, seintelejen, secerdik apapun yang bisa membuat serta menambhakan teksnya.
Maka jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang paling mutlak dan tertinggi posisinya, jangan sampai menjadi pedoman serta bacaan yang menjadi nomor urut sekian. Jika hal kecil yang sederhana saja kita lalai dan melalaikan Al-Qur’an, maka sudah dipastikan hidup kita bukan untuk Al-Qur’an melainkan untuk setan dengan pedoman kemaksiatan manusia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar