Kamis, 14 Juni 2018

Model Kepemimpinan Yang Islami


Oleh : Al Azzad 

Menjadi pemimpin yang islami berdasarkan aspek agama dalam memimpin suatu negara atau wilayah tertentu, maka penanaman pondasi dasarnya ialah menjadi pemimpin yang memiliki semangat spritualitas dan religiusitasnya yang sangat tinggi. Kepemimpinan yang islami bukan berarti hanya memahami agama islam sebagai satu-satunya jalan dalam menerapkan kepemimpinan, melainkan memahami secara totalitas dalam hal kepemimpinan tersebut. Ada beberapa metode untuk menjadi seorang pemimpin yang sudah diajarkan oleh Rasul Saw. Sebab tugas utama manusia di muka bumi ini menjadi seorang khalifah yang akan menjaga, melindungi, dan mengelola kehidupan. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi pergeseran makna pemimpin Islam.

Dengan metode SIFAT yakni Siddiq, Ikhlas, Fatonah, Amanah dan Tabligh. Penambahan metode dalam kata ikhlas ialah bentuk interpretasi dalam memhami pemimpin yang islami berdasarkan dari segi konsep dari generasi qur’ani dan generasi rabbani. Bahwa seorang pemimpin yang islami itu harus benar perkataanya, terjaga lisannya, dan retorikanya sangat luas dalam memahami segala konteks dengan analisis yang sangat mendalam. Ikhlas menjadi pondasi dasarnya, agar ketika menjadi pemimpin bukan semata untuk mencari kepentingan, kekuasaan, dan kebanggan dalam memimpin. Ikhlas juga akan memupuk sikap humanitas, progesivitas, dan kerativitas seorang pemimpin. Cerdas juga merupakan ciri dan cara seorang pemimpin yang islami dalam membaca situasi dan keadaanya terkait problematika dan persoalan yang besifat kontroversi dan konfrontasi. Kepercayaan atau orang yang dipercaya sebagai pemimpin yang diamanahi dalam mengurus segala aspek kehidupan dari berbagai sector baik itu ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Jangan sampai pemimpin yang mengkhianati rakyatnya dan mengkhianati dirinya sendiri. Kepercayaan itu adalah sebuah mutiara dalam kehidupan yang harus dijaga dan terjaga, jangan sampai mutiara itu hilang hanya karen keserakahan dan keotoriteran pemimpin yang bukan lagi beralasan untuk mengatakan khilaf, manusiawi, lalai dan salah. Dan yang selanjutnya adalah seorang pemimpin yang islami senantiasa tabligh dalam menyampaikan kebenaran dan keadilan. Sebab sebagai seorang pemimpin memiliki besar tanggung jawabnya yang bukan hanya sebatas bertanggung jawab dalam urusan tertentu tapi harus secara kompleks dalam menerima konsekuensinya sebagai pemimpin yang bertanggung jawab. Maka komitmen, konsisten, dan konsekuen harus dipegang oleh seorang pemimpin. Bersikap inklusif, progreasif, kreatif, inovatif, produktif, solutif, dan inspiratif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...