Sabtu, 02 Juni 2018

Revolusi Mental Ataukah Metal


Oleh : Al Azzad 

Yogyakarta adalah kota pendidikan yang memiliki banyak Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta. Banyaknya mahasiswa yang menimba ilmu di kota budaya ini, memberikan warna bagi para mahasiswa yang datang baik dari sabang sampai merauke. Melihat aspek kontemporer, bahwasanya pendidikan untuk tingkat sarjana dalam Perguruan Tinggi memberikan tingkat jumlah yang semakin besar. Hal tersebut didukung untuk memperoleh gelar sarjana sebagai bentuk nilai jual mau pun gengsi bahkan bentuk kehormatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Budaya mahasiswa Jogja sudah merupakan bentuk karakter mahasiswa yang sedang kuliah untuk memperoleh ilmu dan pengalamannya. Akulturasi budaya dari nilai karakter seorang generasi muda yang telah lulus dari SMA/MA/SMK memberikan dampak pada pola pikir maupun sudut pandangnya. Dalam kehidupan keseharian mahasiswa sudah terbiasa dalam hegemoni yang ada, sehingga terjadinya akulturasi budaya yang dibawa dari tiap daerahnya masing-masing tanpa mengesampingkan budaya Jogjakarta sebagai rumah kedua atau tanah kelahiran kedua dalam menimba ilmu di Perguruan Tinggi.

Banyak karakter mahasiswa yang biasa dilihat dari sudut-sudut kampus yang ada di jogja dan semuanya memliki sisi kekuatan dan kelemahan. Kontribusi seorang mahasiswa baik untuk pendidikannya mau pun untuk prestasinya adalah bentuk dari tingginya motivasi terhadap eksistensi mahasiswa di era digital ini yang bisa masuk dalam ranah apapun. Tidak heran bila sudah banyak manhasiswa yang memiliki mentaliltas yang tinggi dari segi Entrepreneurship, Entertaintment, Education, Exhibition, Experience, Explore, Dan Expedition.

Revolusi mental yang dimaksudkan adalah bentuk aktivitas mahaiswa yang mampu mendorong semangat dan motivasi dalam mengendalikan mentatlitas mahasiswa baik sebagai aktivis kampus organisasi ekstra kampus maupun intra kampus, atau pun aktivis pekerja sosial bahkan sampai pada aktivis relawan yang sering disebut sebagai volunteer. Namun seiring berkembangnya zaman dan memasuki di era digital dan globalisasi ini, pada dasarnya revolusi mental lah yang justru semakin lemah dan semakin mengikis  ruh spirit di kalangan mahasiswa serta tak lagi menjadi kultur mahasiswa itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pengaruh liberalisasi ekstrim pendidikan yang masuk pada wilayah komersialisasi pendidikan, proyek pendidikan, politik pendidikan, dan ketidakefektifan terhadap orientasi pada prodi-prodi tertentu.

Istilah revolusi mental pun pada dasarnya sudah diimplementasikan oleh mahasiswa di era 90-an yang justru lebih nyata kontribusinya baik dari segi teoritis maupun praktis yang didedikasikan melalui karya nyata seperti tulisan, diskusi, kajian, spirit perjuangan maupun spirit pergerakan tanpa intervensi dengan sesuatu apapun yang datang dari pintu mana saja dan berbentuk materil mau pun non materil. Ini seolah merupakan bentuk reinkarnasi dalam menggemborkan istilah revolusi mental yang sudah mati dan tidak lagi aktif serta efektif bahkan tidak lagi sinkron dengan era kontemporer. Sebab, revolusi mental merupakan ruh dari generasi mahasiswa pendahulu yang sudah memberikan kontribusi terhadap bangsa Indonesia ini. Sehingga, diblaik hasilnya pun justru menambahkan probelamtika baru, isu terbaru, dan persoalan terbaru yang tak lagi mampu dikaji dengan system revolusi mental tersbut.

Hal lain yang lebih menarik adalah adanya istilah revolusi metal yang lebih dinamis terhadap budaya mahasiswa kekinian atau mahasiswa kontemporer yang lebih kompleks lagi kasus-kasus yang terjadi baik itu permaslaahan dan persoalan yang sampai pada isu-isu yang terus berkembang. Kata revolusi sudah tidak asing lagi bagi semangat kemajuan dan membentuk arah perubahan yang lebih baik. Begitu pula istilah metal adalah  merupakan istilah genre musik yang memiliki ruh semangat yang tinggi dan kultur yang konsisten di kalangan generasi muda khsususnya pada mahasiswa, sebab ia tidak hanya sebatas memberikan ruh semangat, melainkan juga lebih dari itu seperti adanya ruh hiburan yang memberikan kenyamanan, serta adanya bentuk karya sebagai kreativitas bahkan sampai kepada bentuk bisnis mau pun karya yang dapat diterima oleh masyarakat hingga memiliki unsur pada dunia bisnis yang masul pada royalti dan sejenisnya. Revolusi metal adalah spirit generasi muda yang sedang membangun karakter kemandirian dalam membangkitkan kreativitas yang dapat diterima sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat, dengan mengeutamakan nilai dedikasi terhadap sebuah karya nyata serta  justru memberikan ruh revolusi pada arah perubahan dan memberikan energi positif yang terus menjadi siklus perubahan.

Revolusi metal merupakan bentuk interpretasi dari dari semangat pergerakan , semangat perjuangan, dan semangat pendudikan. Jiwa progersif, kreatif, kontributif, dan pro aktif menjadi prinsip dasar dalam nilai-nilai revolusi metal yang dibangun. Kelemahan yang ada hanyalah tertumpu pada kesiapan yang dimilki mahasiswa itu sendiri antara memilih jalan yang seharusnya ataukah justru memilih jalan pengikut tanpa hasil karya nyata. Denga kata lain, dalma membangun revolusi metal akan membawa pada dinamika kehidupan mahasisawa yang lebih terarah pada bentuk karakter mahasiswa yang berprestasi, berkarya, berdikari, berbudaya, berbangsa dan beragama. Semanagat mahasiswa yang membangun kukltur pendidikan di Perguruan Tinggi khsusunya di jogja sudah saatnya bergerak dan menuju ke arah yang lebih baru dengan nuansa baru dengan semangat revolusi metal yang jauh lebih memiliki makna sebagai soulnya (ruhnya) mahsiswa untuk menjadi jiwa yang selalu memiliki arah perubahan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...