Oleh : Al Azzad
Banyak suara-suara rakyat berseliuran ataupun berpendapat tentang pilihannya baik calon presiden dan calon wakil presiden. Keduanya sama saja, sebab sama-sama menjadi pemimpin bangsa Indonesia yang akan menjadi RI 1 dan RI 2 untuk membangun negeri Indonesia yang tercinta ini. Hal yang menarik dan sangat berbeda ialah ketika hadirnya seorang habib yang direkomendasikan sebagaian jumhur Ulama untuk dijadikan sebagai pemimpin bangsa nantinya. Ini merupakan sebuah sejarah baru dan harapan baru bagi bangsa Indonesia ini yang masih terjadinya polarisasi dan ketegangan di tengah masyarakat. Terbukti bawah pemimpin saat ini yang meskipun RI 2 saat ini dianggap sebagai orang pemersatu pun masih lemah, bahkan sekelas tokoh nasional lain, para kiyai dan ustadz tak ada yang sanggup menyelesaikan persoalan di tengah masyarakat terhadap polarisasi dan perpecahan sehingga terus memunculkan sentimen dan konflik keoentingan. Sehingga warna kebangsaan hari ini terasa bagaikan awan gelap yang tak kunjung terang benderang karena mentupi matahai sebagai pencerah alam semesta.
Perlu disadari bahwa bila hadirnya seorang habib yang akan memimpin bangsa menjadi harapan dan doa besar untuk kembali mencerahkan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. Sebab para habaib itu sangat kuat solidaritasnya, dikarenakan memang kemuliaan terhasap Nasab dan Sanad ilmu yang hadir dari kalangan Agamis berlatar belakang santri dari pondok pesantren. Para habaib itu sistemnya ialah silent majority, silet supporrt dan silet voice meskipun tidak terlalu terlihat oleh media dan terdengar vokalnya untuk kebangsaan akan tetapi mereka solid antar satu dengan yang lainnya untuk mengantarkan satu nasab mereka yang memang garisnya sampai pada Rasul Saw untuk memimpin bangsa ini. Habaib itu dicintai oleh umat, dan mampu memberikan pencerahan serta kedamaian kepada umat terhadap lintas agama pun saling menghormati serta rukun. Kultur habaib itu ialah majlis Rasulullah baik itu maulidan, sholawatan, istighosah, haulan dan lain sebagianya yang pamornya dan tingkat maqomnya lebih tinggi dibangdingkan ulama lain. Inilah yang menjadi kekuatan spritual bangsa yang sekaligus memberikan keberkahan, kemakmuran, kedamaian, keadilan, kesejahteraan dan keharmonisan bangsa. Sudah saatnya memang Indonesia dipimpin oleh garis keturunan Rasul Saw yang jelas, valid, dan shohih sanad, nasab dan jalurnya.
Meragukan Habib menjadi pemimpin Indonesia yang akan datang adalah kesalahan besar tentunya sekaligus menghilangkan kesempatan emas untuk menjadi bangsa yang harkat, martabat dan derajatnya ditinggikan. Sebab dengan adanya sosok Habib yang dicalonkan walau sebagai calon wakil presiden itu adalah sejarah besar bangsa Indonesia yang selama ini merupakan negara mayoritas Islam tapi peradaban, moralitas, kultur mulai bergeser diwarnai kebarat-baratan sehingga hilangnya dan pudarnya kultur ketimurannya. Habaib itu mewakili seluruh umat Islam, mewakili lintas agama, mewakili antar ormas Islam dan tentunya merangkul saudara sesama muslim dan mengayomi umat bergama lintas agama. Sebab Habib itu obat pencerah umat manusia yang mampu memimpin bangsa dengan baik. Selama ini Habaib hanya digambarkan sebagai pemimpin dan imam Sholawat, Imam Zikir, Imam Maulidan dan sebagainya namun belun menjadi Imam Bangsa ataupun pemimpin bangsa yang secara langsung menggunakan kekuasaan dalam hal politik secara amanah dan istiqomah. Maka perlu adanya kesempatan yang baik sekaligus harapan yang besar bila adanya kehadiran seorang Habib yang memimpin negeri ini, tidak maslalah apakah menjadi RI 1 atau RI 2 karena yang jelas masih memiliki kekuasaan untuk membangun Indonesia yang cerah, megah, dan bersejarah. Sehingga tak perlu meragukan habib memimpin bangsa, sebab itu sama halnya meragukan Rasul Saw karena Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh umat manusia secara Rahmatan Lil Alamin disegani, dihormati, dicintai dan disayangi oleh seluruh kelangan, kelompok umat manusia.
Sinisme terhadap kehadiran adanya Habib yang memimpin negeri mencerminkan bahwa bangsa ini masih rusak akhlak, rusak moral, rusak akal dan tentu banyak dipengaruhi oelh paham-paham pemikiran yang bertentangan dengan Islam mulai dari Liberalisme, Sekularisme, Kapitalisme, Komunisme, Otoritarianisme, Monarkisme, Fasisme dan lain sebagianya. Sebab kehadirannya adalah angin segar untuk bangsa ini yang akan menjawab tantangan sekaligus merupakan Rahmat Allah Swt terhadap negeri Indonesia yang dihadirkan sekaligus diberikan adanya Habib untuk memimpin negeri Indonesia yang besar dan luas ini. Ini menjadi ujian sekaligus menjadi peehatian, dan Allah akan melihat bagaiman bansa Indonesia menghadirkan dalam memilih pemimpinnya. Maka wajar saja bila sumber daya alam melimpah banyak bertumpah ruah tapi tidak berkah dan tak mampu dikelola sendiri akibat lemahnya iman dan keyakinan bangsa ini terhadap kekuatan spritualitas melainkan lebih mengimani kekuatan finansial, kekuatan kapitalisme, kekuatan barat, dan kekuatan kekuasaan ditangan yang salah. Habib ialah termasuk Ulama besar yang tersebar di seluruh dunia khususnya di Indonesia kehadirannya semakin banyak, menandakan bahwa Indonesia masih diselematkan oleh Allah Swt dengan kehadiran para Habaib yang berjuang di ranah politik dalam merebut kekuasaan secara konstitusional, secara akhlak, berkeadaband dan moralitas yang tinggi. Sehingga memberikan kedamaian, kesejukan dan keharmonisan. Sebab ciri dan watak Hababib itu mempersatukan seluruh golongan, merangkul umat manusia, melindungi alam semesta dan mencerahkan segala kegelapan. Karena Indonesia akan menjadi negeri berkeadaban bila habib diberikan kesempatan memimpin Indonesia ke depan yang lebih baik.
Hal yang mengherankan ialah bila adanya Habib yang tidak populer, viral, terkenal dan tesorot media dianggap tidak dapat dipilih oleh generasi milenial, generasi pemula bahkan lintas agama. Padahal jika berpikir lebih dalam dan cermat semua anggaoan itu dapat ditepis, sebab Habib yang berjuang untuk memimpin bangsa itu adalah representasi ulama, umat dan umaro. Lihatlah bagaimana para politisi untuk medulang suara bila adanya pilkada, pileg dan pilpres ramai-ramai mendatangi pondok pesantren, kiyai, pimipinan ormas bahkan habaib. Lantas masih meragukan bila ada Habib yang akan memimpin negeri itu adalah kesalahan fatal dalam menafsirkankanya. Sebab dintara kategorisasi Ulama itu semuanya bahwa kalangan Habaiblah yang paling sisoroti dan dicintai seluruh umat manusia. Sebab Habib tidak hanya dalam urusan pendidikan Agama, pesantren, sholawat, maulidan, haul, spritual, tarekat dan sebagainya. Melainkan perwakilan Habaib pun berhak mendapatkan kesempatan menjadi pemimpin Bangsa yang mencerahkan dan memajukan umat manusia. Kekuatan spritualitas itu yang akan mengangkat Habib menjadi pemimpin bangsa, akan mulai dikenal oleh seluruh umat manusia, akan menjadi sejarah besar bangsa Indonesia, akan diviralkan secara massif dengan kekuatan spritual doa, akan menjadi penyeimbang kehidupan berbangsa, akan membawa keberkahan hidup, akan mendinginkan suasan kebatinan yang panas, akan mencerahkan segala kegelapan, akan membawa kebrkahan negeri yang subur, akan menjadi kiblat dunia abad masa kini, akan menjadi sorotan dunia, akan menjadi catatan dunia internasional, akan menjadi keagungan hidup berbangsa, akan terciptanya rahmah kemanusiaan, akan terbangunnya amanah kepemimpinan, akan mengankat marwah bangsa Indonesia, akan disegani seluruh asing, akan dipersatukannya seluruh umat manusia. Sehingga tak ada lagi alasan meragukan Habib menjadi pemimpin, karena Habib dicintai oleh siapapun dari generasi tua, muda, remaja, anak dan milenial tinggal perkenalkan saja. Sebab Habib bukan manusia pencitraan dalam memimpin melainkan manusia ikhkas penuh dengan kekuatan spritual melebihi goLongan Ulama lainnya. Semoga Allah Swt memberkahi negeri ini semakin aman, maju, subur, makmur, jaya, mandiri, independen dan berkah untuk semua.