Kamis, 31 Mei 2018

Membangun Kecerdasan Politik Bangsa


Oleh : Al Azzad 

Indonesia dengan sistem demokrasinya sedang mengalami masa-masa pertumbuhan dan perkembangan. Sehingga, hanya ada dua kemungkinan yang dapat terjadi yakni tumbuh berkembang secara sehat, normal, baik, positif dan bagus. Kemudian tumbuh merosot secara buruk, cacat, jelek, negatif dan bobrok. Kedua hal tersebut dapat terjadi tegantung mesin-mesin demokrasi yang menjalaninya sebagai bentuk lokomotif bangsa secara politik integritas maupun politik deintegritas. 

Melihat sejarah perkembangannya tentu konteks politik dan demokrasi Indonesia memiliki perbedaan situasi, zaman, keadaan, tantangan, isu, hambatan, problematika dan lain sebagianya. Akan tetapi semua dapat dinilai dengan cara point of view yaitu pandangan inti yang mengukur baik buruknya pemimpin di eranya masing-masing, manakah yang lebih baik unsurnya apakah kebijakan positif yg banyak diterima rakyatnya ataukah justru kebijakan negatif yg ditentang rakyatnya sendiri. Pandangan ini tentu harus dikaji lebih mendalam lagi untuk mendapatkan kesimpulan yang empiris, ilmiah, valid secara data yang dapat dipertanggungjawabkan tentunya. 

Politik selalu mengajarkan nilai-nilai kontradiktif yang artinya yang dimunculkan, yang ditampakkan, yang digambarkan serta yang dicitrakan selalu saja nilainya bertolak belakang tidak sesuai dengan hukum positif, norma, aturan, bahkan regulasi. Sehingga yang terjadi adalah justru pembodohan publik yang dikemas secara intelektual dan ilmiah dalam kemasan demokrasi. Padahl para tokoh terdahulu selalu mengajarkan Politik yang menjunjung tinggi nilai integritas, moralitas, spiritualitas, dan intelektualitas yang tinggi. Adapun sisi buruknya jauh lebih sedikit dari sisi baiknya yang menjadikan para pendahulu bangsa lebih dikenal sebagai tokoh bangsa yang berpengaruh baik. 

Hari ini dengan situasi Demokrasi kali ini perlu dibimmbing dan dibina dengan gagasan baru, ide baru, ideologi yang sangat dekat pada kesejahteraan rakyat Indonesia yang tergolong sebagai rakyat kecil golongan pribumi yang masih lemah untuk mendapatkan haknya baik itu pendidikannya, kesehatannya, kesejahteraannya dan kehidupannya. Tentu situasi demokrasi yang dimaksud adalah bukan hanya sebatas ritual demokrasi dalam hal pemilihan saja dari pilkada, pileg, pilpres baik dari level kota, kabupaten, provinsi sampai nasional. Namun segala unsur dan aspek yabg dijalani selama pemimpin masih dalam periodenya maka disebut situasi demokrasi yang sesuai dengan zamannya, konteksnya dan perkembangannya. Hak tersebut dapat dinilai dari level terbawah sampai level teratas dengan gaya penilaian masing-masing. Sehingga akan diambil dari nilai Rata-ratanya manakah yang terbanyak menilai apakah hasilnya pada postitif ataukah pada negatif. 

Membangun kecerdasan politik bangsa ini secara konseptual, retorika, diskusi dan diskursus memang sangat mudah dan telihat memiliki simplikasi untuk dijalankan. Akan tetapi realitas dari kenyataan yang ada di lapangan sangat jauh dan mustahil dapat direalisasikan akibat besarnya aktivitas yang lebih buruk baik dari intimidasi, kecurangan, politik uang, perncitraan, kampanye hitam, manipulasi, intervensi, penyalahgunaan kekuasaan, tekanan politik dan lain sebagainya. Pada akhirnya politik rimba yang nampak secara nyata dan fakta di lapangan dengan siapa yang paling kuat, paling berpengaruh, paling besar kepentingannya, dan paling di atas angin namun kemasannya politik adab atau politik integritas. 

Ada banyak nilai-nilai kebangsaan yang bergeser bila dilihat dari masa ke masa akibat dari politik praktis dan politik pragmatis yang sifatnya destruktif terhadap kebangsaan dan jauh dari konstruksi kebangsaan. Apabila praktek dan dinamika politik praktis dan politik pragmatis ini dijalankan dengan ideologi kesejahteraan, ideologi negara dan idelogi kebangsaan maka akan terselamatkan kemurnian bangsanya. Hal ini seolah tak lagi terjadi karena yang terjadi selalu kontroversial, kontradiksi, dan konfrontasi. Akibatnya bukan malah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui politik melainkan mengahuncurkan kehidupan bangsa melalui perilaku politik, aktor politik, realitas politik dan dinamika politik yang rendah integritas melainkan politik yang tinggi imperialitas.

Hal penting sebagai bentuk harapan dan cita masa depan Indonesia sebagai negara demokrasi yang berkeadilan dengan menjunjung tinggi etika, adab, moral dan norma ialah dengan adanya integrasi antar elemen, antar anak bangsa, antar institusi, antar rakyat, antar satu dengan yang lainnya. Sehingga tidak ada celah untuk saling menghancurkan melainkan saling membangun dan tidak saling membodohi melainkan saling mencerdaskan. Amanat undang-undang semestinya dipegang untuk dijakankan dan diterapkan maupun diimplementasikan secara nyata di langapan bukan hanya sebatas jargon apalagi sampai merevisi yang akhirnya semakin jauh dari kepentingan bangsa melainkan dekat dengan kepentingan kelompok, kepentingan korporasi dan kepentingan individu. Indonesia hanya membutuhkan para pemimpin, para elit poilitk, para elemen bangsa, para pejabat, para aktor kebijakan dan para intelektual maupun kalangan agama yang amanah dan memegang pedoman bangsa serta falsafah bangsa. Dengan begitu membangun indonesia adalah untuk membahagiakan rakyat dan untuk keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Habis Terorisme Terbitlah Islamophobia


Oleh : Al Azzad

Peristiwa ledakan bom yang merupakan aksi dari Terorisme bukanlah hal yang baru, melainkan kejadian sistematis yang memakai tumbal dan korban dengan tempo serta waktu yang sangat misterius tidak dapat diduga. Terorisme dianggap sebagai tindakan kriminalitas namun aksinya dapat diartikulasikan sebagai ancaman negara, kemanusiaan, keagamaan dan kepentingan politik. Terorisme dianggap berawal dari rantai Radikalisme atas nama agama yang paham serta pemikiran yang salah terhadap penafsiran dan interpretasi. Sehingga asumsi terhadap Radikalisme ialah dinilai bahwa ada agama yang sangat lantang disebut garis karis, dalam hal ini Islam adalah korban dan kambing hitamnya dikarenakan sebagai agama mayoritas meskipun ini juga berlaku terhadap agama lainnya namun kecil pengaruhnya. Fenomena Terorisme menggambarkan bahwa ancaman itu ada dan itu memiliki agenda serta disusun dengan Master Plan yang sistematis. Terlepas itu nanti akan memili efek dan dampak pada korban maupun pelaku sebagai tumbal, umpan, robot, dan boneka yang diprogram otak serat pemikirannya. 

Dari aspek Humaniora tentu rasa empati dan ucapan belasungkawa adalah bagian dari kepedulian terhadap rasa kemanusiaan kepada para korban yang terkena aksi peristiwa teror, yang ini selalu dengan menggunakan teoror bom sebagai alat ancamannya meksi menghancurkan diri sendiri, orang lain, infrastruktur dan sebagainya. Semua sepakat mengutuk aksi Terorisme dengan alasna apapun itu dan tidak ada kaitannya dengan agama karena memang agama tidak ada satu pun yang mengajarkan akan hal itu terkait Terorisme. Lantas menjadi kehilangan kemanusiaan bila pihak korban dielukan dan pihak pelaku terpojokkan,  maka sama saja menciptakan benih kebencian dalam kekerasan pada aksi Terorisme yang itu menjadi lingkaran setan sebagai regenerasi Terorisme dari pelaku maupun kepada benih baru dari korban yang memiliki dendam besar hingga akhirnya menjadi regenerasi Terorisme selain bagian rekayasa Terorisme yang masih sangat spekulatif, asumsi, dan fiksi. Keadilan terhadap rasa kemanusiaan tentulah harus merata dan netral mengayomi keseluruhannya tentunya. Sehingga terciptalah budaya humanitarian dan tidak memberikan kecaman ataupun penyakit brutal yang nantinya mengakibatkan lingkaran generasi teroris baru. Hal itu demi terjaganya harmonitas kemanusiaan dalam keberagaman. 

Dari nilai sosial tentu hak ini memberikan dampak ketakutan kepada masyarakat sekaligus kebencian kepada masyarakat yang mengakibatkan masyarakat salimg curiga dan saling tuding antar satu dengan yang lainnya baik secara individu, kelompok, organisasi dan lainnya. Sehingga terjadi disintegrasi sosial akan ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan, akan ada yang merasa di atas angin dengan eksistensi dan pengakuan serta ada yang merasa tercekam terpinggirkan bahkan bahan bidikan baik dari elemen masyarakat maupin institusi. Secara psikologis akan berdamoak secara masif dan semua akan merasakannya, sehingga akan sulit mematakannya baik yang menjadi korban, pelaku yang kemduian meluas sampai seluruh elemen masyarakat secara publik. Sehingga akan memunculkan tensi yang tinggi, sentimen yang tak terbendung, tendensius di semua kelompok, intimidasi dari pihak yang lebih kuas, persekusi secara senyap dan lain sebagianya. 

Namun akan diuntungkan secara Politik, apalagi yang sedang berkuasa karena ini sudah terjadi disetiap rezimnya. Sebab yang berkuasalah yang memiliki seluruh komponen dan instrumen dengan wewenangnya, sehingga simpati rakyat secara Publik didapatkan dengan narasi Radikalisme yang berujung pada Aksi Terorisme. Menjadi seperti Pahlawan negara yang secara tidak langsung mendapatkan pengakuan publik bahwa telah berhasil terlepa apakah murni kejadian aksi Terorisme ataukah rekayasa aksi Terorisme. Lantas adapula yang paling dirugikan yakni kelompok oposisi dan kelompok yang memang tidak mengakui penguasa atau kelompok separatis, kelompok teroris absolute, kelompok yang tidak pernah mengakui sistem negara dan sebagainya. Tentu menjadi problematika yang sangat panjang dan kompleks kejadiannya. Apalagi media ikut andil sebagai pers yang menjadi pusat informasi publik yang dianggap lebih valid sebagai media mainstreem. Maka munculah media lain melalui sosial media dengan tawaran informasi alternatif yang memaparkan berita secara informatif diluar dugaan yang berkaitan dengan siten dan cara kerjanya. Meski terkadang hal itu juga tidak dapat diterima secara penuh apakah benar atau tidak bahkan sangat bertolak belakang dengan media mainstreem. Sehingga menjadi pembahasan yang sangat dinamis dan memberikan artikulasi yang sangat beragam. 

Habis Terorisme terbitlah islamophobia, itulah yang kemudian menjadi fenomena selanjutnya hasil dari post terorisme. Aksi Terorisme memberikan efek dan dampak signifikan untuk memunculkan islamophobia, hal itu terbukti dari negara-negara barat dan amerika yang lebih dulu memulainya dan mendramatisirnya. Outputnya dan Outcomenya sangat jelas dan sukses, sehingga memberikan impact ynh tajam di kalangan masyarakat. Muslim atau muslimah yang sangat kental dengan simbol keagamaan akan terkena dampaknya apalagi yang cadaran, gamisan atau yang terlihat mencurigakan karena dianggap akan memiki paham Radikalisme dan paham islam garis keras yang menganut pemikiran jihad mencapai surga atas nama Islam dengan tindakan Terorisme untuk mengancam negara dan masyarakat. Miris sekaligus menyedihkan rangkaian panjang yang terjadi dari peristiwa post terorisme ini.

Hal menarik lainnya ialah habis terorisme terbitlah islamophobia ini ialah bermunculnya gagasan-gagasan yang akan menjadi sumber tunggal sehingga sangat otokrotik dan monolog. Padahal aksi Terorisme bukan hal baru, hanya narasi, skenario, latar, setting, dan sikon saja yang baru. Indonesia sebagai negara demokrasi yang beberapa kali berganti mekanismenya dari demokrasi-pancasila (perjuangan), demokrasi-otoriter, demokrasi-reformasi dan indikasi akan menjadi demokrasi-sekuler. Hal ini sangat jelas karena istilah yang muncul bukan lagi persoalan perbedaan mazhab, manhaj dan organisasi dalam urusan furu'iyyah melainkan perbedaan ideologi afiliasi melalui studi dan keilmuan. Islam-radikal yang snagat mengena apalagi dianggap sebagai pemahaman Islam garis keras tidak ada kompromi dan dianggap tidak tolereansi pada demokrasi indonesia sehingga sangat dekat pada Terorisme. Di sisi lain masih banyak yang lain seperti Islam-liberal yang dianggap sangat harmoni dengan masyarakat dan tinggi toleransi sehingga dapat diterima narasi dan gagasannya. Islam-sekuler yang sangat demkratis dan progres dalam menjalankan tatanan negara yang terpisah dengan urusan agama, sehingga sangat kental perbedaan mana yang privat dan mana yang publik. Islam-moderat yang sangat damai dan netral dapat menerima kemajuan serta sangat humanitarian sehingga bisa menerima keadaan. Dan idelogi afiliasi lainnya yang mengintegrasikan dengan nilai baik yang ekstrim, nasionalis, sosialis, konservatif, fasis dan sebagainya. Sehingga terjadilah kontestasi di dalam Islam itu sendiri pasca atau post terorisme. 

Perlu kajian mendalam untuk membedah serta menemukan titik terang dalam menyelesaikan dan mengungkapkan segala kejadian dengan kebenaran yang transparansi, kebenaran yang adil, kebenaran yang absolute, kebenaran yang Publik, dan kebenaran yang progres. Hal itu agar apa yang ditakutkan oleh masyarakat tidak menjadikan sebagai pembodohan atau justru pelemahan nalar, pola pikir, intelektualitas, dan logika. Karena setiap kejadian yang berdasarkan pemahaman, ideologi, intelektual, gagasan, selalu ada perencanaannya yang sangat sistematis dab terstruktur tidak dengan spontanitas, improvisasi, dan hukum alam atau alamiah. Sebab semua ada ritemnya dan ada alurnya yang panjang sangat detail, kompeherensif, siginifakan, intens, akumulatif dan sebagainya. Hukum alam saja masih ada rencana yakni dari Tuhan, apalagi sesuatu yang datangnya dari buatan dan tangan manusia melalui hasil karyanya entah digunakan sebagai bentuk hal positif bermanfaat dan maslahat maupun sebagai bentuk hak negatif untuk mudhorot dan kehancuran. Karena yang jelas nalar, logika, intelektual, spekulasi, asumsi, pendalaman, dialog, transparansi snagat ditekanakan selain hanya perasaan atas apa yang selalu menjadi fenomena apapun yamg terjadi, karena kekuasaan akan melahirkan banyak fenomena dan situasi dengan kompleksitas yang tinggi sebagai bentuk agenda setting yang digunakan.

Rabu, 30 Mei 2018

Gerakan Menuju Peradaban Muslimah


Oleh : Al Azzad

Melihat realitas kehidupan saat ini tak akan pernah ada habisnya untuk dibahas dan dikaji sampai kapan pun. Sebab selalu menghadirkan sebuah fenomena dan dinamika kehidupan yang mau tidak mau mesti dilalui dengan nilai serta aturan yang baik. Karena kehidupan dunia ini sangatlah sementara untuk dapat mencapai kehidupan akhirat.

Hal menarik bila melihat fenomena pada kaum muslimah sejati yang taat dan hebat. Di tengah zaman yang serba fitnah ,serba ghibah dan serba musibah masih banyak ditemukan muslimah solehah. Apalagi pengaruh globalisasi yang sangat mudah merubah mindset dan pola pikir kaum muslimah tentunya. Hal itu karena budaya-budaya impor yang asing masuk melalui dunia internet, dunia digital dan dunia cyber. Sehingga banyak diantara para muslimah akhirnya mengambil peran banyak melalui sosial media sebagai ladang dakwah untuk menggempur bahkan mengimbangi kehidupan yang begitu bebasnya tanpa batasan, aturan, dan ajaran.

Maka mulailah banyak bermunculan tentang sebuah gerakan menuju peradaban muslimah. Hal tersebut menjawab sebuah tantangan zaman yang menyempitkan gerak, ruang, langkah, ekspresi, panggung, kontes, ruang publik dan sebagainya. Padahal dari para muslimah inilah yang nantinya akan mencetak, melahirkan, dan membangun generasi-generasi cerdas, ikhkas, dan berspritualitas. Dengan sebuah peradaban muslimah, maka akan banyak melahirkan sebuah karya nyata sesuai dengan potensi, kemampuan, keahlian, minat, bakat, passion, bidang, dan profesi para muslimah-muslimah tersebut. Tentu ini membutuhkan banyak dukungan dari berbagai kalangan agar semua dapat disadari dan diterima dengan sebaik mungkin.

Namun tetap saja ini bukanlah perjuangan yang mudah bagi para muslimah baik aktivis, pemikir dan penggaraknya. Sebab arus negatif, cibiran, penilaian buruk, stigmatisasi, steorotip, desakan politis, serangan opini jahat, permainan para oknum, framing media, resistensi dari pihak bersebrangan, ancaman, kencaman, kriminalisasi dan sebagainya akan selalu ada menyertai para muslimah ini. Tentu ini bukan persolana yang mudah yang dapat disepelekan, sebab ini bisa menjadi bagian kejahatan yang sistematis yang ingin merusak citra muslimah, merusak sistem kehidupannya dan merusak gerak langkahnya dala metode pengembangannya.

Konsepsi tentang gerakan menuju perdaban muslimah adalah tugas mulia yang bernilai ibadah dengan jalan dakwah mencapai berkah menuju anugerah terhindar musibah selalu dihiasi hidayah dan tercurahnya sebuah inayah. Sehingga izzah para muslimah senantiasa terjaga dan terlindungi nama baiknya, keluarganya dan  agamanya. Tak hanya sebatas itu pula, sehingga marwah seorang muslimah berada dalam kemuliaan yang tinggi, kehormatan sebagai makhluk penghuni surga, dan keadilan hidup bersama dengan pasangan maupun makhluk lainnya. Karena dengan begitulah kehidupan para muslimah akan tercapai dalam mewujudkan sebuah peradaban muslimah.

Peradaban muslimah dapat dilakukan dengan berbagai maha karya yang ada. Ini tentunya dengan nilai kehidupan muslimah yang sangat beragam dab berwarna. Tentu juga ini akan berhadapan dan bersaing langsung dengan gejolak hidup lainnya yang diluaran sana bukan dalam konteks kemuslimahan, bukan pula konteks syariat, bukan konteks keislaman, bukan pula konteks kebebasan tanpa aturan, serta bukan konteks tanda perlawanan terhadap kebaikan dakwah, kebermanfaatan dakwah, dan kemaslahatan dakwah.

Akan selalu hadir karya para muslimah di setiap konteksnya, zamannya, fenomenanya hanya saja waktulah yang senantiasa akan menjawabnya. Maha karya para muslimah inolah yang menjadi sebuah peradaban menuju kebahagiaan dan kesuksesan baik duniawi dan ukhrawi secara seimbang. Maha karya yang sangat beragam, variatif, dan penuh warna warni bagai pelangi penghias alam bumi. Karena ditangan para muslimahlah peradaban dunia Islam dan dakwah akab terus menggema dan menggetarkan dunia dengan penuh keindahannya.

Apatisme Terhadap Dinamika Bangsa


Oleh : Al Azzad 

Manusia yang semakin individualis akhir ini ialah tak hanya secara realitas sosial melainkan secara realitas media sosial. Terkesan seperti peduli dan berpikir untuk bersama namun ternyata hanya angan belaka untuk kebutuhan viral serta eksistensi pencitraan melalui sosial media. Melihat kehidupan bangsa yang hanya setengah dan begitu sempit, sehingga kesimpulan setiap cerita yang diberikan ialah antara keberpihakan atau perlawanan. 

Yang lucunya adalah banyak yang berkoar di sosial media sehingga melampaui sekitarnya baik itu melampaui guru, dosen, doktor, profesor, kiyai, ustadz, ulama, syekh, habib, ilmuwan dan lain sebagainya. Namun dari segi kehidupan nyata pun banyak pula tipu daya dan gaya yang bertolak belakang dengan keaslian serta kebenaran hidup yang sesungguhnya yang apa adanya dalam kesehariannya. Sehingga sulit membedakan mana manusia mana robot mana binatang dan mana alam. Sebab tak adalagi nilai dan ukuran kebaikan yang bisa dilihat dari manusia. 

Kehidupan bangsa ini semakin hari semakin rumit dan ruwet saja. Entah terlalu pintar akhirnya kebablasan, ataukah karena sepele sehingga dibiarkan atau karena terlalu khawatir sehingga terlewatkan. Dari hulu sampai hilir maupun sabang sampai merauke tak akan pernah ada habisnya problem yang ada. Bangsa yang besar adalag ketika problem datang dapat diatasi dan diberi solusi sehingga selesai dan terpecahkan dan kembali menghadapi dan menyelesaikan problem baru yang lain yang terus kunjung datang. Jadi bukan ditumpuk, tertumpuk dan menumpuk bahkan dibiarkan bertumpuk-tumpuk tanpa proses dan solusi. Sebab solusi kehidupan berbangsa adalah ciri negara hebat, progres dan mandiri. 

Banyak generasi remaja dan muda serta masyarakat apatis dengan persoalan dan problematika bangsa. Hanya saja mereka terlalu sibuk mementingkan dirinya baik secara sempit dan tidak secara luas. Akhirnya acuh tak acuh, sinis, dan tidak pernah ingin memikirkan urusan yang baginya tidak Penting yang padahal itu berpengaruh pada kehidupan yang sesungguhnya. Sudahlah apatis yang begitu besar, nyolot, dan sadis tapi terkadang paling besar pula komentar, nyinyiran, gosipan, hoax, penilaian buruk, negatif thinking, perasangka praduga jahat, dan sebagainya. Padahal semua itu adalah bagian dinamika bangsa yang seandainya bisa peduli, mau berjuang, serta ikut serta menyuarakan maupun mengkampanyekan maka dinamika kehidupan bangsa terlewati dengan mudahnya penuh kemajuan. 

Lagi-lagi apatisme terhadap dinamika bangsa ialah bagian fenomena kontemporer yang jauh dari nilai kebangsaan yang sejatinya. Tidak mempedulikan sesuatu yang urusanya maslahat dan manfaat justru malah diabaikan serta dijauhkan. Maka wajar saja bila yang terjadi adalah wabah atas paham apatisme tadi, sehingga bangga dengan sesuatu yang diluar yang tidak baik, asing serta tak sesuai budaya maka merajalelah generasi lemah, manja, kemulai, dan tak bermental baja hanya bermental muka tembok tanpa malu sedikit meski bersalah, banyak lemahnya dan tak bertanggung jawab secara makro. Tentu ini peran semuanya untuk kembali merefleksikan diri nilai juang dan nilai korban dengan sebaik-baiknya. 

Meskipun dinamika terhadap bangsa begitu besar dan banyam semua terlewati dengan solusi kehidupan yang baik sesuai aturannya. Maka perlunya paham terhadap optimisme dan sifat yang sangat protektif sangatlah penting sebagai semangat yakin untuk tetap dan terus maju tanpa mundur. Karena sebagai anak bangsa maka sudah seharusnya bahwa untuk tidak memiliki apatisme terhadap dinamika bangsa. Sehingga carut marut, kemalut dan semerautnya sebuah program dan agenda dapat dihadapi dengan keyakinan yang tinggi dan besar tentunya.

Kini sudah saatnya meninggalkan sesuatu yang seolah peduli ternyata kebohongan, meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya bila terus hanya dimomentari, digosipi, dan dipelitirkan atau disalahgunakan. Sehingga sangat peduli terhadap isu bangsa, diskursus bangsa, pembangunan bangsa, agenda bangsa, fenomena bangsa, serta persoalan, probelmatika dan rancangan bangsa. Agar dapat mengetahui alur secara cerdas, logika, intelektual, hati nurani, nalar sehat dan hati yang jernih. Karena itulah hakikat dan makna dari dinamika kehidupan bangsa dari masa ke masa tentunya.

Selasa, 29 Mei 2018

Perjuangan Kaum Muslimin Indonesia


Oleh : Al Azzad 

Dunia Islam saat ini sedang di uji di kancah Internasional oleh sebagain negara dan kelompok terhadap aksi teroris, aksi persekusi dan aksi invasi. Ini adalah fenomena serangan yang dilakukan oleh para konspirasi dunia untuk menghancurkan Islam dan melenyapkan Islam di muka bumi. Entah apa yang menjadikan mereka dendam dan tidak pernah rela dengan kehadiran Islam, ini semacam kekecewaan sejarah sekaligus keberatan tidak menerima seorang Utusan Tuhan yang terakhir yakni Rasul Saw. 

Ada peristiwa yang lebih menarik dan sangat momentum gerakannya, perjuangannya, semangatnya, solidaritasnya, kepeduliannya, aksinya, dan segala daya upayanya. Yakni para kaum muslimin Indonesia yang dapat menggetarkan dunia dengan segala bentuk aksi nyata, aksi lisan, aksi tulisan, aksi cyber dan aksi doanya. Tentu ini bukan soal materi yang selalu disangdingkan dengan isu bayaran, bukan soal hanya mencukupi perut, bukan pula karena maksud atau agenda lain, melainkan panggilan hati, panggilan iman dan panggilan kemanusiaan. 

Perjuangan kaum muslimin Indonesia adalah sebuah magnet besar yang sangat mendunia dan memberikan hikmah serta ibrah kepada seluruh kaum muslimin dunia untuk bersatu karena ketakwaaan. Ini juga menjadi kekhawatiran bagi barisan di laur Islam yang sebegitu besarnya membenci Islam baik dari urusan akidah, ibadah, syariah, dan muamalah. Tak hanya itu pula terus berupaya untuk mematahkan nilai Islam dari berbagai aspek kehidupan politik, sosial, pendidikan, sarana prasarana, kesehatan, bisnis, ekonomi, seni, budaya, dan lain sebagainya.

Secara tak sadar, masyarakat dunia yang menafikan kehadiran Islam justru adalah para pengecut yang tidak siap bersaing secara sehat. Padahal mereka mengerti apa itu kompetisi, mengerti dengan kontestasi, mengerti dengan kolabirasi tapi abai serta tak sanggup berjuang. Akhirnya hanya mampu melakukan adu domba, memecah belah di level bawah atau masyarakat awam, soft destruction, doktrinisasi budaya, dan sebagainya. Terkadang di tubuh Islam sendiri pun lebih senang bermusuhan dengan saudara sendiri, mencari gara-gara, berantem dengan sesama, tidak welas asih dengan saudaranya sendiri, memaksakan sama terhadap semua urusan baru ditermia, selalu membedakan sesuatu yang sifatnya perbedaan, membesar-besarkan nasab padahal saudara sesama muslim, dan faktor-faktor yang jaih dari kedewasaan serta kebijaksanaan. 

Perjuangan kaum muslimin Indonesia tentu bukanlah sebuah konspirasi, bukan pula gerakan separatisme, bukan bentuk terorisme, bukan wabah radikalisme, dan bukan pula wacana ekstrimisme. Melainkan sebuah gerakan yang memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, kedamaian, keharmonisan, ketenangan, kerukunan, kemakmuran yang mencoba melawan bahkan mengimbangi pengaruh buruk dan negatif oleh para oknum, agen perusak, dan tangan-tangan jahat, pencuri, penjajah, dan pengeksploitasi. Hanya saja kadang banyak yang tidak sadar dan terlalu banyak yang apatis, hanya karena level kenyamanan hidup yang sudah lama dan banyak dirasakan serta didapatkan. Indonesia adalah negara yang kaum musliminnya senantiasa bergerak lebih cepat dan progres untuk saudaranya di luaran sana sebagai bentuk panggilan Iman dan Takwa hanya kepada Allah Swt semata. 

Lantas masihkah ada sebagaian orang, sekumpulan kelompok, atau setengah kekuatan yang berusaha melakukan stigmatisasi terhadap perjuangan kaum muslimin Indonesia sebagai gerakan intoleransi atau bahkan istilah dan termin lainnya. Maka sudah dipastikan bahwa masih adanya upaya untuk mencederai sesama anak bangsa dalam hal kegiatan posotif yang dipaksakan untuk dinilai negatif. Apakah dengan demikian mereka akan semakin nyaman dan damai hidupnya, ataukah justru merekalah yang semakin kehilangan akal sehat, kehilangan kehidupan, kehilangan kuasa, kehilangan kenyamanan atas pembohongan-pembohongan yang mereka ciptakan kepada sesuatu hal yang berbeda khususnya pada perjuangan kaum muslimin Indonesia. 

Perjuangan kaum muslimin Indonesia adalah sebuah kiblat terhadap gerakan nyata, aksi nyata dan aksi juang nyata yang secara kualitas dan kuantitas tak pernah diragukan maupun kapasitasnya sangat besar dan mendunia yang tak kan pernah terbendung. Tak hanya sebatas itu, sebagian perjuangan kaum muslimin Indonesia tadi terbagi ke berbagai aspek kehidupan, bidang kehidupan dan wilayah kehidupan menuju pada nilai strategis dan nilai dinamis di mana pun yang saling menguatkan dan mengaitkan. Adapun gangguan-gangguan itu hanyalah kecil bagaikan kotoran yang segera dibersihkan, dan yang namanya perjuangan tentu dibaliknya selalu ada pertentangan yang tak masuk akal alias anomali yang berusaha melawan dan menggempur nilai perjuangan. Namun apapun itu, setiap niat, usaha, dan sebagainya akan menjadi saksi sejarah, bernilai ibadah, hadirnya hidayah, serta bentuk anugerah.

Pembangunan Kesejahteraan Ataukah Kesenjangan


Oleh : Al Azzad 

Pembangunan adalah salah satu bagian aspek kehidupan yang sangat penting peran serta tujuannya. Pembangunan juga memiliki tipologi dan jenis dalam mengimplementasikannya sesuai dengan agendanya. Bidang inilah yang sangat banyak pengaruh serta keterlibatannya terhadap semua aspek yang ada baik sosial, hukum, politik, budaya dan sebagainya. Karena pembangunan sejatinya ialah sebuah peradaban manusia yang akan menentukan kemajuan bangsa itu sendiri. 

Namun dalam hal ini, pembangunan infrastruktur lah yang paling banyak menghasilkan polemik, konflik, sentimen, resistensi, konfrontasi, dan boikit serta aksi lainnya. Sebab, bila salah satu atau seterusnya dirugikan, tidak dilibatkan, diselewengkan atau apapun itu akan mengundang berbagai macam reaksi yang ada. Tentunya ini ada hubungannya dengan negara sebagai pemerintahan dan korporasi sebagai swasta. Yang saling bersinergi dan berkesinambungan dikarenakan pembangunan bersifat berkelanjutan. 

Memang pembangunan sangat luas baik itu pembangunan karakter, pembangunan pariwisata, pembangunan infrastruktur, pembangunan industri kreatif, pembangunan masyarakat sipil dan lain sebagainya. Tentunya semua itu belandaskan pada asas keadilan, kesejahteraan dan kebersamaan. Setiap pembangunan itu akan selalu dimulai dari segi politik dan hukum kemudian berlanjut pada level kebijakan. Saat menjadi kebijakan itulah mulai diatur segalanya melalui beberapa tahapan yakni agendanya, rumusannya, implementasinya, pengawasannya, laporannya, evaluasinya, rekomendasinya dan kembali kepada agendanya yang terbaru disesuaikan dengan konteks serta kebutuhan.

Lantas apakah benar pembangunan itu merupakan bentuk untuk mencari serta mencapai kesejahteraan ataukah justru kesenjangan yang ada. Tentu hal ini sangat dikaji dan didiskusikan begitu panjang lebar dengan berbagai perspektif, studi, aspek, keterlibatan dan lain sebagainya. Dari segi akademis dan teoritis sudah banyak yang membahas serta menjelaskannya sesuai dengan studi kasusnya masing-masing. Namun perlu adanya upaya untuk mengawal dan meneliti pembangunan ini sebenarnya untuk siapa, bagaimana prosesnya, apa tujuannya, dan lantas tindak lanjutnya seperti apa. Apakah pembangunan secara diskursus adalah wujud kesejahteraan apakah secara impelementasi keadilam dan apakah secara realitas justru menghadirkan kesenjangan. 

Pembangunan kesejahteraan ataukah kesenjangan seolah bagaikan dua mata pisau atau bahkan dua mata koin yang semuanya memiliki makna filosofis yang berbeda meski sedikit identik kesamaannya. Terkadang pembangunan memang benar adanya adalah mewujudkan kesejahteraan akan tetapi pada pihak yang berkepentingan, pihak yang menang, pihak yang terlibat,  dan pihak-pihak tertentu saja. Karena memang kadang pembangunan mewujudkan kesenjangan pun benar adanya secara realitas masyarakat terpinggirkan, tidak mendapat hasil keuntungan, tidak berpengaruh pada aspek ekonomi, pendidikan, kesehatannya, semakin tergusur, terjajah, dan terampas haknya bahkan tidak terfasilitasi atau terakomodir lagi.

Fenomena pembangunan seolah hanya bagaikan festival dalam menjajakan segala apa yang ada yang hanya sebatas hiburan tanpa isi dan makna yang secara nyata solusinya, nyata urgensinya dan nyata hasilnya bagi seluruh komponen dan partikular yang ada serta terlibat tentunya. Tentu semuanya berharap dan menginginkan bahwa pembangunan itu adalah kesejahteraan di atas semua golongan, semua kepentingan, semua elemen, semua unsur masyarakat dan semua sektor yang ada dengan memaksimalkan hasil serta tujuan kesejahteraan dan meminimalisir bahkan meniadakan kesenjangan. 

Tentu semuanya itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan dan mengedipkan mata saja. Ada jalurnya, prosesnya, prosedurnya, tahapannya, dan unsur lainnya yang semuanya dilakukan secara inklusif, intensif, integratif, interkonektif, dan interaktif. Kesejahteraan adalah segalanya dan harus diatas segalanya yang jangan sampai hanya sebatas simbol, retorika, maupun tampilan saja namun tetaplah sebuah isi dan nilai yang diperjuangkan secara bersama maupun gotong royong. Karena semuanya menginginkan pembangunan berbasis kesejahteraan, berlandaskan hukum yang berkeadilan, dan bernilai atas dasar kemanusiaan. Sehingga menolak secara fundamental terhadap pembangunan yang menghasilkan kesenjangan, mewujudkan kemiskinan,  dan menciptakan keterpurukan atas dasar ketimpangan hukum yang tak berkeadilan. Seyogoyanya semua ini adalah milik bersama dan dirasakan untuk kepentingan bersama, kebermanfaaatan bersama serta kemaslahatan secara bersama-sama.

Senin, 28 Mei 2018

Menuju Puncak Kesadaran Hidup


Oleh : Al Azzad 

Kehidupan dunia yang fana' ini seolah tiada habisnya falam urusan materi dan harta maupun pekerjaan ataupun kekuasaan. Semuanya ingin meraihnya dengan berbagai cara apapun dari yang putih ke abu-abu sampai jalan hitam ada semuanya. Dunia begitu indah sehingga banyak memikat manusia untuk meraihnya serta menggenggamnya. Karena baginya kehidupan dunia adalah surga yang tak akan terlewati untuk kedua dan kesekian kalinya. 

Hiruk pikuk dunia bahkan segala dinamika dan warna warninya memberikan banyak sejarah, cerita serta kenangan bagi yang menjalaninya. Ada yang menemukan kebenaran bahkan adapula yang jauh dari kebenaran. Mencari kebebasan hidup pun seolah tak ada habisnya, segala sesuatu ingin dicapai dan dirasakan. Ketika semuanya pun telah didapatkan dan dirasakan akhirnya kehilangan kendali dan tingkat kesadaran pun menghilang dengan sendirinya. 

Manusia itu pada dasarnya akan dekat dengan Tuhan dalam puncak kesadaran ialah ketika musibah, cobaan, ujian, halangan, rintangan dan tantangan melanda. Sehingga ia kembali pada Tuhan dan memohan ampunan serta membuktikan wujud rasa syukurnya yang bahagia tiada tara. Akan tetapi kesadaran manusia akan hilang dan menjadi bebas serta sombong ketika dalam hidupnya yang dirasakan adalah hanya kemudahan, kemewahan,  keinginan, kesemena-menaan dan kebebbasan tanpa batas serta aturan. Sehingga Tuhan pun akan menegur dengan segala cobaan alam maupun cobaan hidup yang dijalaninya. 

Lantas bahaimana agar sampai menuju puncak kesadaran hidup yang sesungguhnya. Tentunya puncak kesadaran itu hadir dari berbagai faktor, kondisi, keadaan, situasi dan konteksnya masing-masing. Ada yang berawal dari kejahatan, kenakalan, kebebasan, kegelapan, kegalauan, kegelisahan, keputusasaan, kegagalan, kesedihan, ketidaktaatan, kehampaaan, ketertindasan, kesengsaraan dan kegundahan bahkan yang lainnya. Namun tak hanya itu bisa pula karena kebahagiaan, kesuksesan, kesenangan, ketenangan, kedamaian, keberlimpahan, kekayaan, kemewahan, kejayaan, kekuasaan, kekuatan dan nilai positif bahkan cendrung berlebih lainnya yang akhirnya menuju puncak kesadaran hidup. 

Hal ini pun dapat dirasakan dimana saja, tentunya akan ditemukan pada seluruh alam semesta yang tercipta indah ini. Dari mulai gunung, laut, pantai, pemukiman, tempat wisata, tempat sejarah, sarana ibadah, goa, gedung, sekolah, kampus, lapangan dan lain sebagainya. Karena kesadaran setiap manusia akan datang tergantung bagaimana manusia itu berdamai dan kembali menerima keadaan hidupnya yang penuh kesadaran.

Sebelum kembali pada Tuhan yang entah kapan waktunya dan manusia tak akan pernah mengetahuinya. Maka bersegeralah untuk menjadikan hidup ini senantiasa melangkah menuju puncak kesadaran hiduo yang sesungguhnya secara totalitas dan penuh loyalitas. Agar jangan sampai menyesal di kemudian hari lalu tiada lagi waktu untuk kesempatan memperbaiki karena sudah terlambat yang tak lagi bisa ditoleransi. Alam begitu luas nan indah, maka jadilah sebagai puncak kesadaran bukan justru puncak kesesatan, puncak kezaliman, puncak kemudorotan, puncak kehancuran, dan puncak kegelapan. Sebab manusia akan bernilai tergantung sejaraj apa yang akan diukir dari setiap proses dan perjalanan hidup tentunya. Karena menuju puncak kesadaran hidup yang sesungguhnya adalah kembali mengenali Tuhan dan kembali bersama Tuhan atas segala perintah serta larangan Nya.

Sebelum terlambat dan tak akan pernah ada ruginya bila hidup ini selalu diisi dengan niali kesadaran hidup. Agar senantiasa dalam kebaikan, ketaatan, kesabaran, dan keikhlasan. Karena yang dijalani hari ini akan mempengaruhi kehidupan kelak di akhir nanti. Sipakan bekal yang banyak layaknya ingin menuju puncak pemandangan gunung alam yang indah. Begitulah pandangan hidup kelak yang jauh lebih indah sehingga manusia dapat melihat hakikat hidup yang begitu indah nan bahgaianya. Teruslah berjuang menuju puncak kesadaran hidup dimana pun berada agar dapat kembali pada nilai hidup yang membawa kepada keselamatan dunia dan akhirat tentunya.

Sosok Pemimpin Yang Dirindukan


Oleh : Al Azzad 

Hidup di akhir zaman selalu krisis pemimpin serta terjadi degradasi kepemimpinan dan tidak seperti Rasul Saw beserta para sahabat. Inilah fakta dan fenomena kehidupan yang begitu rill serta nyata di hadapan mata maupun hidup di sekeliling ini. Tantangan besar untuk menghadirkan sosok pemimpin yang adil dan bijaksana, menerapkan nilai serta sifat dasar seperti siddiq, amanah, fatonah dan tabligh. Sangat sulit serta begitu langka kehadirannya di muka bumi saat ini yang hidup di zaman kontemporer. 

Justru yang terlihat ke permukaan adalah para pemimpin yang jauh dari nilai agama khususnya Islam. Lebih parahnya lagi adalah dengan gagah serta tidak malunya menentang Allah, bahkan merasa dirinya telah menjadi bagian Tuhan bahkan dituhankan, tidak takut kepada Tuhan, melebihi daya upaya maupun kekuatan Tuhan, sehingga yang terlihat hanyalah kesombongan, kepongahan dan keegoan. Pemimpin dalam hal ini bukan hal yang sepele, melainkan pemimpin yang memiliki kewenangan tinggi, kekuasaan penuh, otoritas dominan dan posisi strategis. Maka tanggung jawab, jiwa kepemimpinan, dan kepedulian secara makro maupun global sangat penting dan tidak terjebak pada kategorisasi atau partikulasi dalam satu aspek semata. 

Banyak harapan serta keinginan yang menjadi impian akan hadirnya sosok pemimpin yang dirindukan. Tentu bukan pemimpin yang selalu merasa dirindukan dengan pencitraannya dan penampilannya saja. Tapi lebih dari itu sangat substantif yang artinya kehadiran pemimpin membawa kedamaian, keadilan, keharmonisan, kemakmuran dan kemajuan. Bukan justru yang acuh tak acuh, ego mendominasi, retorika makarisasi, program manipulasi, dan kepemimpinan citra. Mungkin inilah yang dinamakan tren dalam melahirkan pemimpin dengan instan, cangkok, dan image. Yang akhirnya output pun hanya berdasarkan pada apa-apa yang menarik, lucu, aneh, unik tapi tak berisi, tak berkualitas, dan tak bijaksana. 

Hal ini bukan berarti hanya semata karena sebuah sistem yang salah. Akan tetapi pola pikir manusia pun yang juga semakin salah yang sama halnya keliru, pada akhirnya juga hanya instan, masa bodoh, dan oportunis. Sebab energi negatif tidak akan hadir tanpa adanya stimulasi negatif yang datang serta mulai dari bawah ke tengah sampai ke atas. Begitulah kira-kira gambarannya, bahkan energi positif sekalipun itu diproses dengan alur yang sama yakni dimulai dari hal kecil ke sederhana dan sampai puncak keberhasilan. Inilah yang dinamakan kesalahan sikap dalam menjalankan sebuah sistem atau disebut desistematisasi kritis atau error system. 

Islam dengan segala ilmunya dan sejarahnya bila dikaji secara ilmiah, mendalam dan konpeherensif maka semua akan jelas validasinya, kebenarannya, keilmiahannya dan keasliannya. Sebab para pemimpin yang lahir di zaman dahulu dalam sejarah akan terlihat jelas kehidupan awal sampai akhirnya penuh dengan dinamika, proses,  suplementasi, pembekalan, tujuan, dan bahkan nilai. Bukan hanya serta merta hadir hanya karena kekuatan uang dan kekuatan politik tanpa esensi semata. Hal ini menjelaskan bahwa segala sesuatunya itu perlu disadari, perlu disiapkan, perlu dibangun, perlu dimodifikasi, perlu dijaga,  dan perlu perawatan yang kesemuanya adalah sebuah sistem menghadirkan sosk pemimpin yang dirindukan. 

Mari berbenah dan saling memperbaiki menuju kebaikan dan kemajuan. Sebab bisa saja ternyata sosok pemimpin hadir diri sendiri, keluarga, lingkungan dan sesuatu yang tak pernah terduga sebelumnya. Sehingga sosok pemimpin yang dirindukan kelak dapat dikenali secara detail dan mendalam, karena kebiasaan dari awal kelahiran sampai pada akhir kematian. Hancurnya sebuah sistem tidak serta merta karena pemimpin sebagai aktor peran saja, melainkan keseluruhan yang menyatu mengalir dalam memilih pemimpin yang salah perkiraan. Sebab semua bisa dikemas dengan sampul atau cover sesuai dengan selera kebutuhan tren atau pasar, dan semua tentunya merupakan bentuk desain yang bisa saja tak sesuai isinya.

Menghadirkan pemimpin ideal yang senatiasa menjaga, memikirkan, membenahi, memajukan, membanggakan, mengayomi, mensejahterakan, membantu, mendukung, mendamaikan, menyemangati seluruh rakyatnya maupun bawahannya atau anggotanya adalah sosok pemimpin yang dirindukan. Yang memilih harus sadar dan penuh tanggung jawab atas dasar pengetahuan yang luas, serta yang terpilih penuh kesadaran atas amanah yang dijalani sifatnya sementara bukan kepemilikan atas kewengan yang telah didapatkan. Artinya semua ada rencanya, ada aturannya, ada tahapannya, ada prosesnya, ada prosedurnya, ada sistematikanya, ada desainnya dan ada rancangan-rancangannya. Sehingga banyak dan mampu melahirkan serta menghadirkan sosok pemimpin yang dirindukan, kemudian yak lagi mengali krisis dan degradasi kepemimpinan tentunya.

Minggu, 27 Mei 2018

Remaja Yang Berakhlakul Karimah


Oleh : Al Azzad 

Kehadiran generasi milineal saat ini memberikan banyak pengaruh pada kehidupan modern yang serba dinamis. Hanya saja generasi muda khususnya remaja banyak terindikasi kepada pengaruh negatifnya yang masuk sebagai efek amoral dan degradasi moral serta destruksi moral. Hal ini tentu dapat meresahkan aspek agama dan negara dalam mewujudkan generasi cerdas, religius, nasionalis, mandiri, koperatif dan berintegritas.

Tentu ini merupakan pekerjaan semua elemen, khususnya para orang tua, pendidik, pemikir, tokoh, ulama, umaro, umat dan para ustadz. Agar remaja ini senantiasa terselamatkan akidahnya, imannya, agamanya, spritualitasnya, kecerdasannya dan prestasinya. Memang bukanlah perkerjaan yang mudah lagi murah, butuh perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Sebab sulitnya membendung arus globalisasi untuk menerapkan filterisasi bagi kaum remaja dan generasi muda tentunya. 

Akhir zaman ini menciptakan kehidupan jahiliyyah kontemporer yang merusak akhlak generasi muda dan remaja karena pengaruh kebebasan tanpa batas. Sehingga dibutuhkan pembangunan karakter, pembangunan manusia, pembangunan akhlak, pembangunan generasi cerdas yang religius. Sebab kini memasuki dunia massa, dunia cetak dan dunia sosiap media. Aktivitas remaja tak hanya di sekolah dan di rumah melainkan di sosial media yang gerak serta langkahnya sulit terkontrol dan terbendung satu per satu. Sehingga membutuhkan metode pengajaran, pembelajaran, permainan, dan pengaplikasian. 

Remaja yang berakhlakul karimah ialah remaja yang memiliki iman, islam, ihsan, ibadah, ilmu dan ikhlas dalam dirinya sebagai generasi muda yang mengimbangi arus negatif, arus global, arus destruksi. Remaja yang berakhlakul karimah tentunya ialah generasi robbani, generasi qur'ani dan generasi islami. Istilah kids zaman now harus dikonversi dengan istilah remaja zaman now yang berakhlakul karimah. Sebab generasi digital ini punya konteks kehidupan yang sangat berbeda dalam realitanya. Tentu ini harus didukung dengan motivasi moral, motivasi belajar, motivasi mandiri, motivasi spritual dan motivasi sosial. Agar remaja tumbuh dan berkembang menjadi harapan bangsa yang sesuai dengan nilai akhlakul karimah meneladani akhlak Rasul Saw sebagai uswatun hasanah. 

Setidaknya remaja yang berakhlakul karimah memiliki sifat Al Amin yang jujur, Al izzah yang terjaga dan Al Amanah yang terpercaya seperti akhlakul Rasul Saw. Dengan demikian misi kebaikan remaja sebagai aktivitas dakwah di kalangan remaja bisa saling memberikan energi positif kebaikan dan kebenaran. Tentu dengan tugasnya sebagai remaja masa depan mesti ditanamkan iman dalam hati, melakukan amal soleh, saling mengingatkan kebenaran dan mengingatkan kesabaran  agar tidak tergolong remaja yang merugi pula.

Kenakalan remaja ialah akibat kekosongan spritualitas, tidak adanya motivasi, lemahnya filter hidup, kepedulian sosial rendah, ilmu yang mengarah kepada materialistis, lingkungan yang negatif, karakter sebaya yang semakin amoral, sistem kehidupan yang tidak suportif, dan pengaruh-pengaruh ekstirm di luaran sana yang tak terkontrol dan terbendung. Maka sebaikanya kini semua elemen bergerak bersama membuat aktivitas di kalangan remaja agar menjadi remaja yang berakhlalul karimah. 

Dengan semangat belajar dan ilmu untuk menjadi remaja yang mandiri, prestasi dan cerdas dalam aspek apapun. Semua mesti masuk sesuai dengan kondisi mereka, situasi mereka, alur mereka, tren mereka dan tipologi kehidupan mereka yang juga beragam. Maka dalam hal ini, diwalai dari keluarga, sekolah, lingkungan dan negara tentunya. Harapan akan selalu ada dan mesti harus ada remaja yang berakhlakul karimah adalah remaja yang mendominasi struktur kehidupan baik secara kualitas dan kuantitas sehingga berfungsi tugas hidup manusia sebagai khalifah di muka bumi serta mampu mendapatkan ridho Allah Swt. Dengan pendidikan dan pembangunan karakter remaja secara islami, qur'ani dan robbani.

Palestina Adalah Saudara Kami


Oleh : Al Azzad 

Siapapun orang, negara, organisasi dan para perkumpulan lainnya yang mengganggu kehidupan warga Palestina maka berhadapan dengan kami kekuatan dunia. Seberapa besarnya kekuatan Amerika dan Israel serta jaringan zionisnya tak membuat kami gentar untuk menghadapinya. Khususnya kami warga Indonesia yang dalam hal ini sebagai umat Muslim mayoritas dan terbesar di Dunia, akan senantiasa memperjuangkan saudara kami karena Bangsa kami pun dulunya diperjuangkan olehnya. 

Trump sebagai presiden Amerika Serikat yang sangat kontroversial kali ini benar-benar menunjukkan polahnya kepada warga dunia. Dia bukanlah tokoh yang akan mampu memberikan kedamaian dan perdamaian bagi seluruh negara khususnya bagi daerah konflik maupun rawan konflik. Sebab Trump adalah tokoh yang sangat terkenal berkeberpihakan pada salah satu negara, kelompok, organisasi yang dapat menguntungkannya. Sosoknya bukan hal baru, sebab Amerika Serikat memang selalu menghadirkan Presiden kontroversial yang sangat terkenal konspirasinya terhadap dunia khususnya Islam. 

Tentu ini juga berkaitan dengan adanya kekuatan Zionis Israel yang sangat kuat jaringan bisnis, politk dan ekonominya secara sektoral maupun teritorial. Bahkan membentang luas ke seluruh kancah dunia, apalagi kepada negara miskin, negara berkembang dan negara lemah. Sehingga, mereka-mereka adalah kekuatan dunia internasional yang otoritarian ekstrim, mafia dunia, konspirasi global, kolonialisasi industri, investasi ekonomi, pembangunan kapital, dan pembentuk framing atas dunia internasional. 

Ini menandakan bahwa akhir zaman semakin dekat, dikarenakan antar sesama manusia kembali mudah berkonflik secara kolektif  maasal dan mendunia yang sangat global. Tidak hanya itu, manusia semakin meninggalkan kebenaran hakiki, senang dengan adu domba, saling menyerang antar satu dengan yang lainnya, marakanya fitnah yang semakin merajalela dengan isu hoax, suka dengan kebohongan yang dijadikan sebagai hujjah menyerang, keadilan yang tidak seimbang, hukum rimba atas dasar yang kuat yang menang yang beruang yang dapat membeli, dan gamabaran-gambaran nyata lainnya yang semakin dirasakan dalam kehidupan saat ini. 

Palestina adalah saudara kami adalah merupakan dukungan moral, dukungan solidaritas, dukungan persaudaraan, dukungan kemanusiaan, dukungan keadilan, dan dukungan iman. Karena ini belaku secara timbal balik bagi siapapun ketika kelak atau suatu saat kami dalam hal ini baik negara, organisasi maupun perkumpulan berada diposisi seperti Palestina dalam ruang dan waktu serta dinamika yang berbeda. Yang jelas kezoliman yang semena-mena adalah tanda akhir zaman yang mengarah pada dualisme, debatable, perang dua arah, kanan dengan kiri, darah dengan senjata, pemikiran dengan proyek, pembangunan dengan kesenjangan yang tampak sangat rill, nyata dan penuh realita. 

Kini memasuki fase zaman yang levelitasnya dan puncaknya pada Jihad, dan jelas bagi daerah Palestina dengan Israel ialah Jihad Perang.  Namun diberbagai daerah penjuru dunia pun akan mengalami Jihad yang beragam yakni dengan Jihad Ilmu, Jihad Politik, Jihad Ekonomi, Jihad Konstitusi, Jihad Diplomasi, Dan medan-medan jihad lainnya akibat dari konsprasi Amerika dan Israel atas Palestina. Ini semacam aliran energi yang menguat dan mendunia, disebabkan Palestina yang tersedutkan dalam hal apapun sehingga menjadi aliran panjang yang tak terputus atas jihad yang beragama yang mengarah pada Palestina sebagai kekuatan bagaikan tali panjang membentang yang saling mengikat dan meguur terus dan tidak akan terputus dengan apapun. Tentu ini adalah kerja keras dari semua keberpihakan warga dunia yang masih memiliki jiwa kemanusiaan, jiwa keadilan dan jiwa keadamian. 

Lantas bila situasi semakin tak bersahabat yang artinya kekacauan-kekacauan semakin merambah lagi merajalela, solusi tak kunjung didapatkan, dunia semakin hitam. Maka upaya ultimatum, jihad akbar, konsolidasi dunia, politik menekan, nihilnha diplomsi dan sebagainya akan berdatangan, terus mengalir tak terbendung, dan menjadi kekuatan bagaikan ombak lautan bagaikan angin topan, bagaikan sambaran petir, bagaikan meletusnya gunung berapi dan bagaikan kekuatan dahsyat alam lainnya. Karena bagi kami Palestina adalah saudara kami, deritanya deri kami, semnagatnya semangat kami, perjuangannya perjuangan kami, pengorbanannya pengorbanan kami, persaudaraannya persaudaraan kami, tangisannya tangisan kami, doanya doa kami, jihadnya jihad kami, sakitnya sakit kami, bahagianya bahagia kami, suka dukanya suka duka kami, jasanya jasa kami, damainya damai kami, darahnya darah kami, dan segala apa yang ada padanya adalah tentunya Kami dan Kami barisan Umat Manusia yang amat sangat peduli.

Sabtu, 26 Mei 2018

Melihat Kontestasi Dakwah Kontemporer


Oleh : Al Azzad 

Bila melihat kondisi belakangan ini, ada banyak hal menarik yang dapat dirasakan kaum muslimin Indonesia. Dari isu lokal, isu nasional dan isu internasional adalah bagian pembahasan yang sangat hangat dan akutual di semua kalangan maupun elemen. Dalam hal ini kepada seluruh aktivis dakwah yang memiliki latar belakangnya masing-masing baik itu organisasi, perkumpulan, majlis, keluarag, lembaga ataupun kelompok lainnya. Semua memberikan pandangan sesuai dengan pernyataan sikapnya melalui hasil kajian serta diskusinya. 

Menariknya ialah semakin banyak istilah yang muncul dari kalangan Islam melalui konteksnya. Hal ini merupakan bagian studi pemikiran Islam yang membaca segala konteks yang ada. Maka sering didengar terhadap berbagai macam istilah, termin, julukan maupun sebutan-sebutan. Mulai dari Islam Radikalis, Islam Ekstrimis, Islam Nasionalis, Islam Tradisionalis, Islam Sosialis dan Islam Dinamis.

Tak hanya sebatas itu, dunia barat yang menyerang Islam pun banyak memberikan sebuah konsep melalui ide pemikirannya. Islamophobia yakni sebuah kondisi kejiwaan yang rentan karena ketakutan terhadap dunia Islam yang kejam, sadis, sangar, ngeri, dan brutal terhadap manusia bagian dari serangan secara sistematis. Tidak hanya itu, maraknya paham yang laris dalam dunia intelektual maupun akademisi pun banyak sumbang sihnya dan produksinya terhadap paham Radikalisme, Terorisme dan Ekstrimisme. Yang tentunya mengarah pada dunia Islam yang semakin sulit dipahami secara konteksnya, hingga akhirnya terpecah belah, sentimen, dan rawan konflik apalagi lemahnya cara berpikir dan dialog serta diskusi secara pemikiran. 

Maka lahirlah fenomena yang bisa disaksikan oleh seluruh kalangan, elemen dan aspek dengan melihat kontestasi dakwah kontemporer tersebut. Seperti adanya tren atau sebuah kondisi yang sedang hangat dan sedang laris, laku atau viral bahwa kontestasi atau panggung mauoun eksistensi dalam dunia dakwah yang diperlihatkan dari berbagai latar belakangnya masing-masing. Baik dari posisi paling kiri ke tengan dan sampai posisi paling kanan selalu mengambil peran untuk memperjuangkan eksistensinya melalui kontesrasi dakwah secra kontemporer yang mempengaruhi ummat, jamaah, audiens dan madh'unya. 

Inilah keberagaman dan keberagamaan serta variasi yang penuh warna warni dalam dunia dakwah di Indonesia. Dakwaha kontemporer yang dimaksud ialah merupakan sebuah tugas suci dan mulai yang konteksnya merupakan era kekinian, abad ini dan dewasa ini dalam melakukan dakwah sesuai metode yang efektif dalam era kontemporer. Hal tersebut sangat erat keterkaitannya dengan media baik itu media massa, media cetak dan media sosial sebagai bentuk sarana dakwah ataupun media dakwah. Namun hal ini, tentu dalam implementasinya selalu ada dampak yang urgensinya dapat mempengaruhi ciri khas masyarakat Indonesia. Seakan ada konsepsi yang terbangun yakni competition & collaboration atau kompetisi maupun kolabirasi.

Melihat kontestasi dakwah kontemporer dibaca dengan dua sistem tersebut, yakni dakwah secara kompetitif dan kolaboratif. Ada yang merasa berjuang untuk saling berkompetisi baik sendiri maupun berjamaah secara kolektif. Ada pula yang berusaha untuk berkolaborasi dan bekerja membentuk kekuatan agar dapat bersaing secara kuat. Bahkan bisa pula ditambahi dengan unsur afiliasi terhadap kegiatan lainnya yang memiliki kesamaan visi dan misi dalam tujuan dakwahnya. Ada yang baru dimulai dengan tahapan dan prosesnya sehingga baru lahir karena konteksnya, ada yang telah hadir berusia sangat muda dengan geloranya, ada yang telah memasuki fase kematangan dengan kebesarannya, dan adapula yang masuk dalam fase keterpurukan atau kehilangan eksistensinya. 

Semuanya memberikan pengaruh, nilai, kontribusi, karya, budaya,  hasil, dinamika, peradaban, sejarah, konteks, pendidikan, pengalaman dan lain sebagainya. Tentu semua pun berada pada garis perjuangannya masing-masing, berada pada visi misi maupun tujuannya, berada pada agendanya, berada pada programnya dan tentu berapa pada wilyahnya masing-masing pula. Hindari yang namanya kerusakan, kehancuran, separatisme, tumpah darah, adu domba, konflik berkepanjangan, dan berbagai hal buruk maupun negatif lainnya. Karena jalan dakwah dalam Islam sangat jelas dicontohkan yang berlandaskan pada Allah dan Rasulnya serta proses dan metode lainnya baik ijtihad para ulama, qiyas, urf maslahah dan sebagainya. Agar hak dan kewajiba bagi warna negara dan bagi seoarang muslim maupun aktivis dakwah dapat memahami secara tekstual dan kontekstual serta lebih mendalam tentunya.

Memasuki Fase Akhir Zaman


Oleh : Al Azzad 

Inilah zaman fitnah, zaman musibah dan akhir zaman yang sangat menyedihkan. Di mana manusia kehilangan hakikat hidupnya sehingga lebih senang melakukan kerusakan dan menghancurkan keadaan. Konflik bertebaran dimana-mana dengan isunya masing-masing baik itu suku bangsa, agama, komunitas dan lain sebagainya. Sentimen antar kelompok sangat rentan akibat adu domba dan serangan tekanan untuk terpecah belah agar saling memusuhi antar satu dengan yang lainnya. 

Istilah memanusiakan manusia pun bergeser menjadi membinatangkan manusia, menyandera manusia, dan mematikan manusia mendahului takdir Tuhan atas tangan-tangan Manusia serakah lagi kejam. Alam pun semakin tak bersahabat dengan manusia, sehingga menampakkan kemarahannya atas musibah maupun bencana yang dilimpahkan atas perintah Tuhannya. Manusia menjelma menjadi Tuhan dan semua manusia berkeinginan untuk menajdi Tuhan atas kekuasaan, kekuatan dan  keserakahan. 

Manusia semakin banyak menciptakan nilai pandangan hidupnya untuk menentang Tuhannya secara tidak langsung dan secara implisit. Karena dengan demikian manusia akan merasakan kepuasan atas dasar egosentrisnya yang berapi-api. Hingga akhirnya kekacauan, keributan dan kehancuran antar sesama manusia terus melanda tanpa henti-hentinya. Semakin meninggalkan ajaran Tuhan dan semakin berani mempertentangkan segala ajaran Tuhan dan Rasul atas nama kebenaran manusia yang diciptakan sendiri sesuai interpretasinya. 

Inilah yang disebut memasuki fase akhir zaman tadi. Yang artinya adalah keadaan zaman yang secara teknologi maju dan berkembang namun secara sosial menciptakan kesenjangan dan kemiskinan, secara agama menjadi fasik dan munafik, secara politik menjadi zolim dan sombong dan secara kemanusiaan menjadi kejam dan tidak berperikemanusiaan. Hasrat ingin menguasai dunia seutuhnya dalam genggaman dan kejayaan menjadikan manusia kehilangan jati diri serta fitrahnya. Sehingga tanda-tandanya semakin banyak terlihat dan membuat manusia menjadi seperti kehilangan nilai hidup. 

Tak hanya sebatas itu, akhir zaman ini memperlihatkan segala bentuk kebodohan dalam agama, menghalalkan segala cara, menentang kalamullah, amoral merajalela, dan kerusakan-kerusakan sistem, nilai, ajaran dan paham kebaikan lainnya. Banyak yang lari dari kenyataan dan tanggung jawab, sehingga kehidupan tak lagi damai serta harmonis. Yang kuat akan selamanya kuat dan menang atas yang lemah tak berdaya yang juga dilemahkan secara sistematis. Hingga akhirnya kemuliaan manusia tak lagi sejalan dengan ajaran Tuhan, melainkan kemuliaan manusia dimiliki kepada mereka yang kuasa, kaya, bertahta, kuat dan otoritas besar. 

Yang namanya memasuki fase akhir zaman itu ialah memberikan tanda bahwa hidup semakin tidak baim dan benar untuk dijalani. Semua itu akibat ulah-ulah manusia jahat, picik, zalim, fasik dan munafik. Karena kehadirannya mereka adalah memang untuk menjadi Tuhan meski diakui atau tidak secara individu dan kolektif. Maka perkuatlah iman, istiqomah dalam segala amalan, perluas ilmu agama, belajar terhadap ilmu pengetahuan dunia, tingkatkan semangat gelora jihad, dan senatiasa bersyukur lagi berssabar dalam setiap keadaan. Karena semuanya akan kembali kepada Nya dan semua adalah ciptaan Nya. Manusia tetaplah manusia yang tak akn pernah menjadi Tuhan dan tak boleh dituhankan seberapa pun kuasanya, besarnya dan kuatnya manusia itu di akhir zaman. Sebab itulah perjalanan manusia abad ini ketika memasuki fase akhir zaman yang harus dilalui dengan keteguhan-keteguhan iman yang tertujam dalam dihatinya.

Jumat, 25 Mei 2018

Mengenali Sejarah Tanpa Batasan


Oleh : Al Azzad

Indonesia saat ini telah banyak mengumpulkan khazanah ilmu pengetahuan melalui sejarah perkembangannya dari masa ke masa. Memiliki banyak konteks, peristiwa, fenomena, realitas dan kejadian yang tak akan pernah ada habisnya bila terus dibahas serta didiskusikan. Namun Indonesia masih sangat cukup muda dibandingkan sejarah klasiknya pada masa-masa kerajaan, nusantara dan kisah-kisah para pendahulu. 

Kemajuan zaman ternyata berbanding terbalik dengan konteks sejarah, saat ini kebanyakan lebih mengenali dan bangga terhadap sejarah bangsa lain dan menghidupkan nilai sejarah asing terhadap Indonesia itu sendiri. Semacam adanya pergeseran nilai secara ontologi sekaligus dikotomi sejarah kebangsaan Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan lemahnya generasi muda yang orientasinya saat ini adalah instan sehingga tak lagi memiliki semangat historitas dan proses dalam mengenali konteks terdahulu. 

Memang sudah seharusnya kembali merevitalisasi studi dan realitas kehidupan Indonesia berdasarkan basis sejarah maupun historitas kehidupan. Agar tidal terjadi dikotomi sejarah dan keterputusan values, falsafah, pedoman, dan karya klasik. Maka perlua adanya sebuah gagasan baru dan terobisan yang sangat fundamental untuk melakukan rehistoris dengan baik agar tidak terjadinya ahistoris terhadap aspek sejarah. Sebab dengan begitu sejarah bangsa Indonesia akan semakin besar, jaya dan berkesinambungan mulai dari awal hingga sampai puncaknya. 

Fenomena ahistoris terhadap sejarah terjadi karena banyaknya faktor yang ada. Salah satunya ialah melalui inklusivitas yang sangat tinggi hingga akhirnya melonggar tidak bisa memfilterisasi dan memberi batasan secara kekuatan hukum maupun politik yang sesuai dengan konteks keindonesiaan. Hal ini terjadi karena lemahnya pengawasan, mudarnya semangat kebangsaan, minimnya nilai sejarah sebagai dasar pengetahuan, dan kecenderungan terhadap ketergantungan kepada sesuatu yang lain di luar nilai keindonesiaan yang dipaksakan. Itulah kenapa terkadang negera ini hanya tempat persinggahan sementara bagi sebagain kelompok masyarakat berkelas, tempat melakukan transaksional bisnis semata, tempat mengeksploitasi sumber daya yang ada sebagai kepentingan individual, tempat mencari keuntungan yang hasilnya untuk kesenangan di kancah internasional, tempat kesempatan untuk membuang sesuatu yang telah menjadi buruk, bahkan menjadi tempat pelarian sementara karena masih lemahnya sistem kehidupannya, tempat yang hanya dijadikan seperti kandang hewan maupun pembuangan kotoran, tempat untuk melakukan diskriminasi, tempat eksperimental kerusakan sebagai lahan kepicikian, tempat yang dijadikan kambing hitam kerusakan-kerusakan dan tempat yang kemungkinan bisa dijadikan ritualitas hidup maupun tempat yang secara terpaksa akan dihabiskan untuk segera dihancurkan. 

Hal-hal itu dapat terjadi karena hilangnya nilai sejarah dalam kehidupan saat ini di era milenial. Sehingga tidak memiliki kepedulian, kepekaan, dan kekuatan dalam memperjuangkan sebagai bentuk pertahanan. Semakin acuh terhadap fenomena yang konteksnya adalah ciri khas dan keadaan alam sesungguhnya yang ada serta bukan ditiadakan maupun diada-adakan. Maka pentingnya mengenali sejarah tanpa batasan apapun, apalagi menyangkut pada sejarah kebangsaan baik konteksnya maupun dinamikanya. Aspek apapun itu, bila ia lepas dan melepas diri dari sejarah maka akan kehilangan nilai, arah dan esensinya. Sehingga kenangan tinggal kenangan, kisah hanya sebatas kisah, legenda menyisakan luka dan hikmah sejarah hanya pada musibah serta kehancurannya semata.

Politik Karya Politik Sejahtera


Oleh : Al Azzad 

Segala bentuk sistem dan tatanan kehidupan itu selalu berawal dari yang namanya Politik. Itu sudah merupakan bagian terpenting yang menjadi dasar dalam menentukan arah dan tujuan untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan. Pada dasarnya pun manusia itu pun sedang mengamalkan politik sesuai dengan keadaan dan koridor hidupnya masing-masing. Dimulai dari hal terkecil seperti tidak memilih dan mengambil sesuatu atau hal yang paling besar seperti melakukan atau membatalkan sesuatu. 

Namun ada realitas politik yang kurang sehat serta tidak fair alias kurang berdamai dalam melakukan sebuah permainan kekuasaan. Karena hakikatnya politik itu bukan berarti lawan melawan dan terus serang menyerang saja. Akan tetapi sepakat menyepakati dan damai mendamaikan terhadap segala perselisihan, perdebatan dan perbedaan. Tentu itu memang bagian di dalamnya, hanya saja mampu memposisikan diri dengan semestinya yang disesuaikan pada tahapan dan alurnya. 

Saat ini sangat dibutuhkan politik karya yang artinya banyak menghasilkan sesuatu, berkembang, berkemajuan, bersungguh, berjuang, berkorban dan lain sebagainya. Baik itu pada posisi pro atau kontra, berkuasa atau oposisi, sepakat tidak sepakat, sama atau beda tentu harus saling memiliki hasil karya yang bermanfaat, solutif, dan saling membahagiakan. Politik karya inilah yang menjadi energi positif yang akan terus mengalir dan memberikan sinyal jaringan kepada pengikut dan pendukungnya. 

Politik sejahtera yang artinya adalah menciptakan kesejahteraan dengan baik atas dasar semangat berbagi, menolong, menyantuni, mengasihi dan membahagiakan bersama. Kesejahteraan tentu bukan kerja satu atau dua orang maupun organisasi atau lembaga baok negeri atai swasta. Melainkan bentuk dari sinergi, integrasi, koordinasi, apresiasi, kontribusi, dan partisipasi dari seluruh elemen maupun lapisan yang ada. 

Bukan berarti sampai saat ini tidak ada hasilnya atas pencapaian terdahulu dari siapapun. Melainkan terus dikembangkan dan dilanjutkan ke arah perbaikan dan kemajuan yang tiada pernah berhenti. Karena dengan demikian segala aturan kenegaraan yang ditempuh melalui jalur hukum dan politik berjalan dengan damai, adil, sejahtera, bahagia, aman, dan benar. Maha karya atas perpolitikan bangsa sangat besar hal ini belaku bagi siapa pun baik perangkat negara, swasta, dan masyarakat umum tentunya. 

Politik Karya Politik Sejahtera adalah sebuah konsep dan ide dasar yang harus ditumbuhkembangkan secara global dan massif. Artinya mengedepankan sebuah produktivitas dan profesionalitas dalam hal apapun, sehingga semua akan bertanggung jawab atas tugas dan fungsinya. Mampu menilai diri dengan dasar memperbaiki atas kesalahan diri selama masuk dalam dunia politik atau menyalakan sebuah gendrang semangat politik terhadap politisasi kehidupan. Karena tiada yang salah dalam berpolitik, yang salah pasti terletak pada caranya, prosedurnya, metodenya, mekanismenya, pengawasannya dan penilaiannya. Politik apapun dan apasaja itu sah, selama tidak bertentangan dengan dasar hukum baik itu undang-undang, konstitusi dan regulasi.

Apapun profesinya baik presiden, dewan, menteri, guru, dosen, karyawan, manajer, tukang, pegawai, staff atau apaun profesi dan latar belakangnya. Maka senantiasa untuk maju dan mengedepankan politik karya politik sejahtera meski dalam konteks dan iklim politisasi hidup dari berbagai cakupan aspeknya. Sebab dengan begitulah peradaban manusia yang maju akan datang dan muncul membawa ssjuta karya prestasi penuh kontribusi  memberi dampak manfaat, maslahat dan selamat bagi kehidupan alam semesta. Jangan menyempitkam akal pikiran dengan dalih logika progres kalau ternyata tujuan hanya menjatuhkan, menjelekkan, mencari kesalahan dan membenci yang tiada berarti dan tiada esensi. Asah terus nalar sehat dan logika inklusi agar dapat menerima secara terbuka, terbebas, dan terbaik. Karena dengan demikian politik akan menghasilkan banyak karya dengan jalan kesejahteraan yang dibangun atas dasar bersama rakyat bukan yang lainnya, karena tanah ini, negeri ini, dan tempat ini milik bersama bukan milik asing dengan segala uang, materi, investasi, dan bantuan lainnya.

Kamis, 24 Mei 2018

Upaya Mencari Jalan Kebenaran


Oleh : Al Azzad 

Hidup yang serba kompleks ini memberikan banyak lika liku kehidupan yang semakin sulit dinalar dan dipahami. Yang ada hanyalah berupaya tidak jelas terhadap apa-apa yang ingin dicari maupun dijalani. Sehingga antara kebaikan dan kebenaran merupakan sesuatu yang asing lagi membedakan. Selalu terlintas bahwa semua akan sama saja dan tidak perlu mendalami makna secara detail.

Terkadang manusia lebih cendrung menyalahlan waktu, keadaan, orang bahkan Tuhan. Sebab yang dijalani bukanlah aturan dan ajaran Tuhan, melainkan simbol sebagai busana menutup kesalahan dan keburukan dengan jalan kebenaran. Akibatnya adalah hakikat hidup dalam kebenaran tak akan dapat dijalani dengan kesalehan melainkan justru sebaliknya sebagai manusia yang penuh kesandiwaraan.

Dunia menjadikan manusia semakin sempit dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan hati nurani maupun syariat ilahi yang jelas nyata tak terganti. Itulah kenapa manusia hanya kebanyakan retorika kebenaran melainkan sebagai konspirasi hidup dibungkus kebenaran. Salah dan benar bukan sebagai alat melainkan sebagai pendukung sampingan, bergantung siapa yang mengendalikannya dengan leluasa penuh kuasa tentunya.

Maka dari itu, upaya mencari jalan kebenaran bagi sebagaian manusia yang memiliki tanggung jawab besar terhadap hidupnya, agamanya, bangsanya, umatnya dan alamnya tentu ini selalu menjadi bagian hidup yang penuh kebenaran. Namun tetap saja segala halangan rintangan datang menerjang oleh sebagian manusia lain yang tugas hidupnya mengambil perab sebagai titik belakang yang bertolak belakang memberikan kerusakan lagi kehancuran. Itulah kompetisi dan kontestasi hidup diantara manusia yang saling cekam mencekam dengan konteksnya masing-masing.

Arah dan tujuan terhadap sekelompok yang terus berambisi untuk menjadikan hidupnya dalam mencapai upaya mencari kebenaran adalah bukti nyata yang kuat terhadap kepeduliaan dan rasa memiliki yang luas penuh kehikmatan. Dengan demikian akan menghadirkan maha karya besar yang senantiasa bermanfaat, berkeadilan dan berkemaslahatan untum seluruh alam semesta yang dicinta penuh tanggung jawab atas perintah Yang Maha Kuasa. Maka teruslah berupaya mencari jalan dan berada pada jalan-jalan kebernaran yang mungkin bisa asing lagi terasingkan atau bahkan terluas dan lagi meluaskan bagi seluruh kehidupan. Karena hidup yang benar adalag bagian dari nilai baik yang diperjuangkan karena kesedakatan pada Tuhan sang pencipta dan pengatur sentral segala kehidupan.

Produktivitas Di Era Baru



Oleh : Al Azzad 

Era baru selalu memberikan lautan manusia di seluruh dunia untuk menyambutnya dan memeriahkannya. Dari yang hanya merayakan sendiri, bersama keluarga kecil atau besar, sahabat, rekan, pasangaan dan sebagainya. Rasa bahagia yang begitu tinggi melebihi impian dan cita-cita tentunya. Bahkan seolah memanfaatkan momentum tersebut dengan segala apa saja yang diinginkan sesuai dengan tujuannya masing-masing.

Tentu saja hal tersebut memberikan efek serta jawaban diantara postitif dan negatif tergantung manusia yang mengisinya. Dampak dari pergantian tahun selalu sama dan bahkan bisa melebihi batas dari masa ke masa yang dalam hal ini banyak merugikan banyak aspek serta menguntungkan aspek yang tidak crusial. Tapi itulah kehidupan yang begitu rill dan nyata yang semuanya bahagia dengan momentum simbolik semata meski tak esensial.

Terlepas dari momentun pergantian tahun, selalu ada warna indah yang mengarah pada bentuk produktivitas di era baru oleh sebagian manusia yang lebih melihat nilai kebermanfaatan, kemaslahatan dan keberhasilan. Jelas itu sangat asing dan sedikit, tapi itu juga bagian realitas kehidupan yang nyata yang mengimbangi alam semesta akibat kekacauan dunia di muka bumi melalui polah manusia yang hanya sedang bersenang-senang semata. 

Produktivitas itu hadir dari semua kalangan baik anak, remaja, pemuda, dewasa dan lansia semua ada bahkan lintas profesi dan sebagainya. Sebab hasil karya indah dihadirkan untuk nilai manfaat bagi manusia lainnya. Paling tidak skopnya adalah untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan, bangsa, agama dan dunia. Semakin produktif seseorang maka semakin progresif pula bahkan lebih dari itu semkain protektif karena kepeduliaan untuk meningkatkan kemuliaan hidup. Hanya saja lagi-lagi ini hanya penyeimbang yang pamornya, eksistensinya, dan vokalnya kalah dengan sesuatu yang sifatnya momentum memberi banyak dampak di saat pasca fenomena.

Apapun itu keadaan dan kendala yang selalu terlihat. Produktivitas di era baru harus selalu dihadirkan, lalu diapresiasi bahkan diwadahi sampai pada jenjang kontribusi prestasi dan menjadikan sebuah kegiatan industri menghasilkan ekonomi dengan banyak memberi nilai manfaatnya. Memang tidak mudah namun tetap terus berbanah sampai pada sebuah langkah yang memberikan nilai hidup semakin berkah penuh anugerah. Karena dengan begitu manusia lebih memberikan wujud nyata rasa syukur atas Tuhan terhadap apapun yang telag diberikan kepada manusia, serta manusia harus menyadarinya demi kehidupan indah tahapan kehidupan selanjutnya.

Rabu, 23 Mei 2018

Makna Cinta Dalam Kehidupan


Oleh : Al Azzad 

Kebahagiaan hidup selalu dirasakan karena hadirnya cinta yang begitu tulus nan suci menghiasi kehidupan ini. Berbagi bersama orang tercinta adalah bagian dari wujud kasih sayang untuk menumbuhkan rasa senang penuh canda tawa menikmati indahnya cinta yang telah diberikan oleh Sang Maha Cinta. Tentu semua itu ada perjuangan dan pengorbanan yang menyertainya sehingga menjadi lebih berwarna indah.

Makna cinta dalam kehidupan adalah rasa memahami terhadap situasi dan kondisi yang sedang dijalani demi mengejar mimpi agar terwujud dengan indah, sehingga segala apa yang ada dapat diterima dengan kebesaran dan ketulusan hati. Bagi sang pengembara cinta terkadang mereka pun tak dapat mengartikan arti cinta meski sebagian mereka sangat mahir pula memainkan perannya. Namun bukan itulah makna cinta dalam kehidupan, itu hanualah sebuah agenda dan buatan yang jauh dari nilai hakikat kehidupan.

Cinta kasih sayang setiap manusia itu memang berbeda dalam menjalaninya tergantung sejarah serta latar belakangnya masing-masing. Apapun itu cinta yang disandarkan pada manusia tetaplah akan banyak kekurangannya ketimbang kelebihannya. Bahkan akan cendrung dalam rasa kesedihan dan kekecewaan yang tak akan termaafkan meski dapat diperbaiki dan dibenahi kembali. Maka sandarkanlah cinta   pada pemiliknya yang lebih kuasa mengatur dan memberikannya dengan anugerah serta berkahnya cinta.

Perjalanan hidup itu tak akan abadi, sebab ini hanya persinggahan dan terminal hidup cinta sementara saja. Karena dunia hanya tempat berbagi, belajar, dan berusaha untuk mendapatkan segala kedamaian lagi ketenangan hidup. Dengan demikian akan terus hadir cerita dan kenangan yang selalu berbeda-beda sesuai dengan keindahannya. Keindahan hidup tak akan pernah pudar bila cinta tak salah dijalani dan dirasakan dengan rumit.

Makna cinta dalam kehidupan terus bersinar mewarnai kehidupan untuk mencapai sukses lagi bahagia dunia akhirat. Anugerah cinta akan selalu ada dan memberikan kenyamanan bagi insan yang mengerti cinta karena Tuhannya dan atas Tuhanya. Sebab komunikasi antara insa dan Tuhan adalah langkah awal cinta akan begitu tulus dan suci membawa makna kehidupan yang lebih abadi.

Kesabaran Adalah Mutiara Kehidupan


Oleh : Al Azzad 

Tingkat kesabaran manusia memanglah berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. Segala dinamika dan hiruk pikuk kehidupan itu  banyak memberikan warna bagi keberagaman hidup manusia. Sehingga akan selalu ada persoalan dan problematika yang hadir di dalamnya dengan penuh cita rasa. Itulah sejatinya kehidupan yang senantiasa memberikan makna pelajaran dan memberikan sebuah pengalaman bagi setiap manusia yang hidup dengan penuh impian.

Namun tidak banyak untuk melihat manusia berkualitas yang hadir di tengah masyarakat dalam kondisi serba dinamis yang sangat spekulatif. Kehadiran manusia yang penuh kebijaksanaan dengan kesabaran merupakan sebuah peradaban manusia yang sangat langka di era kontemporer. Melihat dengan jernih, menyikapi dengan bijak, menjalani dengan sabar, menghadapi dengan penuh tanggung jawab, melawan dengan kebenaran, dan mempertahabkan dengan prinsip serta landasan.

Kesabaran adalah mutiara kehidupan yang seharusnya dilestarikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Agar stabilitas sosial dan keharmonisan dalam menjaga konteks kemanusiaan dan keberagaman menjadi nilai keadilan. Mutiara itu begitu langka, mahal, mewah, berharga, berniali tinggi, indah, menarik, mempesona dan penuh warna warni kebahagiaan bagi yang memilikinya serta menjalaninya.

Sehingga kini tiada lagi suasana seram mencekam, suasana gemuruh tak berkesudahan, suasana hiruk pikuk tanpa solusi kehidupan, suasana saling mencurigakan dalam kerugian, suasana gaduh yang tidak pernah ada untungnya, suasana saling menjatuhkan yang sangat kecil hasil tujuannya, suasana penuh keegoan tanpa kebersamaan dan berbagai macam suasana lainnya. Dengan kesabaran itulah suasana damai, aman, tentram, harmoni, dan penuh kebahagiaan akan tercapai dengan cepat serta dengan sendirinya menjadi arus cinta sosial yang tiada pernah ada habisnya. Jalan kesabaran yang akan menuntun langkah menjadi bagian hidup yang terus membahagiakan.

Tentu semua itu harus disadari dengan tingginya pemahaman yang detail serta mendalam. Tak mudah memang, namun juga tak begitu susah apalagi membawa musibah. Hanya saja terkadang pesimis selalu hadir dalam setiap jiwa manusia, yang akhirnya hanya menghadirkan rasa kekacauan dan kekecewaan yang berlebihan serta tak berkesudahan. Maka jadikanlah  sikap kesabaran adalah mutiara kehidupan yang terus terjaga menjadi landasan hidup sosial kemanusiaan penuh kebahagiaan.

Selasa, 22 Mei 2018

Anugerah Sang Maha Cinta


Oleh : Al Azzad 

Manusia yang beragam dari berbagai latar belakang telah diciptakan oleh Sang Pencipta alam semesta. Manusia yang berada di muka bumi memiliki tugas dan kewajiban sebagai hamba maupun sebagai manusia. Taaruf adalah sebuah cara dan proses untuk saling mengenal antar sesama manusia satu dengan yang lainnya. Sehingga terciptalah persaudaraan sesama manusia dan sesama muslim yang seagama.

Ada hal terindah yang telah diberikan oleh Sang Maha Kuasa. Yakni rasa cinta sebagai Mahabbah sebagai bentuk taqorrub ilalloh untuk menjalin kedekatan pada Sang Maha Cinta. Kehadirannya dari hati yang tulus sebagai perasaan yang datang dari kejujuran dan keikhlasan. Sehingga menjadi motivasi maupun dorongan hidup mengarah kepada kebaikan lagi ketaatan yang hakiki.

Sungguh Anugerah Sang Maha Cinta adalah kebahagiaan dan kesempurnaan di atas segalanya yang tak akan ada tandingannya. Bagi yang mensyukuri nikmat itu maka akan senatiasa ditambahkan serta diluaskan. Namun bagi yang mengingkarinya tentu mendapat konsekuensi sebagai sikap penolakan tanpa rasa syukurnya. Tidaklah mudah mengelola hati sebagai dasar cinta pada manusia, sebab akan selalu ada kegagalan, kekecewaan, kehancuran dan duka lara menyertai kehidupan yang begitu nyata. Apapun itu semua adalah ujian dan cobaan bagi hamba yang tak mengerti hakikat cinta dari Sang Maha Cinta di atas segalanya.

Perjalanan hidup seakan panjang, namun perjalanan cinta seakan begitu singkat dan terlalu cepat untuk ditinggalkan. Sebab semakin besar rasa cinta itu maka semakin besar ujian cinta yang datang sampai akhirnya akan menjadi insan cinta yang kuat lagi taat. Semakin lemah rasa cinta maka semakin jauh dari hakikat dan maslahat maka akan terbentang jauh ke dalam jurang kegelapan tanpa arah dan tujuan. Maka nikmatilah perjalanan itu demi menggapai besarnya cinta yang terindah dan terselamatkan dari segala apapun.

Tentu kesempurnaan cinta itu akan ada dikarenakan adanya nilai kesamaan, rasa saling memiliki, melengkapi satu dengan yang lainnya, menerima segala kekurangan, menghargai segala kelebihan, menjaga segala aib, mendorong segala harapan, mendoakan segala keinginan dan menuntun ke arah kebaikan, kebenaran dan ketaatan. Terasa begitu mudah namun butuh perjuangan yang besar lagi panjang untuk menjalaninya. Istiqomah cinta adalah pondasi kokohnya dengan harapan konsistensi dalam membangun sebuah perasaan penuh kebahagiaan. Namun bukan berarti tak ada rasa sedih, luka, sakit, khilaf, salah, duka dan lara. Namun semua itu terjalin atas relasi doa bersama dengan menggapai anugerah dari Sang Maha Pemilik Cinta.

Tenggelamnya Gaya Politik Pencitraan

Oleh : Al Azzad  Ada masa dimana dulu demokrasi sempat heboh dengan model politik pencitraan yang dikemas apik sedemikian rupa. Dit...