Oleh : Al Azzad
Islam dan Indonesia tidak akan pernah terpisahkan dalam nuansa kebangsaan. Hal ini karena memiliki nilai sejarah yang panjang dan luas yang tidak akan mungkin dimanipulasi serta dibalikkan nilai sejarah sekaligus nilai perjuangannya. Ciri khas bangsa ini sangatlah damai dan selalu mengedepankan kebersamaan dalam keberagaman apapun, sehingga antar satu dengan yang Lainnya saudara sesama anak bangsa dalam rumah NKRI. Semua warna warni kehidupan ada di negeri ini mulai dari berbagai macam ormas, ideologi, kelompok, barisan, pilihan agama, suku, ras, budaya, politik, sosial dan lainnya. Sehingga bangsa ini sangat pluraitas dan majemuk, memiliki tingkat heterogensi paling tinggi yang mampu membawa misi kebersamaan hidup dalam perbedaan dan keberagaman.
Tidak dapat dipungkuri bahwa Islam dan Indonesia paling besar sejarah perjuangan dan sejarah dinamika kemerdekaannya. Peran besar para pejuang baik tokohnya, ulamanya, aktivisnya, ummatnya banyak bergerak dalam gerakan revolusi kemerdekaan dengan kesadaran tinggi untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan sekaligus mengusir para penjajah. Hal itu menjadikan Islam di Indonesia memliki sejarah besar yang tak bisa dielakkan dan dipungkuri kebenaran sejarahnya, fakta sejarahnya dan nilai sejarah perjuangannya. Itulah sejarah Islam terhadap Indonesia menjadi bagian utama dalam gelora perjuangan.
Namun kini situasi sedikit berbeda dan sangat dinamis, sehingga ancaman maupun hiruk pikuk kembali muncul melalui imperialisme modern dari jaringan-jaringan anak bangsa yang semakin meluas perkembangannya. Semua memiliki misa dan tujuannya yang berbeda-beda demi memuliakan hajat hidup sebagai kebutuhan dalam menjalani aktivitas kehidupan. Kesadaran tentang keberagamaan hanya tinggal sejarah yang mungkin itu pun sudah sangat minim sehingga terjadilah disintegrasi sejarah dan disintegrasi sosial. Kini menjadi dinamika untuk saling berkontestasi merasa paling benar, merasa paling kuasa, merasa paling bersejarah dan merasa paling tinggi nilai eksistensi serta akrobasi terhadap hegemoni jalur kekuasaan. Sehingga Islam banyak tepecah baik secara kelompok, golongan, dan gerakan yang hingga akhirnya membawa misi sekaligus tujuannya masing-masing. Ketika peran sejarah hanya menjadi alat kebanggan, menjadi istrumen perlawanan, dan menjadi senjata menjadikan sebagian kelompok akan menegasikan kelompok lainnya dan menimbulkan distorsi secara kompleks. Sehingga menjadi sangat mengkhawatirkan terhadap peradaban Islam di Indonesia. Sederhananya adalah maju intelektualnya, maju sistemnya, maju segala aspeknya dari segala macam ipoleksosbud namun runtuh peradabannya, runtuh nilai substasi sejarahnya dan runtuh akhlaknya. Akhirnya yang terjadi ialah peperangan antar anak bangsa yang semakin tidak sehat dalam berkontestasi secara gerakan, ideologi, politik dan lingkungan kehidupan lainnya.
Peran penting Islam moderat menjadi hal utama sebagai bentuk pendekatan mediasi sekaligus moderasi dalam mendamaikan setiap anak bangsa. Islam moderat dalam arti bukan sebuah ajaran ataupun agama baru, melainkan sebuah pendekatan, sebuah metodologis, sebuah epistemologis dalam menhadapi realitas secara sosiologis dan psikologis. Sebab yang bermasalah itu bukan Islamnya melainkan sistemnya, sosialnya dan manusianya yang dikarenakan banyak faktor kemungkinan. Hanya saja wajah Islam Moderat pun menjadi bungkus, kemasan, casing, citra dan topeng belaka bagi sebagian kelompok masyarakat Islam yang tingkat pluralitasnya sangat tinggi. Justru yang terjadi ialah secara eksistensi dan legitimasi Islam moderat namun ikut terjebak masuk dalam kelompok kanan maupun ekstrim kanan atau justru masuk pada kelompok kiri maupun ekstr kiri. Padahal posisi penting Islam Moderat ialah sebagai juru damai, penengah, mediasi, mendinginkan, moderasi, merangkul, dan upaya-upaya lainnya yang mengedepankan azas ketuhanan, azas kemanusiaan, dan azas keadilan. Bukan justru menjadi propaganda yang masuk dalam kategori duri dalam daging, sehibgga merusak persatuan dan kesatuan ummat Islam dan Indonesia hanya karena ingin mengutuk kelompok yang satu dan membela keras kelompok yang lainnya. Justru terkadang posisi-posisi Islam Wasathon ini malah jadi bungkus dan alat permusuhan, pertengkaran, dan perdebatan panjang yang tidak esesnsial atas nama Islam Moderat ataupun Islam tengahan. Karena tidak ada namanya Islam Moderat bila masih melakukan propaganda, alat gebuk, akuisisi kebangsaan, intervensi kekuasaan, hegemoni nilai, dan mediasi yang berkeberpihakan. Karena Islam moderat yang benar dan substasi ialah sebagai metode dalam pendekatan upaya-upaya pemersatu, pendamai, perangkul, penjaga dan pembawa misi ketuhanan, kemanusiaan dan keadilan. Dengan begitu memposisikan diri dalam persatuan dan kesatuan ummat Islam dalam kerangka kebangsaan sekaligus keindonesiaan.
Maka dari itu peran penting islam moderat di era kontemporer ini sangatlah besar dan diprioritaskan bahkan harus mendominasi. Sebab peradaban di Indonesia sudah snagat runtuh dan juah dari cita-cita bangsa ini sendiri yang termaktub dalam undang-undang, falsafah serta sejarah perjuangan para pendahulu sebagai penegak yang memerdekakan negeri ini. Terlepas dari perdebatan tentang pemahaman Islam moderat oleh sebagai kelompok-kelompok tadi baik dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri itu adalah dinamika perkembangan sekaligus tantangannya. Karena itu adalah metode dan pendekatan dalam merawat keberagaman, menengahi persoalan, menyelesaikan permasalahan, mendinginkan keadaan, memajukan peradaban, dan menumbuh kembangkan persatuan dan kesatuan ummat maupun kemanusiaan dalam berbangsa serta bernegara. Hal ini agar menjadikan negeri ini bermartabat, berbudaya dan berkeadilan bagi seluruh kehidupan. Tentunya membawa upaya misi Keislaman yang rahmatan lil alamin sebagai pondasi agama, dalil utama, prinsip dasar, azas, nilai dan ruang lingkup lainnya. Maka tercapailah sebuah negeri yang baik dengan keagungan Tuhan yang mengampuni manusianya dari segala kekurangan maupun kelemahannya.